"Apa kamu tidak marah sama bapak, kerna bapak tadi bentak kamu dan menghukummu?"
'what the hell?' batin Ana, 'biasa kale guru menghukum murid'
'agak agak laen nih bapak' fikirnya, tpi dia menuduk saja.
"Bapak sempat melihatmu menangis tadi"
"Bapak minta maaf kalau itu menyakiti hatimu,
tapi bapak tidak bisa membeda bedakan murid berprestasi dengan murid yang bermasalah atas keterlambatan"
"setiap yang melanggaran aturan harus d hukum tanpa terkecuali"
"iya pak, tidak apa apa saya juga minta maaf, masalahnya saya lagi tidak pakai celana pendek" jawab Ana.
"kalau begitu ini hukumanmu, catat ini sampe selesai"
Pak irwan menyerahkan buku kecil yang berisi sastra puisi.
Ana cuma melongo 'Ampun dah'
tapi tetap di ambilnya sambil manggut manggut.
"Kamu boleh keluar"
"baik pak" jawab Ana sambil berdiri dan hendak melangkah.
"Tunggu!"
Ana terdiam
"Apa hubunganmu dengan Boy Prasetyo"
Ana kaget dan cuma mematung, tapi setelahnya menggeleng.
"tak ada hubungan apa apa pak" jawabnya
"trus, kenapa dia membelamu?"
"tidak tahu pak" ana menggelang
"hmm, ya sudah, sekarang kamu boleh pergi"
"terimakasih pak" jawab Ana dan kemudian keluar dari kantor pak irwan.
Tiba di luar dia memijit mijit kepalanya. 'aduuhhh, kapan saya sempat menulis ini lagi' batinnya
Dengan gontai dia berjalan ke kantin menemui Mira.
"Dapat hukuman ap lagi Ana" tanyak Mira setelah Ana duduk d sampingnya.
"Nulis semua puisi ini" jawab ana sambil manyun.
"yang sabar ya" kekeh Mira, ana hanya bisa memelototinnya.
"ha ha, jangan ngambek biar aku teraktir kamu hari ini" hibur Mira
***
Bel pulang sekolah telah berbunyi,
Ana pulang sendirian dengan berjalan kaki ke halte bus kerna Mira sudah pulang di jemput sama cowoknya naik motor.
Dengan santai dia berjalan di trotoar sambil sesekali menendang krikil kecil yang dia lalui.
Dengan menunduk dia sambil bersenandung denga lagu yang tak jelas.
"Hai" tiba tiba ada yang menegurnya dari samping yang masih d atas motor.
"Hai" balas Ana
"Boleh kenalan?" tanyak tuh cowok masih tetap di atas motornya dan berjalan dengn kakinya mengikutin langkah Ana.
"boleh"
"Boby Dirgantara" sambungnya sambil memberikan tanganya kedepan Ana.
"Ana caroline" jawab Ana sambil membalas salaman tangan Boby dan langsung menariknya setelah itu.
"sendiri ya?"
"kamu lihat"
"he he, hanya sendiri" cengir Boby
"Nah, tuh tau"
"Rumah kamu d mana?"
"jalan Thamrin "
"oh, nomor berapa?"
"emang kamu mau ngapain?" tanya Ana sewot
"bertamu kalau boleh" jawabnya cengir
"sebaiknya tidak usah" jawab Ana langsung naik ke bis, ternyata dia dah sampe di halte dan bis kebetulan berhenti.
"heii, kenapa?!" teriak Boby
"kalau ku katakan tidak usah, ya tidak usah"
jawab Ana yang masih berdiri di pintu bis dan setelah itu dia masuk dan duduk dengan tenang.
Boby hanya melongo diam sambil memandangi bis yang bergerak pergi.
Dan sampai bis itu hilang dari pandanganya baru dia menyalakan mesin motornya.
'Entah mengapa ayah menyuruhnya pindah kesekolah ini,
Apakah dia harus mengawasi anak itu lagi, padahal sudah jelas jelas ibunya tidak memberikan warisan apapun kepadanya, mengapa ayah masih tidak percaya ya'
'untung aja aku ketemu orang yang menarik d sekolah ini, jadi kebosananku agak hilang sedikit'
Di sepanjang jalan Boby cuma bisa berfikir dan ngomel ngomel sendiri atas tingkah ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments