Rahayu tidak mungkin melepaskan semua kemewahan dan kehormatan sebagai Nyonya Hartawan. Walaupun suaminya sudah meninggal begitu lama. Tetapi dia masih belum mau melepaskan status itu dengan menggunakan kedua anaknya untuk membuat Surya tidak mengusir dirinya dari rumah mewah itu.
"Minta maaf pada Maura! Kalau kamu masih menginginkan statusmu sebagai Nyonya Hartawan dan masih bisa bertemu dengan kedua anakmu yang tak berguna itu!" Dedi bahkan sampai melotot sempurna mendengar ucapan kakeknya yang menghinanya di hadapan begitu banyak orang sebagai orang yang tak berguna.
Perasaan marahnya terhadap Maura berlipat-lipat dan dia berjanji akan membalas semua itu ketika ada kesempatan.
"Maafkan aku!" ucap Rahayu dengan tidak iklas. Maura hanya mengangguk saja. Dia tahu bahwa hidupnya mulai sekarang tidak akan mudah lagi. Keputusan menerima pernikahan itu ibarat melemparkan dirinya ke api yang berkobar. Suatu saat, cepat atau lambat pasti akan membakar habis dirinya dalam derita dan kesakitan yang tak bertepi.
Setelah acara lamaran selesai, Dedi dan keluarga besarnya pulang. Mereka akan menyiapkan acara pernikahan dengan meriah. "Gak usah mewah-mewah! Buat apa juga, ya kan?" tanya Dedi saat mereka bertiga tengah menikmati makan malam di mansion.
Surya melotot mendengar ucapan Dedi yang dia nilai amat kurang ajar. "Kau tidak usah ikut campur masalah persiapan pernikaaan! Semua kakek yang akan atur. Untuk pertama dan terakhir kali, aku peringatkan padamu! Jangan coba-coba melakukan sesuatu yang akan kau sesali. Paham?" tanya Surya dengan suara tajam dan menuduk.
"Sebenarnya yang cucu kakek aku atau dia? kenapa kakek bahkan memperlakukanku dan mama seperti ini demi dia." Protes Dedi kesal.
Rahayu hanya diam saja tidak berani mengatakan apapun di hadapan Surya. Rahayu benar-benar sadar bahwa dirinya hanyalah menantu dengan keluarga Hartawan. Apalagi suaminya sudah meninggal lama sekali. Jika bukan karena permintaan kedua anaknya tidak mungkin dia masih bertahan sebagai Nyonya Hartawan sampai saat ini.
"Sudah, sekarang kita pulang." Perintah Surya kepada keluarganya yang ikut datang untuk melamar Maura.
Maura sejak tadi hanya diam saja tidak mengatakan apapun. Maura merasa ngeri dengan tatapan Rahayu yang amat meng intimidasinya. "Kau jangan macam-macam ya! Jangan pernah merasa di atas angin hana karena kakek mendukung kamu!" bisik Dedi di telinga Maura dengan lirih, ketika dia hendak meninggalkan kontrakan Maura.
Maura membeku. Dia melirik ke arah Dedi yang tampak begitu jumawa. Tapi Maura tidak ingin memperlihatkan sifat bar-barnya di hadapan calon suaminya. Apalagi Surya yang sudah mau menolongnya untuk melunasi semua hutang kakeknya.
Surya menarik tangan Dedi. "Maura, secepatnya kakek akan menjemputmu untuk tinggal di Mansion. Kakek tidak akan pernah membiarkanmu hidup menderita sendirian. Mulai saat ini keluarga Hartawan akan menjadi pelindungmu!" Janji Surya.
Maura bahkan sampai meneteskan air mata haru dengan kebaikan Surya padanya. Setelah mengantarkan mereka Maura pun kemudian masuk kembali ke dalam. Maura memandang cek 200 miliar yang diberikan oleh Surya. Dia segera mengamankan cek itu di tempat aman. Hanya dia yang tahu dan pastinya tidak mungkin di curi orang lain.
Sekitar setengah jam kemudian, terdengar suara pintu diketuk dari luar. "Siapa?"
Maura membuka pintu depan setelah melihat Rahayu berdiri di depannya, "hey, gembel! Cepat kau serahkan cek itu padaku! Kau tidak memiliki hak apapun dengan uang itu! Ingat ya! Kalau kau berani melawanku maka hidupmu akan bagaikan di neraka. Paham?" tanya Rahayu yang terus memaksa Maura untuk memberikan cek yang tadi diberikan oleh Surya padanya.
