Kehormataan Seorang Perempuan
...Bismillahirrohmanirrohim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
... 🍒Selamat membaca semua🍒...
'Hana ke rumah sakit sekarang Nak, ibumu harus segera di operasi. Bapak tidak tau harus memberikan keputusan apa!"
Deg...
'Astagfirullah hal-adzim, ibu kritis bapak! Hana ke rumah sakit sekarang,' sahut gadis bernama Hana sedang melakukan panggilan telepon dari bapaknya.
Ibu Hana mohon bertahanlah, Hana akan segera ke rumah sakit! Hana membereskan barang-barangan di atas meja setelah izin menerima telepon barusan.
Hana tahu kenapa bapaknya tidak bisa langsung memberikan keputusan untuk operasi sang ibu yang memang sudah lama jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit Xx di daerah tempat tinggal Hana.
"Maaf bu boleh saya izin keluar lebih awal ibu saya sedang kritis," ucap Hana sopan pada dosen yang sedang menjelaskan materi.
"Silahkan Hana, mudah-mudahan ibu kamu baik-baik saja tidak ada hal serius."
"Aamiin, terima kasih banyakmu. Assalamualaikum," setelah mendapat izin Hana bergegas keluar dari kelasnya.
Hana seorang mahasiswi sedang menempuh semester akhir dia sudah mulai menyusun skripsi hanya saja ada satu kelas lagi yang belum Hana ambil. Sehingga dia harus menyelesaikan sksnya sebelum kembali melanjutkan sidang skripsi.
Keluarga Hana bukanlah orang kaya tapi mereka juga tidak terlalu kekurangan, bisa dianggap ekonomi keluarga Hana berada di kelas menengah bukan kelas atas ataupun paling bawah.
Motor beat berwarna putih yang handa kendari telah sampai di depan rumah sakit Xx dia bergegas menuju kamar rawat ibunya. Sampai disana Hana melihat bapaknya tidak terlihat baik-baik saja.
"Bapak," panggil Hana menghampiri laki-laki paruh baya terlihat lemah itu.
"Hana," ucap Herwin pelan bola mata pria paruh baya itu sudah memerah seperti menahan tangis sejak tadi.
"Bapak bagaimana keadaan ibu, apakah operasinya akan segera dilakukan."
Herwin menggeleng pelan. "Bapak tidak punya uang untuk membayar operasi ibu sebanyak itu Hana, apalagi uang tabungan bapak dan ibu sudah digunakan untuk membayar biaya rumah sakit selama ibu dirawat.
"Ya Allah," guman Hana lirih, dia sungguh tak tega melihat bapaknya seperti ini.
"Berapa biaya operasi pak? Bukan kita bisa meminta dokter untuk melakukan operasi lebih dulu untuk biaya bisa menyusul."
"Biayanya diatas 50 juta Hana, untuk yang kamu bilangan barusan itu tidak bisa dilakukan, kita harus membayar biaya operasi lebih dulu baru bisa dilakukan tindakan operasi."
"Inalilahiwainalilahirojiu'n," kepala Hana mulai terasa pusing mendengar penjelasan bapaknya.
"Hana punya tabungan pak tapi tidak sampai 30 juta." Hana ragu untuk mengatakannya, gadis itu memegang lembut tangan Herwin untuk memberikan kekuatan agar mereka bisa sama-sama tegar menghadapi cobaan ini.
Dari tempat berdiri Hana dapat melihat ruangan sang ibu sedang ditangani oleh dokter dia belum tahu apa yang terjadi.
"Pak Herwin apakah anda sudah memutuskan," seorang dokter datangan menghampiri Hana dan bapaknya.
"Boleh ibu saya dioperasi dulu dok," pinta Hana sangat memohon.
Dokter laki-laki itu kasihan melihat Hana dan bapaknya sayang sekali dia juga tidak bisa berbuat apapun. "Maaf sekali Hana bukan saya tidak ingin membantu hanya saja ini sudah kebijakan rumah sakit. Dalam 5 jam jika kita tidak melakukan tindakan operasi saya tidak tahu apa yang akan terjadi."
Berpikir keras untuk mendapatkan uang dengan cepat itulah yang sedang Hana lakukan setelah mendengar penjelasan dokter yang bertugas untuk mengurus ibunya.
