Leander berjalan pelan menyusuri jalan setapak. Meski gelap karena tuan Brooklyn sangat pelit, ia sudah hafal arah jalan menuju kamar Summer berada. Kamar wanita itu tampak gelap tidak seperti biasanya pada jam segini.
Leander mengetuk jendela Summer perlahan tapi tidak ada sahutan apapun. Kemudian ia membuka jendela yang sengaja tidak dikunci oleh wanita itu. Ia melihat Summer tertidur dengan selimut yang terbuka sedikit memperlihatkan pahanya yang mulus.
Leander kemudian memanjat jendela Summer dan masuk dengan pelan. Ia meletakkan tas dan buku wanita itu dimeja belajar, kemudian berjalan mendekati Summer dan memperbaiki selimut untuk menutupi tubuh wanita itu.
Leander juga mengunci pintu kamar Summer yang mungkin dilupakan oleh wanita itu. Leander kemudian duduk dikursi yang ada didekat meja belajar Summer kemudian membuka buku yang dibaca oleh wanita itu.
Summer terbangun beberapa saat kemudian dan membuka mata. Ia tersenyum saat melihat punggung belakang Leander yang sedang membungkuk dimeja belajarnya dan pastinya sedang mengerjakan tugasnya.
Ia tidak bergerak sedikitpun dan menikmati pandangan didepannya. Pria dingin dan tak banyak bicara itu selalu dan selalu menjadi orang yang sangat peduli padanya meski tak pernah ia katakan, tapi tindakannya dapat ia rasakan.
''Kau tidur sebelum makan malam'' ucap pria itu yang tahu jika Summer telah bangun.
''Aku tidak ingin turun dan makan malam, karena daddy pulang dalam keadaan mabuk'' jawab Summer pelan.
''Makanlah, mommy memintaku membawakannya untukmu'' ucap Leander memberikan bungkusan makanan yang dibawanya.
''Wah, baunya sangat enak.. Ini seperti bukan bau masakan Aunty'' ucap Summer kemudian membukanya dan menyicipi rasanya.
''Itu buatanku, sedikit asin tapi masih bisa dimakan'' jawab Leander dingin dan melanjutkan menulis.
''Benarkah? Kau memasak makanan ini untukku?'' Tanya Summer yang merasa senang.
''Aku menyisakan untukmu. Cepatlah makan dan kerjakan tugasmu. Aku sudah mengerjakannya sebagian'' sahut Leander kemudian berdiri dan berjalan menuju jendela tempat ia masuk tadi.
''Thank you, Leander. Love you.'' gumam Summer dengan pelan.
''Aku pulang. Ingat untuk selalu mengunci pintu kamarmu, Summer'' sahut Leander kemudian keluar lewat jendela kamar Summer dan kembali ke rumahnya.
''Dia tidak pernah membalas cintaku, tapi sikapnya seolah-olah aku ini adalah pacarnya.'' batin Summer dengan tersenyum, kemudian menghabiskan makanan yang dibawakan Leander untuknya.
''Kau darimana, Lean? Apa kau dari tempat Summer?'' Tanya Louise saat melihat putranya masuk dari pekarangan belakang rumah mereka.
''Iya, Dad. Aku mengantar tasnya yang ketinggalan.'' Jawab Leander kemudian duduk disamping ayahnya di taman belakang rumah mereka.
''Katakan pada Summer untuk selalu berhati-hati. Beberapa hari ini kepolisian sedang panas-panasnya dan ayahnya terlihat tampak kacau'' ucap Louise memberitahu anaknya yang ia tahu psangat dekat dengan Summer.
''Aku akan melindunginya, Dad,'' jawab Leander kemudian menatap ke arah kamar Summer yang lampunya masih menyala.
''Kau menyukainya, Lean?'' Tanya Louise saat melihat pandangan Leander tertuju ke arah rumah Summer.
''Entahlah, dad. Aku hanya ingin melindunginya dan merasa takut jika sesuatu terjadi padanya. Mungkin karena kami sudah dekat sejak lama, jadi aku merasa ia bergantung hanya padaku'' jawab Leander mengalihkan pandangannya dan menatap ke gelang yang ada dipergelangan tangannya pemberian Summer.
''Mungkin saja. Daddy hanya tidak ingin kau merasa bertanggung jawab atas kehidupannya, jika kau tidak menyukainya jangan memberi dia harapan. Karena Summer bukan tanggung jawabmu. Dia gadis yang baik dan enerjik, meskipun sedikit ceroboh.'' Ucap Louise kemudian berdiri meninggalkan Leander yang masih terdiam.
****************
''Apa yang terjadi dengan tanganmu?'' Tanya Leander keesokan harinya ketika menjemput Summer dan melihat jari wanita itu mengeluarkan darah.
