Anita mondar-mandir di hadapan meja rias dalam kamarnya, gugup dan takut yang ia rasakan, dari semalam ia tidak tidur sedikitpun setelah semalaman ia dengan susah payah mendapat izin dari Max untuk menemui keluarganya sebelum hari H dan mencoba meminta maaf dan meminta restu kedua orang tuanya.
Max awalnya melarang Anita untuk menemui keluarganya dengan alasan takut Anita akan sakit hati dengan respon keluarganya pada Anita, tapi Anita terus memohon agar Max mengizinkannya untuk menemui kedua orang tuanya dan akhirnya Max mengalah dengan syarat Max harus menemaninya.
setelah mengumpulkan keberanian yang cukup, kini Anita memutuskan untuk menemui papi, mami dan kakaknya dengan ditemani Max pagi ini, dan disinilah mereka sekarang di sebuah Mansion mewah kediaman Malik Pratama
Anita tampak heran mengapa keadaan mansion sepi, tidak seperti biasanya yang selalu dijaga para pengawal yang berjumlah belasan, tapi ini hanya terlihat beberapa saja.
Apakah para pengawal mengawal papi kekantor, mengawal maminya ke rumah sakit dan kak Aqram ke kampus? tapi ini masih jam 6 pagi.
Anita yang tahu kebiasaan keluarganya memutuskan untuk menemui mereka pagi-pagi sekali sebab kalau tidak ia tidak akan menemui mereka bertiga di mansion, karna papi maminya punya jam kerja pasti.
Apakah ada terjadi sesuatu dengan keluarganya? demi apapun tiba-tiba hati Anita berdegup kencang, ia khawatir terjadi apa-apa dengan mereka.
apakah papinya sakit? apakah maminya sehat-sehat saja? apakah kak Aqram tidak terlibat masalah? semua pertanyaan-pertanyaan dalam otaknya terus bermunculan hingga air matanya meluncur tanpa permisi. ia takut terjadi sesuatu dengan keluarganya
Anita lalu mendongak ke arah pemindai wajah agar gerbang bisa terbuka, biasanya gerbang mansion selalu terbuka saat sudah memindai wajah Anita tanpa harus repot-repot dibukakan oleh penjaga gerbang. begitu juga dengan papi mami dan kakaknya, karna memang sudah di setting pemindai wajah mereka untuk membuka gerbang tinggi itu. namun sepertinya kali ini gerbang menolak aksesnya
kemudian ia teringat sesuatu, segera ia memencet password pagar mansion namun password yang ia masukan salah. ia heran kenapa passwordnya salah. sudah diganti kah?
Pengawal yang melihat Anita beberapa kali memasukan password pun menghampiri Anita.
"Ada urusan apa nona datang kemari? " tanya pengawal itu dengan wajah datarnya
"Saya mau masuk" seru Anita
"Ada urusan apa nona? " tanya pengawal lagi tanpa memperdulikan siapa Anita sebenarnya
"kamu tidak dengar saya mau masuk" seru Anita jengkel. bukan main, saat ini ia sangat khawatir dengan keluarganya tetapi pengawal ini malah menanyakan hal-hal tidak penting.
memangnya pengawal ini tidak tau siapa Anita? apa baru bekerja kemarin? tapi Anita mengenali pengawal ini, dia adalah pengawal kepercayaan papinya dan otomatis sudah bekerja puluhan tahun dengan papinya bahkan mungkin saat Anita belum lahir. dan apa ini? si pengawal pura-pura tidak mengenali dirinya? apa pengawal ini mau main drama-dramaan?
Anita semakin jengkel karna tidak mendapat respon apa-apa dari pengawal tersebut.
"Saya mau masuk ketemu papi mami dan kak Aqram! saya mau bertemu keluarga Pratama! " geram Anita menahan emosi
"Keluarga Pratama tidak ada di dalam dan sebaiknya nona pergi" usir si pengawal
"A,, apa? ja,, jadi dimana mereka sekarang?" tanya Anita terbata. apakah kekhawatirannya benar kalau keluarganya lagi di timpa musibah
"Maaf nona, pemilik mension sudah tidak berada di Indonesia" sahut salah satu penjaga pagar mension yang merasa iba dengan Anita, nona mudanya.
"Apa!?" Anita tidak percaya, air matanya kembali mengalir di pipinya. ia luruh ke tanah, lemas. tulang-tulang dalam tubuhnya seketika melembek bak jelly
ternyata musibah yang ia khawatirkan menimpa keluarganya tak lain adalah Anita sendiri yang jadi musibah itu.
Ia hanya sebuah musibah dalam keluarganya, kesalahannya membuat keluarganya pergi menjauh.
Anita tak punya harapan. ia ingin segera menghilang agar ia tak menjadi bayang-bayang musibah lagi dalam keluarga Pratama. karenanya keluarga Pratama yang harmonis dan penuh kebahagiaan itu hancur seketika.
'Papi, Mami, Kakak...Apakah tak ada kata maaf untuk ku. apakah aku benar-benar tidak pantas lagi bertemu kalian, apakah dengan tidak melihatku kalian bisa bahagia?'
'Maafkan gadis nakal ini, aku merindukan kalian, sampai kapanpun aku tetap menganggap kalian keluargaku, maafkan aku yang banyak menyusahkan kalian, maafkan aku yang tak tau diri ini. I love you Papi, I need you Mami, I miss you kak Yam'
'*s*emoga kalian benar-benar bahagia dengan tidak adanya aku di samping kalian, terima kasih atas semuanya. aku bahagia pernah berada di tengah-tengah kalian, terima kasih karna pernah menyayangiku' batin Anita pilu
Max yang melihat Anita terkulai lemas di tanah segera menghampirinya dan membantunya berdiri
"Kita pulang yah" bujuknya sambil menuntun Anita ke arah mobil
Anita yang memang pikirannya kacau hanya menurut dipapah oleh Max menuju mobil, namun saat Max hendak membukakan pintu mobil untuk Anita tiba-tiba pengawal tadi keluar dari pagar dan..
"Maaf, ini satu-satunya yang terakhir dari tuan Pratama" kata pengawal itu memberikan sebuah amplop berwarna coklat ke Anita
Anita menerima dan membukanya
Deg
sebuah kartu keluarga yang dimana hanya nama Anita yang tertulis disana
"selamat Anita mereka benar-benar meninggalkanmu" gumam Anita tersenyum miris
Setelah Anita dan Max pergi, pengawal yang sedari tadi berdiri ditempat memandangi mobil Max dan Anita sampai menghilang di belokan
"Maafkan saya nona muda, semoga anda berbahagia dan tuan besar bisa memaafkan mu, aku rindu suasana hangat keluarga Pratama" kata pengawal dengan mata yang berkaca-kaca
Flashback off
acara pernikahan berjalan cukup sederhana dan tertutup itu telah usai.
Malam harinya saat Anita sudah membersihkan diri dan hendak mengistirahatkan tubuh lelahnya tiba-tiba kamar terbuka
Ceklek
masuklah Max yang masih lengkap dengan pakaian pengantinnya. Ia baru saja selesai menemani teman-temannya mengobrol di bawah
"Udah mau tidur?" tanyanya ke Anita
"Iya" jawab Anita singkat dan melangkah ke ranjang, tapi baru sampai di tepi ranjang Anita berbalik dan bertanya
"Ka,, kamu tidur dimana?" tanyanya gugup menatap Max
Max yang mendapati pertanyaan Anita memiringkan kepalanya
" ya, tidur di sini lah aku kan sekarang suami kamu jadi sah-sah aja kalau kita sekamar" jawab Max santai tidak lagi memakai saya untuk dirinya
" tapi kamu kan sudah janji tidak akan memaksa aku kalau aku belum siap" kata Anita sambil menunduk meremas ujung baju tidurnya, gadis itu ketakutan
Max yang mengerti kegugupan dan ketakutan Anita hanya menyeringai, ia melangkah ke arah Anita
"Tenang aja sayang, aku akan menunggu sampai kau siap" ucap Max lembut sembari mengelus lembut kepala Anita
"Benarkah" Anita mengangkat kepalanya menatap Max
"Iya istriku sayang, aku tidak akan memaksamu" kata Max meyakinkan
"Makasih" Anita tersenyum tulus
Malam pertama pun dilewati hanya sekedar tidur bareng tanpa ada kegiatan lain. mereka tidur saling membelakangi dengan guling berada di tengah-tengah mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Dennyanto Suryadi Siregar
tp kalaupun ibunya max menagatakn bhw max benihnya pratama, kenapa pratama tega menikah dgn adik seayahnya ya?
2023-04-04
0
Bundanya Pandu Pharamadina
penuh misteri siapa Max sebenarnya, ada tujuan apa dgn menjebak Anita🤔
2023-03-13
0
susanxie
malang benar nasibmu nak, udh kayak anak Yatim piatu . sungguh cobaan yg berat, semoga kuat dalam menjalani hidup.
2022-09-14
0