1

Setelah melewati weekend yang begitu menyedihkan, kini Luna harus kembali menerima kenyataan.

"Loh kursi gue kemana?" tanya Luna saat memasuki ruang kelasnya dan mendapati kursinya tidak ada ditempat.

"Kemaren sekolah kita ada acara Lun, jadi semua kursi dipake, lo cari aja di gudang tadi aja gue ambil di gudang" ujar Asya, yang sudah terlebih dahulu datang.

"Ohh yaudah deh, gue ambil dulu" ucap Luna kemudian beranjak menuju gudang sekolah. Namun saat ia sampai di gudang sekolah, ia tak menemukan kursi satupun.

"Sial, gue keabisan kursi lagi" ketika ingin kembali menuju kelas, Luna melihat salah satu siswi kelasnya membawa kursi.

"Nara..Itu lo ambil dimana kursinya?" tanya Luna.

"Di kelas cowok lo Lun, kelas cowok lo kan pusat acaranya" sahut Nara.

'Ya Tuhan cobaan apalagi ini'

"Ohh gitu yaudah makasih ya Ra"

Setelah gadis berkacamata itu pergi, Luna segera bergegas ke kelas Gavin, ia yakin lelaki itu belum datang pagi ini, karena ia sudah menjadi langganan telat. Namun, apa yang ada dipikiran Luna pecah sudah. Disana, Tepat didekat kursi yang ingin ia ambil bertumpuk. Gavin tengah mengobrol dengan Alfi.

"Mampuss guwahhh, dia udah dateng dongg.. Ahelah ngapa cepet banget si" Luna mengusap wajahnya gusar.

"Ottoke ini"

"LunLun" bertepatan dengan itu, seorang yang sangat ia kenal keluar.

"Ngapain lo disini? Nyari Gavin yee??" yap, dia Hendar, yang notabenenya juga sahabat Gavin.

"Apaan si lo gendar, siape yang nyari Gavin. Gajelas!" elak Luna.

"Aelah ngeles aje lo, LunLun yang hobinya melamun.. Bilang aja kali kalo masih sayang, gue panggilin Gavinnya nihh.. GAVIN DICARIIN LUNA" teriakan Hendar yang cukup kencang mampu membuat seisi kelas menoleh dan Gavin menghentikan aksinya.

"Ehh gendar, siapa yang nyari Gavin si. Gue mau ambil bang---"

"Ada apaan ni?" belum Luna menyelesaikan perkataannya, yang dipanggil keluar.

"Kenapa Lun? Ada yang mau lo omongin? Apa lo mau ngajak balikkan? Masih sayang kan lo sama gue?" whatt???? Sontak Luna terdiam melihat respon Gavin. Sejak kapan lelaki yang selama ini ia kenal dengan label manusia es itu, menjadi secerewet ini.

"Lo gila ya? Gue kesini mau ambil kursi" Tanpa babibu, Luna memasuki ruang kelas Gavin dan mengambil satu kursi untuk dirinya.

"Perlu bantuan gue gak?" tawar Gavin.

"Gak usah, makasih"

"Jarang-jarang loh gue ngasih bantuan" ucap Gavin.

"Gue gak peduli" jawab Luna.

"Wihhh LunLun galak juga ya" sahut Hendar.

"Berisik lo gendar, ini semua gara-gara lo nih. Ketemu gue awas lo ya" Dengan segera Luna pergi dengan kursi ditangannya.

"Ett maap elah LunLun, sini deh abang Hendar bantuin bawa" Hendar mengambil alih kursi yang sedang Luna bawa.

"Ehh gak usah gendar, gue bisa sendiri" tolak Luna.

"Gapapa LunLun, itung-itung permintaan maaf gua" ucap Hendar pergi menuju kelas Luna.

Luna mengekori Hendar dari belakang, namun saat ia berjalan melewatinya kursi wanita yang sangat ia benci, wanita yang membuat hubungan Gavin dan dirinya kandas, melentangkan kakinya yang membuat Luna terjatuh.

Gavin yang melihat itu sontak langsung membantu Luna berdiri.

"Lo gapapa?" Gavin mencoba membantu Luna berdiri namun Luna menghempaskan tangan Gavin dengan kencang.

"Gak usah lo jadi pahlawan buat gue, gak usah lo pegang-pegang gue. Lo sama dia sama aja tau gak? Gak ada bedanya di mata gue. Dan lo cewek gatel, lo cocok sama dia. Sama-sama gak punya harga diri!" setelah mengucapkan perkataan itu, Luna pergi meninggalkan Gavin.

Hatinya sakit, Gavin memang membantunya namun melihat wajahnya saja ia sudah sangat benci. Dan lagi melihat wajah wanita jalang itu. Moza.

