Aku mulai menunjukan prestasiku dengan aktif belajar di kelas, keaktifan dalam kelas ternyata membuat teman-teman sekelasku merasa was-was dan tersaingi, aku bukan sombong aku adalah tipe siswa yang mudah dalam mengingat dan sering kali aku belajar terlebih dahulu daripada menunggu guru sehingga aku bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik
Persaingan dalam kelasku ternyata semakin sengit kian bertambahnya waktu, entah mengapa aku menjadi sangat percaya diri karena nilai ulanganku juga sangat bagus, hari-hari terus berjalan, jika awalnya aku sedikit mengagumi Indra kini aku menjadi bertambah kagum dengannya
Sama sepertiku, Indra juga sangat aktif di kelas kami saling berlomba-lomba untuk mengejar prestasi, aku tidak tahu mengapa bisa sesenang itu untuk beradu kepintaran dengannya, namun di sisi lain aku merasa tertantang untuk mengalahkannya
“Dea kamu sudah belajar? Boleh nyontek ya nanti?!” pinta teman-teman padaku, satu hal yang pasti aku bukalah tipe orang yang pelit dalam membagi ilmu, terkecuali saat ulangan, di kelasku begitu ketat dengan ulangan sehingga kami berusaha mati-matian agar belajar maksimal, tanpa mencontek
Meskipun mereka bilang ingin mencontek kenyataannya itu hanya sepenggal kata yang sontak keluar, padahal kenyataannya mereka tidak pernah sekalipun mencontek saat ulangan, aku akui kelasku adalah kelas jujur dan dengan persaingan yang cukup ketat yang kami buat sendiri
“Baru belajar sedikit! Aku yakin kalian pasti bisa!” balasku sambil tersenyum pada kenyataannya memang aku hanya belajar sedikit, jika ada materi yang memang benar-benar aku lupakan baru akan aku pelajari lebih dalam, sedangkan materi-materi yang masih aku ingat dengan baik tidak aku pelajari, itu karena aku belajar dari pengalaman sebelumnya, dimana ketika aku belajar maka nilai aku makin sedikit, makanya aku malas belajar pas ulangan
“Aku nggak percaya kamu hanya belajar sedikit! Biasanya kamukan yang paling semangat pas ulangan harian!”
“Aku biasanya belajar ala kadar takutnya malah bingung dan nggak yakin pas jawab soal”
“Kalau orang pinter emang beda ya?!”
“Aku sama aja ko seperti kalian! Kalian aja yang berlebihan!” ucapku merendahkan diri, tapi sebenarnya itulah kebenarannya, mereka terlalu meninggikan aku padahal mereka juga pintar dengan prestasi yang mereka miliki
“Ahh kamu selalu merendah!” ucap Ari membuat aku sedikit tersinggung, karena dari ucapannya sangat jelas dia sepertinya jengkel denganku
Jujur entah mengapa aku merasa dia menganggap aku adalah musuhnya, padahal aku tak sekalipun mencari masalah dengannya, bahkan dengan teman-teman sekelas yang lainnya aku tidak pernah sekalipun mencari masalah dengan mereka, terlalu kekanak-kanakan bagiku jika hanya mempermasalahkan hal sepele sehingga aku diam saja dan membiarkan Ari dengan pemikirannya sendiri
“Dea tadi kamu jawabannya apa di soal nomor 7”
“Dea tadi kamu bisa jawab nomor 5? Dan bla bla bla!” Jujur aku senang mereka bertanya soal yang sudah di kami kerjakan tadi, kami akhirnya membahas soal itu, mereka ada yang senang ada juga yang kecewa karena jawaban mereka tidak sama denganku, padahal aku sudah bilang belum tentu jawabanku benar, tapi mereka tetap saja kecewa
Mereka terutama para perempuan di kelas begitu senang membahas suatu soal denganku, terutama soal yang berkaitan dengan hitung-hitungan mereka pikir aku adalah ahlinya, sejak saat itu aku merasa sosok yang aku kagumi semakin jauh namun aku senang karena bisa fokus pada tujuanku sekolah, hari pun semakin berlalu kini sudah menginjak semester pertama aku di sekolah SMP ku, saatnya pembagian rapot, aku hanya diam bersama temanku waktu SD, mereka memang berbeda kelas denganku, kami berjalan menuju lapangan tempat dimana pembagian rapot di lakukan
Saat di perjalanan teman-teman sekelas banyak sekali memberikan selamat padaku, sungguh aku sangat malu dan senang karena mereka memberikan selamat padaku, mereka sangat percaya diri akulah bintang kelas di semester kali ini, karena keaktifan dan juga nilai ulanganku yang memuaskan, aku juga sedikit percaya diri karenanya, namun aku tidak ingin di kecewakan
