2

Dari jauh Gavin masih memperhatikan perempuan di ujung sana yang sedang membersihkan seragamnya dengan tissue, wajah kesalnya sungguh menggemaskan bagi Gavin.

"Dar, kasih nih ke dia. Tapi jangan bilang dari gue lo" Gavin memberikan Hendar sapu tangan untuk diberikan kepada Luna.

"Yaelah masih peduli lo, gengsi digedein sih lo Vin" sungut Hendar.

"Bawel, gece sana!" Gavin mendorong tubuh Hendar pelan, Hendarpun langsung menjalankan perintah Gavin. Sedangkan Alfi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.

"Lun, seragam lo kenapa?" tanya Hendar basa-basi.

"Basah nih lo gak liat apa. Gara-gara sahabat lo nih, benci gue" geram Luna, Asya mencoba membantu Luna.

"Nih pake sapu tangan gue" Hendar memberikan sapu tangan berwarna biru dongker kepada Luna.

Luna menerimanya "Ehh kaya kenal nih sapu tangan. Punya si manusia setan itu kann??" Hendar bingung harus menjawab apa.

"Suruh dong dia sendiri yang ngasih, ga gentleman banget jadi cowok" Luna pergi meninggalkan Hendar dan Asya, membawa serta sapu tangan milik Gavin.

Luna pergi ke toilet guna membasuh noda es jeruk diseragamnya.

"Kering gak ya" selesai membasuh dan mengeringkan dengan hand dryer yang tersedia di toilet, Luna bergegas menuju kelas.

Namun naas.

Bughh

"Awhh...Sakitt" Luna menoleh melihat siapa yang sudah menabraknya. Dan orang itu adalah orang yang sangat Luna benci sekarang.

"Lo lagi ishh, kenapa si gue kalo ketemu lo selalu sial." ucap Luna kesal.

"Lo pikir gue gak sial ketemu lo, dasar ulet bulu" pekik Gavin.

"Ehh apa lo bilang??"

"Lo itu ulet bulu, karena nempel sama gue terus. Gue kemana-mana pasti lo ikutin." ucap Gavin pede.

"Najis amat gue ngikutin lo, gausah kepedean lo mantan a.k.a manusia setan!!" balas Luna tak mau kalah.

"Lo setannya gue manusianya." balas Gavin.

"Lo dua-duanya, manusia yang berwujud setan." sahut Luna tak mau kalah.

"Udah deh Lun, lo kalo masih sayang bilang aja. Tapi sorry, gue udah gak sayang lagi sama lo" ucap Gavin yang langsung membuat hati Luna nyeri.

"Pede lo akut banget ya Vin, tapi sorry sedikitpun udah gak ada rasa lagi di hati gue buat lo." balas Luna tak mau kalah, iya. Itu bukan tulus dari hati Luna, ia hanya tidak ingin terlihat lemah dihadapan mantannya satu ini. Dan Gavinpun bungkam, mencerna perkataan Luna.

"Satu lagi, kalo mau ngasih sapu tangan gak usah nyuruh orang. Gak gentle banget jadi cowok, untung gue udh gak sama lo lagi." Luna mengembalikan sapu tangan Gavin tepat di tangannya. Lalu pergi meninggalkan Gavin yang masih mematung.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Dari mana lo Lun? Gue kira lo udah ke kelas, taunya gak ada di kelas" tanya Asya saat Luna masuk ke dalam kelas.

"Bersihin ini Sya." balas Luna singkat. Jujur, ia masih memikirkan perkataan Gavin tadi, sakit rasanya mendengar Gavin mengungkapkan apa yang seharusnya tak ia dengar. Mengapa semudah itu Gavin melupakan kenangan dengan dirinya, Luna akui hubungan yang ia jalani baru saja berjalan 3 bulan, namun sudah banyak kenangan yang tertoreh dalam kisah cinta dirinya dengan Gavin.

"Lo kenapa Lun, ko murung gitu?" tanya Asya melihat wajah muram sahabatnya itu.

"Gapapa kok, Sya."

"Kalo ada apa-apa cerita sama gue ya Lun." Luna menganggukan kepalanya seraya mengiyakan apa yang Asya katakan.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Kenapa lo Vin?" tanya Hendar saat Gavin datang dengan wajah gelisahnya.

"Lo ngapa bilang kalo itu sapu tangan dari gue?" pertanyaan Gavin tertuju pada Hendar.

"Gua gak ngomong ke Luna, dia sendiri yang tau kalo itu sapu tangan lo, tiba-tiba dia bilang itu punya lo dan nyuruh lo ngasih sendiri ke dia." jawab Hendar jujur.

"Kan gue udah bilang Vin, gak usah gedein gengsi lo kalo masih sayang mah." ucap Alfi membuka suara.

"Tau lo Vin, Luna direbut orang baru tau rasa." timpal Hendar.

Yang punya masalah hanya diam saja memikirkan apa yang dipikirkan kedua sahabatnya itu. Sebenernya bukan itu yang jadi fokus utama Gavin, tapi perkataan Luna tentang dirinya yang sudah tak ada rasa lagi dengannya.

Bel yang paling ditunggu seluruh siswa-siswi SMU Antares bergema, seluruh siswa berhamburan keluar gerbang menuju rumah mereka masing-masing.

"Gavin!" lelaki dengan kacamata hitam yang sudah bertengger di hidungnya itu menoleh.

"Jadi anterin aku ke toko buku kan hari ini?" tanya seorang wanita yang sudah beberapa minggu ini dekat dengan dirinya.

"Lo sendiri aja ya, gue males." setelah mengatakan itu Gavin pergi meninggalkan Moza.

"Ishh kenapa si Vin, lo selalu cuek gitu sama gue. Giliran sama Luna aja pedulinya setengah matii." dumel Moza kepada Gavin.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Luna pulang!!" pekikan remaja 17 tahun ini terdengar seperti biasanya. Namun, balasan yang biasanya tidak didapatnya kini Luna dapat, suara lelaki setengah baya menyahuti pekikan Luna. "Akhirnya my darl pulang."

Luna yang sudah lama tak bertemu sang daddypun dengan girang memeluk lelaki yang menjadi cinta pertamanya.

"I miss you, Dad." ucap Luna dibalik pelukan harunya.

"I miss you more my princess." ucap Thomas membalas pelukkan gadis bungsunya.

"Don't leave me again Dad, i'm so lonely." adu Luna sedih.

"No more princess, i will stay here now with you." balas Thomas penuh kasih sayang.

"Are you really, Dad?" tanya Luna senang.

"Yes, princess." Luna memeluk lagi Daddynya dengan erat seakan tak ingin lagi terpisah.

"Wait..wait..Whose you?" tanya Luna kepada perempuan yang sedang duduk di sofa ruang tamunya, umurnya kira-kira sebaya dengan kakak keduanya.

"Perkenalkan sayang ini Melly, calon mama baru kamu." ucap Thomas santai.

"WHATT?? ARE YOU CRAZY DADDY??" ucap Luna tak percaya.

"No princess. Why?"

"Dia gak pantes jadi mommy aku, gak ada yang pantes jadi mommy aku, karena gak akan ada yang gantiin posisi mommy di hati aku. Pokoknya aku gak setuju Daddy nikah lagi apalagi sama perempuan ini!!" Luna beranjak meninggalkan Daddynya dengan wanita itu, hatinya terasa hancur sekarang. Baru setahun mommynya pergi meninggalkannya dan sekarang Daddynya ingin menikah dengan wanita itu? wanita yang lebih pantas menjadi kakaknya? Luna tak habis pikir dengan Daddynya.

Buru-buru Luna mengunci kamarnya rapat-rapat, membuang tasnya ke sembarang tempat dan menaruh badannya di kasur king size miliknya.

Biasanya jika sedang seperti ini dirinya menelfon Gavin, sekadar meluapkan apa yang ada di dalam benaknya, walaupun respon Gavin sangat biasa namun setidaknya hati Luna merasa lega karena telah menceritakannya kepada orang yang dipercayainya.

Namun sekarang hanya angan semu, Luna merasa sendirian, ia tak tahu harus berbagi cerita kepada siapa. Kedua kakaknyapun tak pernah peduli dan tak mau mendengarkan keluh kesahnya, mereka terlalu sibuk dengan keluarga mereka masing-masing.

"Mom, Luna kangen mommy. Gak ada yang bisa gantiin Mommy di hati Luna. You're  is number one in my heart, Mom. Luna bener-bener kangen Mommy, cuma Mommy yang Luna butuhin sekarang. Daddy jahat gak setia sama Mommy, Luna sebel Daddy, Luna sebel semuanya. Luna sebel sendirian." Isakan tangis terdengar dari mulut Luna, hatinya terlalu rapuh menanggung semuanya sendirian. Ia butuh seseorang untuk meredakan pilu dihatinya. Ia lemah. Ia rapuh.

TBC.

Terpopuler

Comments

Phoenix VR

Phoenix VR

ap mungkin calon daddy'y luna itu ad hubungannya dgn gavin kah 🤔🤔🤔

2021-04-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!