''Daddy memecahkan gelas dan jariku terluka ketika membersihkannya'' ucap Summer menatap luka yang ada dijarinya.
Ia tidak sempat sarapan ketika ayahnya marah saat menerima telepon dan membanting gelas yang dipegangnya. Summer mencoba membersihkannya dan mengenai jarinya. Ia langsung berlari keluar ketika Leander mengirim pesan tanpa membersihkan lukanya terlebih dahulu.
''Lain kali berhati-hatilah'' ucap Leander kemudian mengambil hansaplast dari tasnya dan membalutnya dijari Summer yang terluka.
''Kau selalu membuatku jatuh cinta setiap harinya'' ucap Summer menatap wajah Leander yang tampan meski memakai kacamata.
''Naiklah, kita akan terlambat'' ucap Leander tanpa membalas perkataan Summer. Setelah itu memakaikan helm di kepala Summer dan menyalakan motornya.
Mereka terlihat seperti sepasang kekasih karena setiap hari Leander dan Summer datang dan pulang bersama. Tapi banyak juga yang tidak ingin mengakuinya karena Summer hanya dianggap adik oleh Leander karena sampai saat ini Leander tidak pernah mengakuinya secara langsung.
Bagi Summer setiap hari bersama Leander seperti ini sudah membuat ia bahagia, meskipun pria itu selalu menolak cintanya. Tapi perhatian Leander sudah cukup membuat Summer merasa di istimewakan.
''Ini dari pacarmu'' ucap pria gemuk, teman sekelas Summer dan memberikan bungkusan makanan ditangan Summer beberapa saat kemudian.
''Thank you, Steven'' ucap Summer yang sudah tahu dari siapa bungkusan yang diterimanya.
Summer kemudian mengambil handphone dan mengetik pesan sambil menikmati sarapannya.
To. Leander
Thank you & ❤you
From. Summer
Tulis Summer dan mengirimnya pada Leander, Kemudian menghabiskan makanannya dengan cepat karena dosen akan tiba beberapa menit lagi.
To. Summer
Habiskan.
From. Leander
Summer tersenyum membaca balasan dari Leander meskipun hanya balasan singkat.
"Kau terlihat bahagia" bisik Emma yang duduk disampingnya.
"Leander membelikan aku sarapan, tentu saja aku bahagia." Bisik Summer dengan menahan senyumnya.
"Kau akan kesulitan lepas darinya jika terus bergantung pada pria itu. kau harus mandiri" ucap Emma tegas tak ingin melihat Summer kecewa suatu saat nanti.
Kemudian Summer terdiam dan menatap lurus ke arah dosen yang sedang menjelaskan materi. Ia tahu selama ini sudah membuat Leander kerepotan dengan segala aktivitas dan juga kehidupannya. Meskipun Summer tidak pernah memintanya, tapi Leander selalu menjadi yang pertama menolongnya. Bahkan tugas kuliahnya selalu dibantu oleh Leander dan Summer sudah terbiasa dengan sikap dan perhatian yang Leander berikan.
Benar kata Emma, ia harus mandiri karena Leander tidak mungkin bisa ada disampingnya selalu. Pria itu akan melanjutkan kuliahnya diluar negeri beberapa bulan lagi dan ia tidak akan bertemu dengannya untuk waktu yang lama.
Mengingat hal itu membuat wajah Summer menjadi sedih, ia tidak bisa membayangkan akan berpisah dengan Leander. Pria itu sudah seperti bayangannya dan entah bagaimana nantinya jika Leander tidak ada disini.
"Leander kau belum memasukkan berkas untuk kuliahmu diluar negeri? Profesor mencari dirimu kemarin dan juga pagi tadi untuk menanyakan hal itu" ucap Matt yang menemaninya di perpustakaan.
''Aku masih memikirkannya'' jawab Leander yang terlihat serius dengan bacaannya.
''Apa yang harus kau pikirkan? Kau tinggal tanda tangan dan semuanya beres. Tidak ada yang akan menyulitkan pria cerdas sepertimu'' ucap Matt lagi.
''Masih beberapa bulan lagi'' gumam Leander pelan.
''Apa kau merasa berat meninggalkan Summer?'' Tanya Matt yang membuat Leander menatap ke arahnya.
''Kau menyukai wanita mungil itu?'' Lanjut Matt dengan pertanyaan yang membuat Leander menatap intens padanya.
''Jangan berisik, ini perpustakaan.'' Ucap Leander, kemudian melanjutkan membaca bukunya.
''Kau tidak mau mengakuinya? Summer menjadi idola pria-pria yang ada di jurusan wanita itu. Kau akan menyesal jika tidak mengklaim Summer lebih cepat'' ucap Matt tersenyum kemudian berdiri meninggalkan Leander.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments