2

   Setelah pertemuan dengan Siska, aku jadi sering keluar rumah. Tentu saja dia selalu menjemputku, memberi alasan kepada ibu agar bisa mengajakku pergi.

  "ibu malah seneng kamu ajak adissa main, dia itu nggak pernah keluar, nggak punya teman. Makanya penampilannya tetap saja seperti itu. Tolong juga yah nak Siska, carikan dia laki-laki biar cepet nikah"

   Siska tersenyum girang saat mendengarnya, tapi dia langsung sendu ketika mendengar aku tidak punya teman. Tapi anehnya dia langsung berubah saat ibu memintanya mencarikan jodoh untukku, kenapa dia persis psikopat yang cepat merubah ekspresi.

   "Lo tenang aja dis, gue bakal cariin orang yang cocok buat Lo" ucapnya girang sambil memasang sabuk pengamannya. kami akan pergi makan setelah menghabiskan waktu berjam-jam di salon, dia merombak total penampilanku.

  Merubah rambut lepek, lurus panjangku menjadi bergelombang dan bervolume, meskipun aku menutupnya dengan kerudung. Dia juga merubah gaya pakaian dari setelan atas bawah menjadi dress panjang, tak lupa sepatu yang sedikit tinggi.

   "kalo Lo ngelakuin itu, mending Lo jalan aja sama ibu gue" ucapku sinis, sementara dia hanya meringis lalu berkata kalau dia hanya bergurau. Setelahnya dia tancap gas membawa kami ke sebuah tempat untuk mengisi perut dengan makanan yang enak-enak.

   "silahkan ditunggu pesanannya kak" ucap pramuniaga cantik itu ramah, kemudian dia pergi ke meja lain. Tetap memasang senyum ramahnya meskipun terlihat sekali dia lelah.

  Tidak ada kegiatan lain yang lebih mengasyikan bagi perempuan selain menggosip, kita asyik mengobrol sana sini. membahas hal random, bahkan cara orang jalan saja kita bahas, benar-benar cara efektif untuk memangkas waktu.

  "Siska. Siska kan yah?" tengah asyik berbincang, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampiri meja kami, tepatnya dia menyapa wanita cantik di sebelahku yang tampak sedikit kaget dengan kerutan di dahi. Kentara sekali dia sedang berusaha mengingat siapa laki-laki tinggi di depan kami.

  "gue Alif, temen SMA lo" ucap laki-laki itu, sepertinya dia tahu kalau Siska bingung.

   "haa?? Beneran ini Lo lif? Gilak sih sekarang Lo keren banget, sampe pangling gue" tak kusangka Siska secepat itu menyadari, padahal aku saja masih belum mengingat Siska punya temen bernama Alif.

   "bisa aja Lo sis" timpal Alif malu, jelas sekali dia salah tingkah. Jika penglihatanku benar, sepertinya dia mempunyai rasa spesial pada Siska.

  "Lo mau kemana lif? Mau makan juga? Gabung aja sam kita" kata-kata ceria dari Siska membuat leherku refleks menoleh padanya, apa dia lupa kalau aku susah berinteraksi dengan orang baru.

  "nggak papa nih?" tanya Alif basa-basi sambil menatapku. Cih, dari matanya saja sudah terlihat dia sangat mengharapkan aku mengizinkannya. Apa boleh buat, terpaksa aku mengangguk untuk merealisasikan keinginannya.

  "makasih" ucapnya sumringah, kemudian duduk di depan Siska.

  "oh iya lif, Lo inget nggak sama Adisa? Dia juga sekelas sama kita loh dulu pas kelas XII" Siska menyikut lenganku, sementara Alif nampak bingung. Begitu pun aku.

  Aku tidak ingat pernah satu kelas dengan orang seperti ini. Memang ada yang namanya Alif, tapi dia berkaca mata dan pendiam. Dan tidak ada yang memanggilnya Alif, karena itu nama akhirnya.

   "jangan bilang Lo juga nggak inget dis?" Siska bertanya heboh padaku.

   "seinget gue sih nggak ada yang dipanggil Alif, tapi ada yang nama belakangnya pake Alif sih. Baasim Ghava Alif"

  "iya. Itu gue, nggak nyangka Lo masih inget nama gue" ucapnya takjub. Bagaimana aku tidak ingat, nilainya selalu setingkat lebih tinggi dariku. Mungkin dia tidak sadar keberadaanku, tapi aku sudah menganggapnya sebagai rivalku dalam pelajaran.

   "tapi sorry, gue belum inget Lo siapa" tambahnya lagi merasa tidak enak.

   "nggak papa" ucapku santai, sudah terbiasa saat seseorang tidak mengingatku. Lagi pula aku merasa terbebani jika harus berlama-lama berinteraksi dengan banyak orang.

   "Lo gimana sih dis. Alif nggak inget sama lo, bukannya nyebutin nama, malah bilang nggak papa" Siska mulai mengomel.

  "emangnya penting?" jawabku santai, tapi malah mendapat tepukan keras dari perempuan cerewet di sampingku.

"ini nih, yang bikin Lo jomblo terus" celetuknya sembarangan.

"dih. Apa hubungannya? Emang Lo nggak jomblo juga?" balasku sewot, kenapa dia jadi menyangkut pautkan dengan status.

"ahh.. itu nggak penting, oh iya lif, gue kasih tau Lo yah. Cewek galak ini tuh Adisa, masa nggak kenal sih? Kalian berdua kan selalu kejar-kejaran nilai" mendengar penjelasan Siska membuat ku merasa jengkel sebab teringat kejadian saat pak untung guru matematika ku lebih sering menyebut nama Alif dibanding menyebut namaku.

"oohh.. Jadi ternyata Lo yah rival gue dulu" dia bertanya sambil tersenyum, aku hanya menatapnya datar. Cih, ternyata dia juga menganggapku rival.

"permisi kak, pesanannya" sebelum aku menjawab, ada pelayan yang mengantar makanan kami jadi ku urungkan niatku menjawab ucapan alif. Berhubung alif belum memesan, dia pun meminta kepada pelayan tersebut untuk membawakan makanan yang sama persis dengan makanan Siska.

Tidak bisakah dia sedikit menyembunyikan rasa tertariknya pada Siska? Apakah dia berniat memberi tahu wanita di sampingku ini dengan cara memberi kode.

"gue makan dulu nggak papa kan?" ucapku seraya menoleh pada Siska dan Alif.

"jangan dong"

"oh silahkan"

Ucap keduanya bersamaan, tentu saja larangan itu berasal dari si cerewet. Tapi berhubung alif mempersilahkan, aku langsung memasukkan makanan ke dalam mulutku, meskipun Siska memasang muka cemberut.

"laper banget gue sis... Dari tadi nganter Lo muter-muter" keluhku setelah makanan di mulut habis, sementara Alif hanya menggelengkan kepala. Entah apa yang dia rasa aku tidak ingin tahu.

"parah banget sih lo dis, masa makan dulu. Padahal makanan Alif belom Dateng loh"

"orang Alif aja nggak papa kok" aku memberi pembelaan untuk diri sendiri, kemudian dengan serius makan. Membiarkan mereka berbincang.

Harusnya si Alif ini berterima kasih padaku karena telah membuatnya berbincang dengan Siska, lihatlah betapa sumringah senyumnya, betapa teduh tatap matanya. Semua itu hanya untuk Siska seorang.

akhirnya pesanan Alif datang, bertepatan dengan pelayan yang pergi. Aku juga ikut berdiri membuat mereka kaget.

"sorry yah, gue harus balik dulu nih. Ada panggilan dari kantor. Kalian makan dulu aja" ucapku cepat kemudian benar-benar pergi setelah meletakkan uang di atas meja.

Aku terus berlari meskipun mendengar suara Siska masih memanggilku. Setelah kurasa tidak terlihat lagi oleh Siska, aku mengirim pesan padanya kalau atasanku benar-benar ingin bertemu.

Setelah membaca Omelan Siska di chat, aku menutup aplikasi pesan itu kemudian melenggang pergi meninggalkan siska dan Alif yang mendadak nge-date.

Harusnya Alif memberi imbalan padaku atas usahaku membantunya, lihatlah saat aku keluar, matanya terus mengawasi Siska, benar-benar cinta yang menggebu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!