"Bapak tunggu disini dulu Hana mau pergi cari uangnya doakan semoga Hana dapat." Herwin tidak langsung melepas tangan putrinya.
Ayah satu anak itu menatap lekat putrinya dia tahu uang tabungan Hana untuk biaya kuliah dan wisudanya nanti tidak mungkin menggunakan uangan anaknya.
"Kamu mau cari kemana Hana?"
"Hana juga tidak tahu pak," sahut Hana mulai putus asa.
"Cari dimana saja asal selalu ingat pesan bapaka dan ibu." Hana mengangguk ragu setelah itu dia bergegas pergi dari hadapan Herwin.
Sejak tadi Hana menahan tangisnya di hadapan Herwin dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan bapaknya sendiri. Gadis itu sampai tidak sadar dia entah berjalan kemana hingga masuk dalam sebuah ruangan cukup sepi akhirnya Hana menumpahkan tangsinya di ruangan tersebut. Hana duduk di sebuah kursi yang sudah ada disana.
"Ibu, Hana tidak tau harus bagaimana. Meminjam uangan dengan teman-teman Hana itu tidak mungkin." Hana berkata sambil menangis dia merasa telah putus asa sekarang sampai gadis itu tidak sadar ada orang datangan.
"Sedangkan apa disini!" suara tersebut membuat Hana menatap kearah pemilik suara.
Wajah Hana sembab pipinya basah membuat laki-laki baru saja memasuki ruangan tersebut menatap heran Hana tapi dia acuh saja hanya penasaran kenapa Hana bisa ada di tempatnya.
Melihat ada orang lain Hana menatap sekitar baru sadar jika dia berada di dalam sebuah ruangan yang asing untuk Hana sendiri.
"Maaf saya salah masuk," ujar Hana bergegas pergi.
Gadis itu tidak ingin terlihat sedih di depan orangan lain tadi ketika menyadari di ruangan bukan dia sendiri Hana menghapus air matanya.
"Dito cari tahu tentangan gadis itu dia terlihat putusan asa mungkin saya bisa mengajaknya kerja sama!"
"Baik tuan," orang yang bernama Dito tersebut segera mencari informasi Hana.
"Waktumu tidak banyak Dito!"
"Mengerti Tuan."
Bagai Dito tidak sulit untuk mencari informasi orang lain karena dia sudah biasa melakukan hal tersebut benar saja tidak butuh waktu lama Dito sudah tahu apa yang terjadi pada Hana, dia bergegas memberitahu bosnya apa yang terjadi pada Hana.
"Bagaimana Dito!" ujar orang yang dipanggil tuan itu ketika melihat Dito datangan hanya dalam waktu 6 menit.
Sebuah amplop coklat Dito berikan pada laki-laki itu. "Semua informasinya sudah saya dapat tuan."
Orang tersebut membaca dengan cermat informasi yang Dito dapatkan sampai ketika membaca informasi terakhir dia tersenyum licik seakan mendapatkan sebuah barang sudah lama diincar.
"Ikut saya Dito!"
Dito patuh mengikuti tuannya yang dia sendiri belum tau mereka akan pergi kemana setelah membaca informasi tentang Hana. Dia bisa dengan cepat mencari keberadaan Hana, padahal gadis itu sudah mencari diberbagai tempat untuk meminjam uang tapi dia tidak mendapatkan apapun. Bahkan teman Hana sering dia bantu tidak mau membantu Hana yang sedang kesulitan.
"Ya Allah, Hana harus bagaimana lagi." Hana menatap lantai dengan perasaan sedih sampai melihat bayangan seorang berdiri di depannya.
"Saya akan membayar biaya operasi ibumu bahkan sampai sembuh, saya juga akan membayar dua tiga kali lipat untung masalah ini, asal kamu mau jadi wanitaku dan setelah itu kamu tidak boleh bertemu dengan kedua orang tuamu lagi selagi saya tidak mengizinkan! Bagaimana ini tawaran bagus," bahkan dia berkata tanpa basa-basi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Yani
Assalam'ualaikum aku mampir thour
2024-03-21
1
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
Astaghfirullah kakak...
tak kira aqu dah ketinggalan bbrp bab..
eh ternyata baru 1 bab...
🤭😃
2024-03-13
2
Ai Sri Kurniatu Kurnia
mampir Thor 🥰🥰🥰
2024-03-12
1