Bianca bingung harus berbuat apa, matanya melihat sekeliling kamar, mencari sesuaru yang bisa digapai dengan cepat.
Siluet laki-laki itu masih berada di balkon dan tiba-tiba berbalik berjalan mendekati pintu. Bianca panik dan memutuskan kembali masuk ke kamar mandi dan menutup pintu dengan pelan.
Sialnya kunci pintu kamar mandi sedang rusak, jadi Bianca menahan pintu dengan tangannya supaya tidak terbuka dengan mudah. Jantung Bianca berdebar kencang seakan ingin keluar dari rongganya karena takut dan was-was.
Tok... Tok...
Tok... Tok...
Seseorang mengetuk pintu kamar mandi.
Cetek... Cetek...
Pria itu menggapai gagang pintu namun masih tidak terbuka.
Dreeeeetttt... Dreeeettttt...
Pintu didorong paksa dari luar namun Bianca tahan dengan tubuhnya.
Dreeeett... Dreeettttt...
Lagi! Pintu didorong paksa dengan tenaga yang lebih kuat. Bianca tidak yakin dia bisa menahannya lebih lama.
"Ahhhh...," Tiba-tiba Bianca terpental akibat dorongan pintu yang kuat.
Pintu terbuka dan menampilkan sosok siluet pria tadi yang sebenarnya.
"Apa yang kau lakukan? Aku kira kau pingsan." Ucap pria itu sambil membuka pintu lebih lebar. Bianca yang tadinya terkesiap kaget langsung berubah menjadi kesal.
"Ternyata kau Leon! Kenapa kau menakuti ku heh?"
"Kau yang menakuti dirimu sendiri. Aku melihatmu bersembunyi saat aku masuk." Jawab Leon sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Biancapun refleks ikut melangkah mundur.
"Bagaimana aku tidak takut jika ada orang lain sembarang memasuki kamarku?"
"Aku terpaksa masuk sendiri karena kau sangat lama, aku sudah menunggu hampir satu jam."
"Apa? Untuk apa kamu ke sini?"
"Papa mencemaskanmu. Jadi aku membantunya untuk mengecekmu." Leon melangkah lagi membuat Bianca mundur dan terpentok dinding kamar mandi.
"Kau mau apa?" Tanya Bianca gugup melihat Leon mendekatkan wajahnya.
Jarak di antara mereka pun semakin menipis, Bianca dapat menghirup bau rokok pada tubuh Leon. Bianca refleks meletakkan kedua tangannya bersilang di depan dada bermaksud menutup tubuhnya. Leon tersenyum kecil dan tiba-tiba meletakkan tangannya ke dahi Bianca membuat gadis itu semakin kaget.
"Badanmu normal, artinya kau baik-baik saja." Ucap Leon di samping telinga Bianca setengah berbisik. Bianca meremang merasakan hembusan nafas Leon di sekitar lehernya.
"Kecuali wajahmu yang merona merah." Lanjut Leon sambil mengusap pipi Bianca. Bianca langsung menepis tangan Leon. Matanya melotot tidak suka.
"Apa yang kau lakukan, lancang sekali! Pergi! Keluar sekarang juga!" Bianca mengusir Leon dengan tegas.
Mendengar bentakan Bianca, senyum canda Leon menghilang, tatapan dingin berkilat di matanya, rahangnya mengeras menandakan dia kesal dan marah.
"Cepat pergi...! Keluarrrr...!" Teriak Bianca lagi sambil mendorong Leon.
Leon mengalah, dia memutar badannya dan melangkah keluar dari apartemen. Bianca menghela nafas lega saat melihat punggung Leon sudah menghilang dari kamarnya. Dalam pikirannya, dia masih bertanya-tanya bagaimana Leon bisa masuk ke kamarnya.
Leon membuka dan menutup pintu mobil dengan kasar. Nafasnya memburu karena kesal dan marah, dia tidak suka diperlakukan seperti tadi. Leon menyalakan mobilnya dan mengemudi dengan kecepatan kencang, menuju sebuah Club.
Leon sedang melampiaskan kekesalannya dengan meminum alkohol ditemani oleh Jack. Hampir tiap malam Jack berada di karena dia adalah pemiliknya.
"Jadi ada apa Bro? Dari muka loe kusut gitu?" Teriak Jack ditengah dentuman musik yang memekakan telinga. Dia tidak tahan sedari tadi hanya diam melihat Leon minum sendiri dalam diam.
"Loe gak mau cerita nih? Ok, fine. Tapi kalo loe butuh bantuan, jangan sungkan bilang gue. Gue ke sana dulu, ada client." Ucap Jack pamit sambil menepuk pundak Leon.
"Thanks Jack." Jawab Leon dingin tapi bersungguh-sungguh.
~ ~ ~
Keesokan harinya Bianca masih terpikirkan kejadian semalam, masih terasa sentuhan tangan Leon yang menyentuh kulitnya wajahnya, tapi berusaha ia tepis dengan memfokuskan diri ke pekerjaannya. Dia juga semakin sibuk karena harus mencari penggantinya dalam waktu 2 minggu.
Jam menunjukkan setengah dua belas siang, handphone Bianca bergetar beberapa kali menandakan ada panggilan masuk, tertera nomor handphone yang tak ia kenal.
"Hallo."
"Hallo Miss Bianca. Ini saya Calvin." Jawab di sebrang sana.
"Oh ya Calvin, ada apa?"
"Mr. Leon meminta anda datang segera mungkin ke kantor kami membawa data perusahaan untuk mengurus investasi."
"Sekarang?" Tanya Bianca kaget.
"Ya, sekarang."
"Apa bisa setelah makan siang?" Tawar Bianca yang panik karena belum mempersiapkan datanya.
"Hmm, semakin cepat semakin baik. Jadwal Mr. Leon sangat padat hari ini." Jawab Calvin tegas.
"Baiklah, saya usahakan secepatnya tiba." Jawab Bianca pasrah.
Bianca bergegas merapikan dan menyiapkan data yang diperlukan, kemudian memasukkannya ke dalam map. Tak lupa ia membawa laptopnya untuk berjaga-jaga.
Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Bianca pun memesan ojek online. Demi mengejar waktu, Bianca rela menunda makan siang dan berpanas-panasan menunggu ojeknya di tepi jalan raya dengan memegang laptop dan dokumen.
Empat puluh menit kemudian, Bianca sudah tiba di lobby kantor Leon berdasarkan alamat yang dikirim oleh Calvin.
Bianca terlebih dahulu melapor dan mendatakan diri di meja resepsionis. Seorang wanita muda yang cantik mempersilahkan Bianca untuk duduk menunggu sembari dia menghubungi Calvin.
Bianca memperhatikan sekeliling gedung yang terlihat besar dan mewah, segala sesuatu di sana terlihat rapi,terawat dan mahal.
Saat asik menggagumi hasil karya designer dan tukang bangunan gedung itu, resepsionis cantik tadi terlihat berjalan menghampiri, Bianca segera menoleh.
"Maaf Bu, Mr. Calvin sudah keluar kantor beberapa menit yang lalu."
"Apa? Berapa lama? Bagaimana dengan Mr. Leon?"
"Mereka pergi bersama."
"Apakah akan lama?" Tanya Bianca mendesak.
"Itu kami tidak bisa memastikan."
Bianca menghela nafas kasar mendengarnya. Ia merogoh handphone dan menelfon Calvin.
Sekali.
Dua kali.
Tiga kali.
Hingga tiga kali menelfon pun Calvin tidak mengangkat bahkan ia sengaja mematikan telfonnya.
Bianca merasa kesal dipermainkan. Ia bingung lebih baik menunggu atau kembali ke kantornya. Tapi bagaimana saat ia sudah tiba di kantornya dan mereka tiba-tiba kembali serta memintanya datang lagi, bukankah Bianca akan bersusah payah kembali lagi?
Sudah pukul tiga sore dan selama tiga jam Bianca masih menunggu di lobby kantor Leon sembari mengerjakan pekerjaannya di laptop. Masih beruntung karena gedung itu memiliki coffee shop sendiri sehingga ia dapat mengisi perutnya yang kelaparan dengan dua potong roti yang dijual di sana.
Leon dan Calvin terlihat baru saja keluar dari lift VIP. Perawakan mereka yang sama-sama tampan tak heran selalu menarik perhatian orang.
Bianca mendongakkan kepalanya saat mendengar orang di sekitarnya berdesas desus, matanya mengikuti pandangan orang-orang yang menoleh dan melihat dua pria tampan seperti model sedang berjalan menuju pintu lobby.
Bianca terperangah melihatnya. Sejak kapan mereka kembali? Dan kenapa resepsionis tidak mengabarinya jika mereka sudah kembali?
Bianca bergegas berdiri dan berlari mengejar Leon dan Calvin.
"Calvin....! Leonnn!!" Teriak Bianca berusaha mengejar. Kini semua perhatian teralihkan kepadanya, menatap bingung dan heran.
.
.
.
.
.
To be Continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
3sna
ngapain nanya cb,,lngsung aja usir,,
2024-07-10
0
HNF G
hahahaha..... gak sadar panggil mereka lgsg sebut nama😂😂😂😂😂
2024-06-03
1
Mukmini Salasiyanti
ooo dasar!!!
siapa nih yg ngerjain bianca??
2024-04-23
0