Semasih aku SD aku pernah percaya diri untuk hal yang sama namun aku harus kecewa dan kali ini aku tidak ingin melakukan hal serupa, kendati memang aku sudah berusaha dengan baik untuk belajar maksimal dan sering begadang untuk memaksimalkan ilmu yang aku dapatkan, aku masih percaya dengan tuhan, jika tuhan berkehendak lain aku tidak boleh kecewa karena menurutku itu hanya akan menyakiti diriku sendiri
“Kalian terlalu percaya diri aku menjadi juara kelas! padahal bisa saja salah satu dari kalian! Apalagi Indra!” ucapku dengan tenang
“Tapi kami yakin kamu juaranya Dea! Selama ini nilai kamu selalu yang terbaik!” ucap Ari dengan tersenyum
“Terimakasih sebelumnya, tapi aku tidak berharap jauh!” ucapku seadanya, karena memang aku tidak pernah mematok diri untuk mendapat juara, hanya saja aku terobsesi untuk menjadi yang terbaik versi diriku sendiri
Setelahnya kami duduk pada posisi yang nyaman, bisa ku lihat dia melihatku dengan tatapan yang tidak dapat aku artikan, sempat aku meliriknya sepersekian detik namun aku memutuskan untuk mengalihkan penglihatan ku karena dia tersenyum disana sambil melihat ke arahku
Maaf jika aku merasa terlalu percaya diri namun itulah yang aku rasakan, aku sepertinya memang terlalu percaya diri, tapi aku mengingat beberapa kesempatan dia memang sepertinya mendekatiku, entah itu benar atau tidak, hingga akhirnya waktunya tiba, jantungku benar-benar deg-degan tapi aku berusaha bersikap tenang, karena aku tidak ingin terlalu berharap dengan apa yang akan terjadi nantinya, aku terlalu takut untuk kecewa
“Aku benar-benar tidak menyangka hasilnya akan jadi seperti ini! Kamu yang sabar ya Dea!” ucap Ari padaku sambil memelukku
“Aku kan sudah bilang, jangan terlalu berharap, tapi aku senang ini artinya aku harus berjuang lebih giat! Terimakasih ya!” ucapku tulus pada teman-temanku yang masih terheran-heran mendapati aku yang tidak menjadi bintang kelas padahal menurut mereka aku layak
Pada saat pengumuman juara aku tidak begitu kecewa dengan hasilnya, aku sudah siap dengan kenyataan yang akan aku terima, bahkan bisa dibilang aku terlalu tenang saat itu, padahal dalam hati aku kembali mengeluh pada tuhan karena aku harus kecewa lagi, padahal sebelumnya aku sudah kecewa namun kenapa aku harus kecewa lagi? Hatiku semakin menangis saat menerima rapot di kelas
Awalnya aku percaya diri mendapat peringkat 5 besar, tuhan kembali berkata lain, dan saat itu juga aku merasa hancur, untuk ukuran anak SMP bukankah prestasi juga di pertimbangkan? Aku benar-benar tidak habis pikir, bagaimana caranya aku belajar jika usahaku kemarin saja masih membuatku frustasi, jujur hasil yang aku terima kali ini membuat aku benar-benar kecewa bahkan teman-temanku semuanya merasa terkejut dan hanya bisa membiarkan aku pergi begitu saja karena mereka tahu aku membutuhkan waktu untuk menerima itu semua
“Apakah ini hasil yang nyata?” ucap temanku yang lain sebelum aku meninggalkan kelas, aku berpura-pura tersenyum padahal saat itu rasanya aku ingin menangis karena kembali gagal untuk kesekian kalinya
“Pasti ada kecurangan! Bukankah selama ini nilai Dea selalu memuaskan? dia juga sangat aktif di kelas!” ucap yang lain di setujui oleh yang lainnya
“Aku kira dia akan mendapat minimal peringkat kedua di kelas, bahkan aku sangat percaya diri atas hal itu!” Ucap Ari masih merasa tidak percaya dengan hasil yang aku dapatkan
Jujur aku benar-benar kecewa, nampaknya aku benar-benar tidak bisa menjadi apa yang aku inginkan, aku merasa usahaku sangat sia-sia, kembali aku pulang dengan pura-pura tersenyum, aku tahu kedua orang tuaku tidak akan menghakimi, namun perasaan sedih ini ada karena aku merasa gagal menjadi versi yang aku inginkan
Hingga akhirnya aku memilih tidur bahkan sebelum aku makan demi mendinginkan hati dan otakku yang sedang bertengkar hebat di dalam sana, aku lelah dan membutuhkan ketenangan sejenak, pada akhirnya tangisanku pecah dengan mata tertutup, aku kecewa sangat kecewa karena kembali gagal dalam berprestasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments