"Maxime Wardhana" menjulurkan tangannya namun tak mendapat tanggapan dari Anita "Saya orang baik, tentunya saya akan baik jika orang baik juga dengan saya" lanjutnya lagi bernada lembut syarat penuh makna terselubung
"Kalau kamu tidak mau ikut saya, terus kamu mau hidup dimana? Juga bagaimana jika ternyata dalam rahim kamu ada anak saya yang akan tumbuh mengingat kita melakukannya berkali-kali tanpa pengaman" kalimat Max memprovokasi emosi Anita
"a.. apa yang terjadi? Aku tidak mengingatnya sama sekali. Bagaimana aku berakhir disini bersamamu?" tanya Anita terbata belum ingat apa-apa
"Kita berdua dijebak. Saya juga tidak tau siapa orangnya, kita berdua dibius terus dipaksa minum obat perangsang dan dibawa ke kamar ini, setelah obatnya bereaksi tubuh kita panas dan butuh pelepasan. Ini bukan salah kita, kita dibawa pengaruh obat makanya tanpa sadar melakukannya karna tubuh kita sangat tersiksa kalau tidak segera menuntaskannya" jelas Max tanpa ragu.
"Kok kamu tahu kejadiannya?" tanya Anita karna Max menjelaskan begitu rinci
"I.. Itu.. itu karna.."
"Kalau kamu tau berarti kamu sadar dong. lalu Kenapa kamu malah tetap berada di sini dan melakukannya?" tanya Anita polos memotong jawaban Max
Max gelagapan. sial! otak gadis di depannya cukup jeli juga. pikir Max
"Kau tahu Anita, seseorang yang sudah terangsang tidak lagi memakai logika. Apalagi kita yang sama-sama diberi obat perangsang, baik kamu atau saya membutuhkan pelepasan secepatnya agar bisa terbebas dari rasa panas dan menyiksa" jelas Max dengan nada pelan berusaha meyakinkan Anita. "Bahkan ada beberapa orang yang meninggal setelah minum obat perangsang tapi tidak mendapatkan pelepasan bersama lawan jenisnya" lanjut Max menakut-nakuti
"kenapa ada obat semacam itu?" tanya Anita polos "tidak ada manfaatnya sama sekali, malah merusak orang dan bisa membuat orang meninggal, obatkan untuk menyembuhkan" lanjut Anita lagi
Max yang mendengar pertanyaan polos Anita gemas sendiri dengan gadis di hadapannya itu. benar juga apa yang dibilang gadis polos ini. Begitulah kira-kira batin Max
Tidak mau membuang-buang waktu max memungut kembali paper bag yang dilempar Anita tadi.
"Sekarang ganti baju dan kita ke klinik mengobati keningmu" kata Max menyerahkan kembali paper bag kepada Anita
Mendengar perkataan Max, Anita memegang keningnya, kesedihan kembali melingkupi jiwanya, bibirnya berkedut-kedut menahan tangis mengingat apa yang baru saja terjadi. Nyatanya ini memang kenyataan, semua keluarga yang selalu ada untuknya hari ini telah membuangnya karna kesalahan yang ia sendiri tidak tahu jelas kejadiannya.
Anita harus kuat. Ia yakin suatu saat nanti kebenaran akan terungkap dan keluarganya akan memaafkannya. Untuk saat ini biarlah ia terbuang, ia akan berusaha mencari bukti bahwa yang terjadi bukanlah atas keinginannya. sesuai perkataan lelaki asing dihadapannya yang bernama Max, mereka di jebak dan keluarganya tidak mengetahui hal itu. Pratama, Angraini juga Aqram salah paham. Anita tak melakukan itu atas dasar sadar dan sengaja membuat keluarganya malu.
'Papi, Mami, tunggu Anita. jangan meninggalkanku apalagi membenciku, aku akan mengembalikan kepercayaan kalian padaku' batin Anita sembari melihat tetesan darah papinya di lantai
Anita bangkit susah payah dengan pikiran yang berkecamuk. Badannya gemetar menahan sakit. Bukan sakit pada area kewanitaanya namun sakit pada hati dan jiwanya. Max yang melihat itu segera membantu gadis itu berdiri.
Setelah selesai berpakaian, Anita keluar dari kamar mandi. Max yang sedari tadi menunggunya di sofa tersenyum manis ke arah Anita, lalu lelaki itu berdiri menggapai tangan sang gadis
"Ayo" ajak Max sambil melangkah keluar dengan tangan menggenggam tangan Anita
Setelah pulang dari klinik, kini Max melajukan mobilnya membela jalanan ibu kota menuju rumahnya.
setelah menghabiskan beberapa puluh menit di jalan, tibalah mereka di sebuah rumah mewah berwarna putih tingkat dua
"kamu mau bawa aku kemana? " tanya Anita takut takut
"rumahku" balas Max sembari bergerak turun dan membukakan pintu mobil untuk Anita
"Ayo" kata Max menjulurkan tangannya
melihat Max tersenyum manis ke arahnya Anita mencoba memberanikan diri untuk percaya pada Max. gadis yang masih berstatus sebagai pelajar SMA itu menurut walau masih dengan ketakutan yang menyelimuti perasaanya.
ia tidak punya siapa-siapa dan tidak punya apa-apa saat ini. Max adalah orang baik. suara hati Anita mencoba percaya pada lelaki yang baru dikenalnya beberapa jam lalu
Anita meraih uluran tangan Max dan turun dari mobil, gadis itu memaksakan bibirnya untuk membalas senyuman Max, netranya menatap rumah di depannya dan melihat sekeliling pakarangan rumah.
"Maaf, rumahku tidak sebesar Mension keluarga Pratama" kata Max penuh sesal
"rumahmu bagus dan asri kok" balas Anita jujur
"di bandingkan mension mu, rumahku hanya sebesar gudang kalian" tutur Max merendah
kalimat Max mengingatkan Anita dengan keluarganya, yang mana sebelum semua kekacauan yang ia alami, dirinya adalah putri bungsu Pratama yang memiliki segalanya, kasih sayang, perhatian, cinta dari mami papi dan kakaknya, nama besar, kehormatan, harta benda, tempat tinggal megah, semua Anita punya. namun semua itu tidak lagi ia miliki, ia hanya gadis kotor menjijikan yang dibuang oleh keluarganya karna penjebakan itu. Anita tidak memiliki apa-apa sekarang kecuali dirinya sendiri.
gadis malang itu menunduk dan menangisi nasibnya, ia tidak kuat menghadapi kenyataan, terasa begitu berat, anak yang sangat manja tiba-tiba harus dipaksa menanggung beban hidup terasingkan dari keluarga tercintanya.
namun ada setitik harapan ia harus bertahan, bahwa ia harus membuktikan kepada keluarganya kalau ini bukan atas kemauannya, ia tidak boleh menyerah sebelum ia mengembalikan kepercayaan papi, mami dan kakaknya.
"Hey,, Are you oke" tanya Max memegang kedua bahu Anita yang gemetar akibat menahan tangis
Max membawa Anita ke dalam dekapannya dan mengusap-usap punggung Anita untuk menenangkan gadis itu
"Cup cup cup,,, udah" ucap Max menenangkan
Anita bukannya berhenti malah tambah menangis sampai sesegukan.
"Pa.. pii" ucap Anita di sela sela tangisannya
Ia sangat rindu dengan dekapan Sang papi yang menghangatkan dan menenangkan, ia rindu bagaimana sang papi selalu ada untuk mendekapnya kalau ia ada masalah, sang papi yang selalu membelanya jika ia di jahili oleh sang kakak, sang papi yang rela melakukan apapun untuknya.
"Papi, Nita kangen" lirih gadis itu terdengar pilu
"Udah udah,," Max berusaha menenangkan sambil mengelus lembut kepala Anita
setelah beberapa menit berada dalam dekapan Max, akhirnya tangisan Anita reda namun ia masih sesenggukan
"La..par" cicit Anita yang masih berada dalam dekapan Max
Max memiringkan kepalanya mencerna ucapan Anita dan detik selanjutnya ia terkekeh
"yah udah, masuk yuk" ajak Max sembari menuntun Anita memasuki rumahnya
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Max dendam sama keluarga Anita atau karena apa, kasihan anak di bawah umur jadi korbannya.
2023-03-13
0
Ismiyati Budiyono
ini cerita ttg raina bkn sih?
2022-11-15
0
meE😊😊
sbner y ad dendam ap max sma anita?? sbntr lgi pndrtaan anita mkin brtmbh
2022-07-27
0