Maura tentu saja terkejut dengan kelancangan Rahayu. dia membutuhkan uang itu untuk segera lepas dari dep kolektor yang selalu menghantui hidupnya. Teror mereka yang membuat Maura selalu berpindah tempat tinggal. "Maaf Tante. Cek itu sudah diambil oleh pengacara Kakek saya. Mau digunakan untuk melunasi hutang-hutang beliau." Dusta Maura.
Maura tentu saja tidak akan merelakan uang yang sudah diserahkan oleh Surya untuk dirinya. Walaupun Maura belum terlalu mengenal Surya. Tetapi dia bisa mengetahui bahwa lelaki itu sangat peduli padanya dan kakeknya yang sudah meninggal.
"Bohong! Bagaimana mungkin hanya dalam waktu singkat kau sudah memberikan cek itu pada pengacara kakek kamu? Jangan coba-coba untuk membodohiku!" terlihat Rahayu yang mulai memaksa masuk.
Maura bukanlah gadis bodoh yang akan rela ditindas begitu saja. 'Aku harus melawan nenek tua ini. Kalau tidak hidupku ke depannya pasti akan menderita dibawa ke tekanannya. Dia wanita jahat yang serakah.' Monolog Maura dalam hati.
Rahayu menatap tajam ke arah Maura. Dia sangat kesal karena sudah mengobrak abrik kontrakan itu tapi tak menemukan apa yang dia cari. Setelah dia lelah mencari keberadaan cek itu, Rahayu kemudian pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan marah.
"Untung saja aku sudah menyimpan cek itu di tempat yang paling aman. Jadi nenek sihir itu tidak menemukan keberadaannya!" Monolog Maura dengan senyum penuh kemenangan.
Sementara itu Dedi saat ini sedang berada di sebuah kafe, bersama Niken. "Kamu beneran akan menikah dengan calon istri Mas Radit?" tanya Niken yang mulai telepon dengan rencana pernikahan sahabatnya.
Dedi menatap ke arah Niken dengan Sendu. Hatinya pilu karena harus melepaskan kisah cintanya bersama Niken tanpa pernah mencicipi arti perjuangan mempertahankan cinta di hatinya untuk wanita yang dia cintai.
"Hey, jawablah pertanyaanku! Kenapa kau dari tadi melamun terus?" tanya Niken mulai kesal.
Dedi mengerjapkan matanya karena merasa sedih akan kehilangan Niken dan menikah dengan Maura. Wanita asing yang sama sekali tidak dia kenal sepanjang hidupnya.
"Bagaimana dengan kuliahmu? Apakah sudah mau wisuda?" tanya Dedi yang mencoba untuk mengalihkan perhatian Niken dari masalah pernikahannya.
Sejujurnya saat ini Dedi sangat tersiksa dan tidak ingin membahas itu. Dia menemui Niken hanya untuk mencari ketenangan di balik wajah ceria Niken yang selalu berhasil mengalihkan dunianya yang selama ini selalu kesepian dan sendirian.
"Aku bertanya apa dan kau malah menjawab apa. Kebiasaan!" Protes Niken sambil cemberut di depan Dedi yang malah mengacak rambutnya.
Niken paling menyukai kebersamaan yang bersama Dedi yang selalu memberikan warna tersendiri dalam hidupnya. "Maafkan aku, setelah pernikahanku mungkin kita akan sulit untuk bertemu .Aku harap kamu bisa menemukan sahabat yang baru yang akan menjaga dan melindungimu dari orang jahat. Aku akan berusaha untuk membantumu dari kejauhan. Bagaimanapun juga aku harus menjaga perasaan kakek dan juga istriku!" Pesan Dedi kepada Niken sebelum mereka berpisah untuk waktu yang tak mereka ketahui sampai kapan.
"Ya ampun, Dedi! Kau itu hanya pergi menikah bukan pergi berperang! Kenapa kau buat perpisahan yang amat dramatis begitu?" ledek Niken. Tawa Niken menggema. Dedi hanya tersipu mendengar ucapan wanita cantik yang ada di hadapannya. Wanita yang akan dia rindukan setelah dia resmi menikahi Maura sebagai istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments