{kak Mia, kak Fahmi. Maaf banget disa nggak bisa ikut acara besok, soalnya disa udah punya janji duluan sama temen}.
Aku sedikit menyesal karena tidak bisa ikut merayakan kesuksesan kerja keras tim kami, proyek yang kita buat disetujui oleh atasan dan kami mendapat bonus.
Makanya kak Mia mengusulkan untuk mengadakan pesta kecil-kecilan di sebuah restoran langganan kami. Tempat dimana kami mengeluarkan keluh kesah, yah.. kami selalu menuangkan isi hati kami disana.
Kami tidak ingin menggosip di kantor karena tembok disana punya mulut dan telinga. Parahnya lagi ada alat pengolah yang meluncurkan berita dengan sangat panas.
Mereka berdua adalah dua senior ku yang banyak sekali membantuku. Mereka juga orang-orang yang memahami karakterku, memahami bagaimana aku tidak bisa cepat berinteraksi dengan orang baru. Intinya mereka sangat berharga bagiku di tempat kerja, selain uang gajian.
Sementara yang lain hanya menganggapku makhluk yang tidak penting dan tidak harus disapa bila bertemu, sepertinya mereka menganggap ku seperti angin. Ada tapi tidak terlihat.
(Jangan lupa besok gue jemput pagi)
Satu pesan masuk lagi, itu dari Siska. Aku tahu maksud dia ingin menjemputku pagi, pasti karena dia ingin ikut sarapan masakan ibuku. Dia memang sering makan di rumahku, dan ibu tidak mempermasalahkan. Merasa senang karena seperti memiliki dua anak gadis.
Tapi kadang perhatian ibu lebih banyak untuk Siska, mungkin karena ibu paham kalau meskipun Siska anak yang tidak mungkin kekurangan apapun dalam masalah harta benda, tapi terlihat jelas kalau Siska sangat kesepian.
...****************...
"ibu nggak suka kalo kamu dateng bawa kayak gini lagi, kalo mau main ya main aja" omel ibu pada Siska yang membawa banyak kebutuhan dapur. Lengkap, dari sayur, buah, dan bumbu-bumbu.
"tapi kan Siska numpang makan terus Bu disini" ucap perempuan cantik itu membela diri.
Bukannya diam, ibuku malah memukul lengan mulus itu keras sampai Siska mengaduh.
"kamu itu udah ibu anggep anak. Kamu kira rumah ibu warung makan, jadi kamu makan disini terus bayar? Gitu?"
Siska hanya diam memegangi lengannya yang sedikit merah, begitu pula matanya yang kini sudah berembun.
Aku yang tengah menyantap sarapan berhenti sejenak melihat dua orang di depanku yang sedang berdrama. Kenapa tidak dilanjutkan kembali dialognya.
Kami bertiga sama-sama terdiam, sampai akhirnya tiba-tiba Siska memeluk ibu dengan tangis yang pecah.
"HUAAAA.... Ibu" ibuku yang tadi kaget pun, membalas pelukan Siska, mengusap punggungnya. Seakan memberi tahu Siska kalau dia tidak perlu khawatir dan merasa kesepian.
Aku terharu melihat adegan di depan. Meskipun mataku basah, tapi aku tidak mau ikut berpelukan, ku lanjutkan acara sarapanku sampai selesai.
"aduhhh.. Ini jadi berangkat nggak yah?" ucapku keras dengan nada santai, membuat ibu dan Siska mengurai pelukannya.
"jadilah, Lo jadi cewek nggak bisa apa baper sedikit liat gue sama ibu? Malah sengaja ngomong gitu" ucap Siska serak dengan muka sebalnya.
"udah sini Lo makan, gue kan udah bilang kalo kesini nggak perlu bawa begituan. Sukurin Lo dimarahin sama ibu" ucapku mengejeknya, dia tidak menjawab karena perkataanku memang benar.
"udah cepet makan Lo, abis itu benerin tuh make up. Luntur semua, gue mau mandi dulu" setelah mengucapkan itu, aku berlalu ke kamar mandi.
"Bu, kenapa sih Adisa cuek banget? dia cewek loh. Dari dulu sampe sekarang nggak pernah berubah, padahal dulu ada loh Bu yang naksir sama Adisa, tapi dia nggak berani ngomong karena Adisa cuek banget"
Bu Ranti hanya tersenyum getir mendengar perkataan dari Siska, sadar betul mengapa sikap anak satu-satunya itu menjadi demikian.
"sudah ayok makan dulu, dari pada nanti kena omel Adisa lagi" ucap perempuan berisi itu sambil menggiring Siska ke meja makan.
Dari dulu sampai sekarang memang sifat Adisa terbilang keras, dia akan memendam semua masalah dan keluh kesahnya sendiri, tidak mau menceritakan apapun pada orang tua. Terlebih keluarga yang sudah mencetak adisa menjadi pribadi yang keras.
Keras disini maksudnya adalah Adisa akan tetap kekeuh pada prinsipnya, dia juga tidak suka bergaul dengan terlalu banyak orang. Dia ingin jadi mandiri dan tidak mau mengandalkan orang lain.
Dia pernah mendengar salah satu keluarganya mengucapkan kalau kita akan dianggap saudara kalau kita kaya raya. Tapi nyatanya mereka yang memiliki tidak mau memberi bantuan kepada keluarga Adisa yang sangat membutuhkan bantuan..
Lagi dan lagi, penyebab Adisa mempunyai sifat keras adalah keluarga dari bapaknya yang bersikap jahat padanya. Sedangkan keluarga dari ibunya sendiri seperti telah membuang Bu Ranti. Tidak peduli lagi bagaimana kabar Bu Ranti setelah menikah.
Bisa dikatakan kalau Adisa trauma dengan keluarga, yang Bu Ranti khawatirkan adalah sikap anaknya yang selalu tertutup pada orang lain terutama lawan jenis, Bu Ranti takut Adisa tidak mau menikah. Itulah sebabnya dia meminta Siska untuk mencarikan laki-laki yang baik untuk anaknya.
...****************...
"kita mau kemana lagi sih Siska?" aku bertanya dengan nada kesal, hampir semua tempat sudah dikunjungi kami berdua. Tapi dia selalu menjemputku dan berkata akan pergi melihat tempat bagus yang masih jarang didatangi oleh manusia.
jujur saja aku merasa terhibur karena tempat-tempat yang kami kunjungi sepi dan jauh dari perkotaan, tapi pada kesempatan lain Siska membuatku kehabisan energi karena terlalu banyak bertemu dengan orang.
"udaahh.. Lo tenang aja dis, kali ini gue janji Lo bakal betah karena nggak ada manusianya" dia mengedipkan matanya saat mengatakan manusia, dia merasa bersalah saat kemarin aku terlihat lemas setelah kita pulang dari tempat wisata yang memang ratuan orang tumpah di dalamnya.
Aku hanya terdiam, pasrah. Toh aku juga tidak bisa menolaknya. Yaa, setiap keluar bersama Siska aku merasa senang meskipun resikonya adalah diajak ke tempat yang sangat sangat ramai.
Setelah beberapa menit kemudian kami berhenti di sebuah tempat yang sangat asri, begitu damai dan sesuai perkataan Siska tadi, disana tidak banyak manusia berlalu lalang.
"gimana? Lo suka kan?" aku mengangguk mantap membuat Siska sombong, kemudian dia menggandengku masuk.
Jujur saja aku baru melihat ada tempat makan yang begitu asri dan tempatnya jauh dari keramaian. Apa ada orang yang tahu tentang restoran ini.
Setelah masuk, aku dibuat semakin kagum lagi. Pasalnya semua yang ada di dalam terbuat dari kayu yang dipahat, mulai dari tiang, kursi, meja dan beberapa hiasan dinding lain dan itu sempurna. Ditambah lagi beberapa tanaman yang sengaja dirawat dengan sepenuh hati, begitu menawan ditempatkan di spot yang membuat ruangan semakin hidup.
Bibirku tak hentinya tersenyum, sampai ada seruan yang memanggil Siska yang mengenakan kacamata hitam, senyumku langsung buyar.
Ada Alif dan dua orang laki-laki duduk di kursi kayu berukir, melingkari meja kayu yang juga terdapat ukiran disana. Tersisa dua kursi lagi, aku yakin itu untuk kami berdua.
Siska mempercepat jalannya, dia mengapit lenganku semakin kencang. Perasaanku mulai tidak enak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments