4

"Ada yang mau lo ceritain?" tanya Gavin saat pelukan keduanya terlepas. Luna hanya menggeleng lemah.

"Yaudah, balik yuk. Anak-anak pada nyariin lo." Gavin beranjak berniat mengajaknya pulang. Namun Luna menahan lengan Gavin. Gavin menoleh, Luna menggelengkan kepalanya.

"Yaudah kita ke rumah Hendar aja ya." Gavin masih mencoba menenangkan Luna. Luna mengangguk.

Gavin gue udh ketemu sama luna, kita ketemuan di rumah hendar aja fi

"Lo bener gapapa? Mau ice cream?" Luna menggeleng.

"Kalo lo mau cerita, lo bisa cerita ke gue Lun." tak ada jawaban apapun dari Luna. Hanya keheningan yang mengisi suasana di dalam mobil Gavin itu.

"Btw, mama nyariin lo." Gavin kembali membuka suara.

"Lo udah jarang maen kerumah katanya." sambungnya. Menurut Gavin ini adalah momen yang pas untuk menyampaikan pesan dari mamanya yang super bawel itu, mamanya yang hampir setiap hari menanyakan kabar Luna.

"Iya nanti gue maen." hanya itu yang keluar dari mulut Luna, setelah itu keheningan kembali menimpa mereka berdua. Hingga mereka sampai dirumah minimalis milik Hendar. Hendar memang tinggal sendirian dirumah, ia diberikan rumah oleh kedua orang tuanya untuk ia tinggali sendirian. Orang tuanya ingin Hendar belajar hidup mandiri.

Pelukan Asya langsung menyambut tubuh Luna. Asya yang sedari tadi sangat khawatir dengan sahabatnya itu tak henti-hentinya mengucap syukur.

"Lo kemana aja? Gue telfon gak diangkat gue chat gak dibales. Gue khawatir tau." Luna terkekeh melihat perlakuan sahabatnya itu. Setidaknya Luna bersyukur masih dikelilingi oleh orang-orang yang sangat peduli dengannya.

"Maaf ya, Sya."

"Iya gapapa, lain kali jangan gitu ya Lun. Yaudah yuk masuk, gue sama Hendar lagi masak buat lo." Mereka berempatpun masuk ke rumah Hendar.

"Lo gapapa Lun?" tanya Alfi

"Gapapa Fi, maaf ya ngerepotin kalian. Seharusnya kalian gak usah cari gue. Gue hidup juga gak ada gunanya." ucap Luna sedih.

"Lo gak boleh ngomong gitu Lun, kehadiran lo tuh berarti buat kita-kita." ujar Alfi.

"Hooh Lunlun, apalagi buat yang onoh noh." ledek Hendar.

"Orang yang langsung kaget denger kabar kehilangan lo." timpal Hendar.

"Bacot!" sungut Gavin.

"Lunaku, jangan ngomong kaya gitu. Kita selalu siap ko buat lo, buat denger semua keluh kesah lo." ujar Asya.

"Makasih ya."

"Ehh Asyiapp, ayo lo tanggung jawab bantuin gue siapin semuanya." sungut Hendar kepada Asya.

"Nama gue Asya ya Gendar, bukan Asyiapp." balas Asya tak terima.

"Ya lo kan titisan atta halilintar." ucap Hendar yang mendapat timpukan bantal sofa dari Asya.

"Makan tuh atta halilintar. Lo kali tuh jadi Gendar Halilintar." semuanya sontak tertawa melihat kelakuan dua sejoli ini.

🌻🌻🌻🌻🌻

Setelah seharian bolos bersama mereka berlima akhirnya pulang menuju rumah masing-masing.

"Lo gapapa pulang kerumah Lun?" tanya Hendar khawatir

"Gapapa gendar." sahut Luna.

"Oiya, btw gue balik sama siapa nih?" Luna bertanya, pasalnya tadi ia berangkat dengan taksi.

"Gue!" kedua suara lelaki itu sontak membuat Hendar,Luna dan Asya bergeming.

"Jadi?" tanya Luna lagi.

"Lo balik bareng gue aja." ucap Gavin

"Rumah lo sama Luna kan lawan arah Vin, mending Luna balik sama gue aja yang searah." ujar Alfi.

"Iya bener gue sama Alfi aja deh, searah juga kan. Yuk Fi." Luna menarik tangan Alfi yang membuat Gavin mematung.

