"Ma, kakak boleh bantu mama bikin sarapan gak?" tanya Ale.
"Tumben." heran Ara.
"Hehe " Ale cengengesan.
"Ada maunya yah?"
"Ma, kakak tampan yang kakak lihat kapan hari ternyata ketua OSIS di sekolah kakak tahu gak." Ale yang sedang gregetan sampai tidak sadar jika giginya bergeletuk.
"Wah, serius?"
Ale mengangguk.
"Boleh yah bantuin mama bikin sarapan?" rayu Ale.
"Iya iya, boleh kok." Ara mengangguk setuju. Ia senang melihat anaknya sangat excited melakukan hal-hal baru.
Keesokan paginya, Ara punya teman masak di dapur. Tidak muluk-muluk sebenarnya, hanya nasi goreng yang dicampur dengan ayam suwir dan juga sosis.
"Ma, ada wortel dan timun kan?" tanya Ale.
"Ada, kak. Ada di kulkas." jawab Ara.
Ale dengan sangat serius menghias nasi goreng di depannya. Ia menjadikan wortel sebagai mata dan timun yang dibelah dua menjadi mulut yang sedang tersenyum.
"Bisa aja anak mama." Ara mengelus rambut anaknya yang sedang melakukan usahanya agar di-notice oleh pemuda tampan yang Ale maksud.
"Terima kasih yah mama karena sudah mau membantu kakak ." Ale mengecup pipi Ara sebelum pamit untuk ke kamar dan berganti pakaian.
✨✨✨
Tiba di sekolah, Ale langsung saja menuju kelas 12 IPA 4, dimana Genta berada. Menurut hasil pencariannya lewat bertanya kepada beberapa temannya dan beberapa rakyat sekolah yang lain, biasanya Genta sudah datang jam segini.
"Halo, selamat pagi kakak-kakak!" sapa Ale dengan sangat ceria saat kakinya sudah berada di gawang pintu kelas Genta.
"Eh, ada adek cantik." celetuk seorang laki-laki yang duduk di sudut kelas.
Tanpa dikomando, Ale berjalan mendekat ke Genta dan menyimpan kotak makan transparan di depan lelaki itu.
"Buat kak Genta, biar semangat." ujar Ale dengan sangat percaya diri.
Genta mendongak dan menatap tajam Ale. Ia sungguh tidak suka jika ketenangannya diganggu.
"Bawa pergi. Gue gak sudi nerima ini." ucap lelaki itu tajam.
Ale sempat speechless, namun ia bisa menguasai dirinya dengan cepat, hingga senyumnya terlihat.
"Di coba dulu aja, kak. Barangkali ketagihan. Bye-bye kak." ujar Ale sebelum pergi.
"Bye-bye semuanya, tolong yah bantu Ale jagain kak Genta!" sebelum benar-benar meninggalkan kelas Genta, Ale sekali lagi pamit kepada penghuni kelas 12 IPA 4 yang sudah datang pagi-pagi begini.
Kepergian Ale barusan mengundang beberapa ekspresi dari mereka semua, ada yang terkekeh geli karena kecentilan Ale, ada juga yang merasa kagum dengan sifat pemberani Ale - yang sedikit terlihat tidak tahu diri, ada yang merasa kasihan juga.
"Lo gak mau Nta?" tanya Aidil, teman sebangku Genta.
"Gak. Lo ambil aja." jawab Genta.
Aidil bersorak senang, ia memanggil beberapa temannya yang lain, barangkali ada yang tidak sempat sarapan. Lumayan kan makan sesuap dua suap nasi goreng pemberian Ale.
Lidah Aidil perlahan merasakan nikmatnya nasi goreng ditangannya.
"Eh, gak jadi. Nasi gorengnya gak enak." ucap Aidil cepat sebelum yang lain bergabung.
"Ah, bohong lo. Enak banget ini." ujar Dadang yang sempat mencomot nasi goreng ditangan Aidil.
"Wah, dasar lo." ucap yang lain.
Jadilah seporsi nasi goreng itu habis dilahap oleh 5 orang teman kelas Genta. Dari ekspresi mereka tadi, sepertinya nasi goreng buatan Ale memang sangat enak.
"Beneran seenak itu Dang?" tanya Sinta.
"Iya, Desi, sangat enak." jawab Dadang.
"Desi gak tuh?" celetuk Aidil.
"Kan Dewi Sinta, disingkat jadi Desi." ujar Dadang.
Pipi Sinta memerah mendengar panggilan Dadang. Hanya lelaki itu yang mempunyai panggilan berbeda untuknya.
Sementara di kelas lain, Ale sedang diintrogasi oleh Liona.
"Kata teman-teman yang lain, kamu pergi ke kelas kak Genta?"
"Iya hehe " Ale cengengesan.
"Ngapain Ale? Kamu gak takut lihat muka menyeramkan kak Genta?"
"Menyeramkan sih, tapi ganteng. Gimana dong." ringis Ale.
"Dasar kamu yah" Liona menggeplak pelan lengan Ale.
"Lutut kamu gimana? Udah baikan?"
"Udah kok. Tapi belum bisa berlari." jawab Liona.
Seperti biasanya, akan ada sesi perkenalan dari masing-masing murid agar mereka bisa saling mengenal.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa bu guru.
"Selamat pagi bu guru!" balas yang lain.
"Salam sejahtera untuk kita semua yah. Perkenalkan, nama lengkap miss adalah Audia Mukhnifa, sering dipanggil Miss Audi. Sekarang giliran kalian, dimulai dari ujung kanan depan."
Ale yang kebetulan duduk di ujung kiri menunggu giliran untuk memperkenalkan dirinya.
"Halo semuanya. Nama lengkap saya Liona Lanika, asal sekolah sebelumnya JHS Tunas Bangsa." ujar Liona.
Kebanyakan murid baru di sini berasal dari JHS Tunas Bangsa, sekolah yang berada di bawah naungan yang sama dengan sekolah Ale saat ini.
"Nama lengkap saya Alesha Danantya, panggilannya Ale. Dulu sekolah di SMPS Eagle." ucap Ale, tak lupa dengan senyumannya.
"Kok jauh kesini, Le?" celetuk salah satu teman Ale.
"Papa pindah tugas ke sini, jadi aku ikut. Terima kasih." Ale kembali duduk di kursinya, sembari mendengarkan satu persatu temannya memperkenalkan diri mereka.
Jadi Ale sekarang duduk di kelas 10. A, jumlah pelajarnya terbatas, hanya 25 orang. Bangkunya dibuat tersambung dengan meja, ada laci dibagian bawahnya dan mereka semua diberikan kunci, agar barang-barang yang dibawa aman.
Setelah sesi perkenalan selesai, miss Audi mengajak mereka untuk ke kantin, sebagai salam perkenalan katanya. Di kantin, Ale bisa melihat jika Genta sedang makan seorang diri.
"Hai kak Gentaa!" seru Ale senang.
Miss Audi yang melihatnya pun cukup kaget. Ia mengira jika Ale adalah pribadi yang kalem, namun lihatlah sekarang, ia terlihat sangat ekspresif. Apalagi tanpa tahu malu, Ale duduk di bangku depan Genta tanpa izin terlebih dahulu.
"Kak, aku duduk di sini yah. Kasian kak Genta makan sendiri." ujar Ale.
Tanpa meladeni Ale, Genta sebisa mungkin makan dengan cepat agar bisa segera pergi dari kantin.
"Le, sini lo!" teriak ketua kelas Ale.
"Bentar dulu. Aku makan disini, biar kak Genta ada temannya." ujar Ale. Ia menyantap sandwich di depannya sambil menatap Genta.
Tanpa sepatah kata, Genta meninggalkan Ale setelah makanannya habis.
"Yah, kasian lo Le. Dibilangin juga." ujar yang lain.
Ale hanya cengengesan dan pindah duduk di sebelah Liona.
"Gak usah dekat-dekat kak Genta, Le. Kulkas itu. " ujar Salwa.
"Kulkas, tapi dia ganteng. Gimana dong?" tanya Ale.
"Lo baru kali ini lihat orang ganteng yah?" tanya salah seorang teman Ale yang lain.
"Ya wajar sih, Ale kan dari pelosok. Jadi mungkin lebih excited melihat ketampanan warga ibu kota." ucap Liona polos.
"Di kota Eagle gak seramai di sini, jadi benar apa yang dikatakan Liona. Tapi disana juga banyak pemuda tampan kok." Ale mengeluarkan argumennya. Ia bisa mengerti pandangan teman-temannya kepada dirinya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments