Stuck In Your Life Forever
Bianca melemparkan tatapan kesal pada Leon, anak laki-laki tinggi, putih, berhidung mancung yang berada di depannya. Dia tidak habis pikir kenapa anak laki-laki tampan itu sangat membencinya. Bahkan dengan terang-terangan anak laki-laki itu berteriak marah di depannya. Bianca merasa dirinya hanya sebutir kerikil yang ditendang jauh begitu saja.
“LEON...HENTIKAN! Cukup kamu menyalahkan Bianca. Dia tidak tahu apa-apa tentang semua ini!" Papa membentak Leon dengan tegas.
Suasana makan malam saat itu seketika berubah menjadi pertengkaran.
“Papa terus saja membela DIA!” Leon beranjak dari kursi dengan kasar dan berjalan pergi.
“Leon... mau ke mana kamu? Leooonn....!” Leon sama sekali tidak mempedulikan suara Papa yang menggema di ruang makan.
Papa menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Air mata perlahan mengalir dari sudut mata Bianca. Nasi yang menggunung belum sedikitpun terkikis oleh sendok makan mereka.
Itu adalah malam ketiga Bianca tinggal di rumah megah itu. Bianca Sallen baru berusia 12 tahun saat dia diasuh keluarga Demaind. Dia sangat senang mendengar dirinya akan diangkat oleh keluarga Demaind, salah satu keluarga terkaya di kotanya.
Hari pertama saat Bianca datang ke keluarga itu, Bianca merasakan sambutan yang tidak ramah dari Mama dan kakak angkatnya. Hanya Papa angkatnya lah yang memperlakukan dia layaknya anak kandung.
Ya, dia sudah mengenal Mr. Leo Gerald Demaind sejak 2 tahun lalu ketika Mamanya, Susan Agnes jatuh sakit karena menderita kanker rahim dan Leo lah yang membantu pengobatan Mama Bianca.
Dua hari berada di keluarga itu membuat Bianca kesepian karena dia tidak bisa bermain dengan siapapun kecuali dengan dirinya sendiri. Bahkan seharian penuh Bianca berada di dalam kamarnya.
Hari ketiga...
Tuan Leo dan Nyonya Bella --- Papa dan Mama angkat Bianca bertengkar hebat sejak pagi hari. Hingga menjelang makan malam, Mama keluar dari kamarnya dengan menarik dua buah koper besar. Bianca ingat saat itu mama menatap Bianca dengan tatapan marah dan benci. Leon berlari memohon-mohon kepada mamanya untuk tidak pergi, tapi Bella dengan angkuh dan tegasnya meninggalkan rumah dan anak semata wayangnya. Sejak saat itu, Leon sepenuhnya membenci Bianca. Matanya selalu menyiratkan kebencian dan dendam kepada Bianca.
Sejak kepergian Bella, rumah menjadi hening, Leon selalu absen saat makan malam, tidak ingin makan semeja dengan Papa dan Bianca dan lebih banyak mengurung diri di kamar.
Tiga minggu kemudian...
Bella sudah kembali ke keluarganya dan rujuk dengan Papa, namun tetap dengan perlakuan dan tatapan benci terhadap Bianca. Leon pun sama, sama sekali tidak pernah menyapanya.
Enam bulan kemudian...
Leon akan melanjutkan SMAnya di Amerika. Sebenarnya Papa tidak setuju, tapi Mama memaksa Papa untuk memindahkan Leon ke luar negeri sebagai syarat jika ingin keluarga mereka rujuk kembali. Papapun terpaksa menyetujui walaupun dengan berat hati.
Bianca ingat bahwa Mama mengatakan tidak ingin orang-orang tahu bahwa sekarang Bianca adalah anggota keluarganya. Dan dia tidak ingin nama baik dan masa depan Leon tercemar karena Bianca berada di dekat Leon.
~ ~ ~
“Aku capek, aku mau istirahat. Bye...,"
Tutt..tutt..tutt...
Bianca melemparkan handphonenya ke kasur. Baru sedetik saja handphonenya sudah berbunyi lagi menandakan ada Whatsapp masuk, dengan langkah gontai Bianca menggapai handphonenya dan membuka Whatsapp yang masuk, tercantum nama Rio si pengirim pesan.
Met istirahat ya :)
“Huhh! Memangnya kamu siapanya aku? Hihhhh...!!” Bianca menyunggingkan bibirnya, terlihat tidak suka dengan isi pesan yang dia terima dari cowok bernama Rio yang dia kenal dari Messenger Facebook 2 minggu yang lalu.
“Malam minggu mau ngapain ya? Hmm... nonton dehhh.. ” Bianca tersenyum senang membayangkan dirinya bisa dengan santai menonton film tanpa gangguan apapun.
Tapi siapa sangka, setelah Bianca selesai mandi dan bersiap-siap menonton film di laptopnya, tiba-tiba handphonenya berdering, tertera nama Lara di layarnya.
Shitt! Batin Bianca. Feelingnya mengatakan dia harus meninggalkan laptop tercintanya untuk malam ini.
“Ada apa?” Tanya Bianca saat menerima telfon dari Lara. Lara adalah teman baiknya dan seumuran dengan Bianca.
“Hehe.. Aku mau minta tolong sama kamu.” Jawab penelfon di sebrang sana yang sadar bahwa ia telah menganggu Bianca dengan senyum nyengir.
“Apa? ” Tanya Bianca to the point. Ia sudah tahu, gadis berkacamata itu jika sudah bertingkah aneh, pasti untuk meminta bantuan dan anehnya lagi Bianca tidak pernah menolak permintaannya. Sebenarnya dia sering menolak, tapi gadis itu akan merengek hingga Bianca tidak akan tahan dan tidak ada cara lain selain mengiyakan untuk membantunya. Gadis itu sedikit berbisik saat berbicara di telfon.
“WHAT?? Kamu udah gila Ra????? Aku gak mau.” Jawab Bianca setelah mendengar apa yang diucapkan teman baiknya itu, Lara Anestasya, gadis yang berusia 26 tahun tapi sikapnya sangat labil di usianya yang sudah tergolong dewasa itu.
“Ayolahh Bibiiiiii....pleaseeeeeeeeee....” Rengek Lara manja dengan wajah memelas.
Lara tahu betul bagaimana Bianca, dia tidak akan tega menolak permintaan Lara karena hubungan mereka sudah seperti saudara kandung. Apalagi Lara lah yang menguatkan Bianca saat Bianca merasa terpuruk dengan kehidupannya yang malang.
Bianca telah mengenal Lara selama 5 tahun. Saat itu Bianca sedang mengumpulkan data untuk skripsinya dan dia tidak sengaja menemukan blog Lara yang berisi foto-foto lukisan dan cerita di tiap balik lukisan itu. Melalui blog itu juga mereka berkenalan dan menjadi teman baik.
Bianca dengan cepat memutar otaknya, memikirkan alasan untuk menolak permintaan Lara, tapi dia tidak tahu harus beralasan apa. Dan dia tahu, Lara akan memaksanya dengan berbagai cara. Peribahasa Lara terhadap Bianca “Banyak jalan menuju Roma.” Bianca seperti Roma bagi Lara. Dan banyak cara untuk membujuk Bianca.
“Haissss! Oke...Oke...Aku mau bantu. Tapi cukup sekali yang kayak begini ya." Bianca pasrah dengan bujukan Lara.
“Oke.. Sip!” Lara berteriak kegirangan dan menutup telfonnya.
Bianca dengan tidak enak hati menyetujui permintaan Lara. Entah apa yang akan terjadi, jika ide Lara tidak berjalan lancar dan di luar dugaan, maka Bianca akan menyesal karena menyetujui Lara.
~ ~ ~
Matahari sudah berada pada puncak tertingginya, menunjukkan terik sinarnya yang menyilaukan semesta. Sebuah suara melengking mengagetkan Bianca yang masih terlelap menikmati akhir pekannya.
"Biancaaaaaaa!!! Bangun!! Udah jam berapa ini?"
"Apa sih La? Berisik ah!" Jawab Bianca ogah-ogahan dari balik selimutnya. Lara segera menyerbu lemari baju Bianca dan mengobok-obok isinya, melemparkan semua baju yang ia rasa pantas untuk digunakan saat blind date ke ranjang Bianca tanpa memperdulikan sang pemilik kamar yang melanjutkan tidurnya.
Akhirnya, setelah dibangun paksa oleh Lara, jadilah saat ini Bianca tampil cantik dengan minidress dengan lingkar leher berbentuk V berwarna biru gelap dan panjangnya diatas dengkul dipadu dengan tas tangan berwarna hitam.
“Beautiiiiii.....pullllll....!” Sorak Lara girang dengan mengancungkan dua jempolnya kepada Bianca. Bianca tersenyum manis mendengar pujian temannya itu. Dia puas dengan baju yang dipakainya dan riasan wajahnya yang simple.
.
.
.
.
.
To be Continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-05-29
0
Dwi Winarni Wina
mampir dan nyimak thor...
2024-05-20
0
sakura
.n.mm
2024-05-19
0