"Lo gapapa pulang kerumah lo?" tanya Alfi saat keduanya sedang di jalan menuju rumah Luna.

"Gapapa Fi, paling bokap belom pulang." sahut Luna.

"Besok mau gue jemput?" penawaran Alfi mampu membuat Luna terdiam.

🌻🌻🌻🌻🌻

Alfi LG gue udah didepan

Luna yang sudah siap dengan seragam sekolahnya, sontak terkejut melihat chat Alfi. Ia pikir semalam Alfi hanya bercanda, makanya ia mengiyakan dengan sedikit bercanda juga, namun sepersekian detik Luna lupa, kalau Alfi bukanlah Gavin, Alfi sangat serius sedangkan Gavin walaupun sifatnya dingin, namun ia akan bersikap hangat dengan orang-orang terdekatnya.

Dengan segera Luna turun lalu terburu-buru keluar rumah.

"Daddy udah jalan Bi?" tanya Luna.

"Udah dari subuh, Non." jawab Bik Surti.

"Yaudah Luna berangkat dulu ya Bi."

Luna segera keluar rumah, dan disana terlihatlah Alfi dengan mobil yang sudah terparkir.

Alfi membuka kacamatanya, membuat Luna terkesima.

'Sadar Lun, dia sahabat mantan lo.'

"Udah lama apa baru?" tanya Luna.

"Baru. Yang pas gue chat lo." jawab Alfi.

"Yaudah yuk."

Di mobil hanya ada keheningan diantara mereka berdua, jujur Luna bukan seorang wanita yang suka memulai pembicaraan, ia justru menunggu lawan bicara memulai pembicaraan. Sedangkan Alfi, ia lelaki yang tidak suka berbasa-basi. Jadilah hanya suara radio yang mengisi keheningan mereka berdua.

Hingga mereka sampai disekolah.

"Fi, gue dianter sampe sini aja ya. Ga enak kalo sampe ada yang liat, lo tau sendiri kan anak murid sini tuh rempong semua." ucap Luna.

"Iya gue ngerti." Luna segera turun dari mobil Alfi, sebelum ada paparazi yang menyebarkan gosip tidak sedap, apalagi ia baru saja putus dengan Gavin.

"Lunaaa, sampe juga lo." pekikan Asya menyambut kedatangan Luna.

"Iya nih."

"Dicariin noh lu sama mantan terindah." ucap Asya.

"Idih, siapa dah?" tanya Luna.

"Siapa lagi kalo bukan Gavin, Gavin Putra Mahendra." jawab Asya tegas.

"Lahh ngapain dia nyariin gue." tanya Luna heran.

"Mao ngajak lo kawin lari."sahut Asya asal.

"Ye gila lo."

"Ya lagian lo nanya gue, ya gue nanya siapa bambang?" ucap Asya jengkel.

"Nanya si Gendar."

"Gblk."

"Btw ya Lun, masa si Gendar langsung so care gitu ke gue." adu Asya.

"Seriusan lo? So care gimana maksudnya?"

"Iya gara-gara dia anter gue pulang kemaren. Kan dia ngajak gue makan dulu ya. Terus pas pulang-pulang, langsung chat gue kek udah sampe rumah nih, lu tidur ya, good night, terus tadi pagi ngucapin good morning udah gitu bilang jangan lupa sarapan. Geli sumpah." Luna hanya tertawa mendengar cerita sahabatnya itu.

"Baper dia Sya sama lo." jawab Luna.

"Ihh gue kan ga ngapa-ngapain dia, ga ngomong apa-apa, kenapa dia baper. Terus gue harus gimana dong nih Lun, gue kan gak suka sama si Gendar." ujar Asya frustasi.

"Bales kaya biasa aja Sya, jangan gak lo bales nanti kesannya lo jadi cewek sombong dan sok jual mahal banget." saran Luna.

"Tapi kalo gue bales terus-terusan, yang ada dia makin baper dan berharap lebih sama gue Lun." Luna kembali berpikir, apa yang dikatakan Asya memang ada benarnya.

"Gak tau ah Sya, pusing gue sama lo."

"Ahh Lunaa tolongin gue."

Tak lama Bu Betty, guru fisika mereka datang. Dan jam pelajaran pertamapun dimulai.

TBC.

Terpopuler

Comments

Phoenix VR

Phoenix VR

visual alif cocok dngan karakter'y

2021-04-07

1

sariz07

sariz07

baguuss.


yuukk mampir k novel saya ya kaka

2020-07-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!