Tak terasa air mata Luna menetes. Dengan segera Luna menghapusnya, ia tak ingin semua orang tau kesakitannya, ia tak ingin semua orang tau kesedihannya, yang ia inginkan hanyalah mereka semua tau bahwa Luna baik-baik saja. Ada ataupun tak ada Gavin.

"Lun, lo lama banget. Kemana dul---Lun lo nangis?" perkataan Asya membuat Hendar terkejut.

"Lunlun nangis?" tanya Hendar.

"Apaan si sotoy, nangis dari hongkong. Gue ini, emmm kelilipan tadi" elak Luna.

"Ohh gitu, yaudah gue pamit ke kelas dulu ya Lun" ucap Hendar.

🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️

"Sok banget si Luna, pake nolak pertolongan gua lagi. Masih untung gue bantuin,tau gitu tadi gak usah gue bantuin aja" omel Gavin, merasa malu atas reaksi Luna tadi.

"Lo bisa diem gak sih Vin? Gue capek tau gak denger lo ngomel-ngomel terus dari tadi" kali ini giliran Alfi yang berbicara, jujur ia lelah mendengar celotehan Gavin yang tak ada hentinya.

"Gue gak abis pikir aja Fi, sama tuh cewek" balas Gavin.

"Ya jangan salahin Luna juga lah kalo dia jadi benci sama lo, tindakan lo ke dia tuh emang wajar buat dia benci sama lo" ucap Alfi, yang membuat kening Gavin berkerut.

"Lah salah gue emang Fi?? Masih mending gue mutusin dia dengan cara kaya gitu, daripada gue ngomong yang sebenernya??" ucapan Gavin hanya dibalas gelengan oleh Alfi.

"Nyesel tau rasa lo Vin" hanya itu yang Alfi katakan, sesaat sebelum ia memasang headset di kedua telinganya.

"Yaudah gue mesen es jeruk dulu ya Fi" tak ada jawaban dari Alfi, Gavin segera bangkit memesan es jeruk.

Dari kejauhan ia bisa melihat perempuan yang sempat mengisi harinya sedang berdiri didepan kedai es jeruk umi.

Gavin melajukan langkahnya.

"Umi es jeruk satu ya" pinta Gavin kepada tukang es jeruk yang kerap disapa umi itu.

"Siapp Vin" jawab Umi.

"Umi punya Luna udahan belom?" tanya Luna kepada Umi.

"Udah nih Neng Luna" mendengar penuturan Umi, Luna segera mengeluarkan uang dan membayarnya lalu pergi. Namun, bukan Gavin namanya jika tidak mengusili mantannya itu, walaupun rasa kesal masih ada tapi melihat wajah marah Luna yang menurutnya lucu itu, membuat Gavin lupa semuanya.

Gavin sengaja menyenggol Luna yang sedang membawa dua es jeruk hingga tumpah mengenai seragam gadis itu.

"Gavin!! Lo sengaja kan?" geram Luna.

"Apaan sih gue gak sengaja, lagian lo jalan gak pelan-pelan" ucap Gavin tak mau mengaku.

"Udah deh Vin, gak usah cari ribut sama gue lagi. Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, jadi biarin gue hidup tenang" ucap Luna yang membuat Gavin makin gencar membuatnya marah.

"Pede lo ya, siapa juga yang sengaja nyenggol lo. Kalopun gue sengaja juga ogah banget gue megang-megang lo" elak Gavin.

"Bukan pede, tapi kayanya emang lo sengaja!" ucap Luna kekeuh.

"Kan masih kayanya, lagian buktinya apa?" ucap Gavin.

"Tau! suka-suka lo deh Vin. Maling gak akan mau ngaku" sarkas Luna lalu pergi meninggalkan Gavin.

Aksi keduanya mendapat perhatian satu kantin, mereka bertanya-tanya mengapa sepasang kekasih itu bertengkar seakan musuh yang tak pernah menjalin kasih.

"Ampun deh gue Vin sama lo, tindakan lo tuh bikin satu sekolah jadi tau kalo lo udah putus sama Luna" ucap Hendar, Alfi lebih memilih bungkam.

"Biarin aja, biar cewek-cewek pada ngejar-ngejar gue lagi" jawab Gavin enteng.

"Terus lo rela kalo Luna juga dikejar-kejar cowok-cowok sini lagi?" pernyataan Hendar sontak membuat Gavin bungkam. Ia diam sejenak.

"Ya biarin aja" ucap Gavin ragu.

Udah part kedua gaiss, jangan lupa vote dan komen yaa biar aku semangatt❤️❤️

Terpopuler

Comments

laylanjani

laylanjani

seruu alurnyaa

2021-04-18

1

Phoenix VR

Phoenix VR

awal yg seru semoga kedepan lebih lgi

2021-04-06

1

sariz07

sariz07

bagus kaka alur nya

2020-07-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!