"Ya sudah kalau kamu tidak mau menjawab, tdi untung aja kamu di bantuin sama si Berandalan itu"
"kok, Berandalan? Siapa berandalan?"
"Ya itu, si Boy lah" Bisik Mira
"lho, kenapa kamu sebut brandalan?"
"ya, ya, kamu memang belum lama di sekolah ini, jadi belum tahu tetang siswa di sini"
"hmm, kamu juga jarang bergaul lagi, aku jadi sedih ndak bisa ajak kamu hang out"
"Maaf Mir, kan kamu tahu aku harus bekerja selesai pulang sekolah"
"hei, hei, trus lanjutkan knapa Boy d juluki begitu"
"Ck, Dia kurang deket sama ortunya, dia juga ndak tinggal bersama orang tuannya,
Dia anak geng motor juga, tukang gebuki juga, ish, banyak deh pokoknya yang brutal brutal"
"untung aja kakeknya sayang ama dia,
horang haya lagi, siapa yg nggk kenal keluar Prasetyo"
"cabang perusahaan papanya ada d mana mana, belum lagi kakenya kan pemilik sekolah ini"
Mira menjelaskan panjang kali lebar.
"Belum lagi keluarga mamanya, beeehh, lembaga sosial Dirgantara kan di kelola keluarga mamanya"
Ana cuma manggut manggut.
'Heh?'
'Dirgantara, lagi'
'duhh, pernah dengar saya tpi d mana ya?'
Dari tadi mereka asik ngobrol sampe tidak sadar bahwa guru dah duduk di depan kelas memelototin mereka.
"Sudah cukup ngobrolnya Mira!?"
Mira tersentak dan langsung memperbaiki posisi duduknya.
Pelajaran berlanjut sampe jam istirahat.
Bel berbunyi Mira langsung menarik tangan Ana keluar, mencari posisi yang strategis untuk melihat siswa yang keluar dari kelas sebelah.
Ana cuma manut saja, tanpa bisa berontak
"noh, noh, lihat itu cowok baru pindahan.
wuuihhh, gantengnya uiii, uiii, wuih ganteng aawwwmm" Mira cengingisan
"Ooooo'' Ana cuma ber 'O' saja sambil manggut manggut.
Mira cuma melongo.'Kok O?'
belum sempat Mira ngomong Ana sudah menariknya hendak ke kantin.
Tpi tiba- tiba sebelum mereka sampai ke kantin, ada siswi yang mencegat
"Hai, kak, apakah kaka kelas 12 A?"
siswi itu bertanya
"iya, kenapa?"
"Apakah kaka yang bernama Ana caroline?"
"Ya, saya, kenapa?"
"kaka di panggil pak Irwan ke kantornya"
Jawab siswi itu dan berlalu, Ana mematung dan kemudian saling berpandangan dengan mira, saya menghadap pak irwan dulu, mungkin ada tambahan hukuman" guman Ana lesu, Mira cuma bisa manggut manggut sambil mengerucutkan bibirnya.
ada kekecewaan d matanya
Ana masih berdiri beberapa menit d depan pintu kantor pak Irwan sebelum mengetuknya.
Tok, tok, tok
"Masuk!" suara dari dalam
"Apa bapak memanggil saya ?" tanyak Ana ketika sampai di depan meja pak Irwan.
"Ya, duduk!" jawab pak Irwan tanpa menoleh yang masih sibuk dengan kertas kertasnya di atas meja.
Ana duduk, tapi Semenit, dua menit, tiga menit, pak Irwan belum juga angat bicara.
Kaki Ana sudah bergoyang goyang di bawah kerna gugup.
"Ada apa pak?" tanyanya memberanikan diri
"hmm" pak irwan meletakan kertas kertas tersebut dan pena d tangannya dan menatap langsung kemata Ana.
Masih diam beberapa saat, Ana cuma bisa menunduk kembali sambil mengcuil cuil kukunya.
"Apa kamu marah sama bapak? " pak irwan bertanya dengan suara yg rendahnya.
'aiisshhhh,' batin Ana
"maksud bapak?" ada sedikit kebingungan di hati Ana.
"Apa kamu tidak marah sama bapak, kerna bapak tadi bentak kamu dan menghukummu?"
'what the hell?' batin Ana, 'biasa kale guru menghukum murid'
'agak agak laen nih bapak' fikirnya, tpi dia menuduk saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Reni
wahhhh si bapak jng bilang ada hati pak 😅🤣😂
2024-08-26
0
Kenneth
Terus semangat nulis, cerita ini bikin mood aku ke atas.
2024-03-10
1