DENDAM TAK BERTUAN
Di sebuah kamar hotel nampak seorang,, eh ralat!! sepasang pria dan wanita tengah tertidur pulas sembari berpelukan erat dan...tunggu?! sepertinya mereka tidak memakai pakaian, terlihat dari si pria yang bertelanjang dada dan si wanita pun dengan kondisi yang sama
kepala si wanita berada di celeruk leher pria itu sementara lengan kiri si pria menjadi bantalan kepala si wanita. tangan kanan si pria terlihat posesif memeluk pinggang si wanita, begitupun dengan tangan wanita melingkar di perut si pria.
Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi dan sepasang pria dan wanita itu masih menikmati kehangatan yang mereka ciptakan di atas ranjang itu.
Sang pria terlihat tampak menggerakkan kepalanya untuk mencari posisi nyamannya sembari mengeratkan dekapan pada sang wanita dengan mata yang masih terpejam. hingga...
Sepersekian detik selanjutnya
"DASAR ANAK TIDAK TAU MALU" teriak menggelegar seseorang dengan wajah memerah dan tangan terkepal kuat berhasil membuat sepasang pria dan wanita yang tadinya berada dalam posisi nyamannya tersentak kaget dan spontan membuka mata mendengar teriakan itu.
Keduanya membulatkan mata saat pandangan mereka bertemu, kaget, shock, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya
Merasa aneh dengan apa yang mereka rasa membuat mereka kompak menundukkan pandangan ke arah tubuh mereka yang ternyata memang saling bersentuhan kulit alias sama-sama polos tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuh mereka berdua selain selimut yang tentunya masih setia menyembunyikan barang berharga keduanya agar tidak terlihat oleh cicak cicak di dinding, oh juga dengan beberapa pasang mata manusia yang sudah berdiri di dalam ruangan menyaksikan adegan menjijikan yang mereka ciptakan
saat kesadaran mulai mengambil alih kelinglungannya, wanita itupun langsung menarik selimut untuk menutupi dada telanjangnya kemudian bangkit dari tidurnya disusul pria disampingnya.
Namun menelisik dari reaksi mereka berdua, ekpresi kedua pasangan itu tampak berbeda. si wanita tampak jelas menampilkan ekspresi kaget, takut dan gemetaran sedangkan pria itu hanyaaaa.. menguap santai sambil menepuk-nepuk manja tangannya ke arah mulutnya yang menganga karna rasa kantuk masih menyerangnya.
"Anita begini kelakuan kamu di belakang saya!?" lelaki pemilik suara maut kembali membuka suara dengan menghardik si wanita yang bernama Anita Angraini Pratama, gadis cantik yang masih berstatus siswa kelas 3 SMA terbaik ibu kota
Anita hanya bisa menggeleng diam seribu bahasa, lidahnya kelu untuk mengucapkan sepatah kata, bibirnya yang bergetar tidak mampu mengeluarkan kalimat penjelasan.
"Ini yang kau bilang izin untuk kerja tugas? HAH?!!" Tambah lelaki itu berteriak, emosinya sudah sampai di ubun-ubun
Anita tersentak kaget saat tiba-tiba kepalanya bertabrakan dengan sebuah benda keras. bunyi pertemuan antara tengkorak dan benda itu berbunyi Tog!. sudah dipastikan rasanya sangat sakit apalagi ditambah rasa terkejut.
ternyata lelaki di depannya melempari Anita dengan Vas bunga yang terdapat dalam kamar itu, tepat mengenai kening Anita, meski vas bunganya seukuran lengan tetapi lemparan lelaki itu cukup keras hingga darah segar keluar dari kening Anita, merembes turun bercampur dengan air mata gadis cantik itu.
Sakit, perih yang Anita rasakan namun dia tidak memperdulikan itu, sesak di dadanya lah yang begitu menyiksanya saat sang papi melihat dirinya tengah berbuat tak senonoh.
Ya, diantara beberapa pasang mata di dalam ruangan itu, seorang lelaki yang marah dan melemparinya adalah papi Anita sendiri.
"pa.. pa pi" Anita terbata mencoba mengeluarkan suara
"Anak sialan, tidak tau malu!" geram Pratama, sang papi Anita
"Mulai hari ini kau bukan lagi anakku. Kau bebas berbuat semau mu bermain-main dan menjajakkan tubuh kotor mu itu" lanjut Pratama penuh emosi
Gledakk
Bagai tersambar petir di pagi hari, Anita yang mendengar perkataan sang papi terkulai lemas seolah tulang-tulangnya kompak melunak.
Bukan main sakit hati yang di terimanya pagi ini. sang papi, pahlawan Anita yang selalu ada untuknya, tidak pernah mengucapkan kata kasar terhadapnya, selalu memanjakannya, menuruti kemauannya meskipun sang papi sibuk tapi selalu ada waktu untuknya. tapi apa yang dialaminya sekarang? sang papi malah membentaknya, memarahinya, melemparinya sampai mengeluarkan darah dan yang paling tidak disangkanya adalah papinya tidak mengakuinya sebagai anak lagi.
Setelah mengeluarkan kalimat kutukan itu, Pratama balik badan dan melangkah keluar. lelaki paru baya itu tak sudi berada di kamar yang membuat dirinya jijik. Anita yang menyadarinya buru-buru beranjak mengejar sang papi tentunya dengan selimut yang dengan susah payah ia balutkan ke tubuhnya agar menutupi tubuh polosnya
Anita segera berlutut di hadapan Pratama dan meraih kaki sang papi memohon agar lelaki cinta pertamanya itu tidak meninggalkannya
"Pi, Papih, Anita akan jelasin pih" Mohon Anita mengiba. jujur Anita sendiri juga bingung dengan situasi yang terjadi
Anita tidak mengingat kejadian sebelum dia berakhir di kamar hotel dan berbuat menjijikan seperti itu.
Anita akan berusaha mengingat tapi itu nanti, karna saat ini yang penting adalah membuat papinya percaya kalau dirinya tidak pernah berpikiran sejauh ini dan membuat papinya kecewa.
"Jelasin? tidak perlu. saya. tidak. butuh" Desis Pratama mengibaskan kakinya keras dan membuat Anita terjungkal
"Saya jijik di sentuh gadis kotor sepertimu" tambah Pratama dengan kilatan amarah
"papi, Anita anak papi" kata anita memohon mengatupkan ke dua tangannya di depan
"dan saya menyesal punya anak sepertimu. Menjijikkan" geram Pratama
"Anita darah daging papi" mohon Anita lagi dengan suara pelan namun masih bisa di dengar oleh Pratama
"Hah!!! Darah daging" desah pratama. Kemudian lelaki paru baya itu melangkah tergesa ke arah sofa, mengambil pisau buah yang ada disana
Kemudian kembali berdiri di hadapan Anita yang masih berlutut mengatupkan tangannya dengan linangan air mata
"apa yang..."
Sreekkk
Darah mengalir deras kelantai akibat sobekan daging manusia oleh pisau itu
Semua orang yang ada dalam ruangan membulatkan mata tidak percaya kecuali satu orang yang masih diam-diam tersenyum menyaksikan pertunjukan menarik di hadapannya.
"PAPI" teriakan histeris dari dua orang yang sedari tadi saling berpelukan melihat kejadian pagi ini. dua orang itu tak lain adalah Angraini, mami Anita dan Aqram, kakak Anita.
Angraini melangkah mendekat dan meraih lengan Pratama
"Mulai detik ini aku haramkan diriku mengakui mu sebagai darah daging ku" Kata Pratama dingin nan tajam sambil menunjuk wajah Anita. lalu Pratama melangkah pergi dari hadapan Anita dengan menarik tangan istrinya
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
mampir sambil nyimak marathon 🏃♀️
2023-03-13
0
🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
mampir dulu
2022-08-09
1
Asila Septiani
hadirrrr
2022-08-01
1