Alya begitu kecewa dengan sikap orang tuanya yang sudah bersikap tidak adil, menikahkannya dengan seorang pria yang sudah dewasa. Seumur-umur, ia baru kali ini diperlakukan sangat buruk, oleh laki-laki yang kini sudah berstatus sebagai suaminya.
"Huh! Gini amat hidupku."
Gadis itu selalu mengeluh tidak nyaman tinggal satu atap bersama dengan pria asing yang kini sudah dinobatkan sebagai suaminya. Dia berpikir andai saja orang tuanya memberikan restu menikah dengan kekasihnya, hidupnya akan bahagia, tidak berakhir penuh dengan kekecewaan seperti yang dialaminya saat ini.
"Aku sangat yakin sekali kalau dia bakalan menindasku terus di sini. Lihat saja, tampangnya begitu menyeramkan, nggak ada manis-manisnya."
Melihat sikap suaminya sangat berbeda sekali dengan kekasihnya yang begitu perhatian dan bersikap lembut padanya. Bagaimana mungkin ia bisa melewati hari-harinya dengan nyaman?
"Apa kau akan menghabiskan air matamu? Seharian penuh kau gunakan waktumu hanya untuk menangis. Lebih baik kau lekas mandi, biar nggak kucel kayak gini!" tegur Rivaldo.
"Aku tadi sudah mandi. Aku tak ingin mandi lagi," bantah Alya.
Jangankan untuk mandi, untuk melakukan apapun dia sudah malas. Setelah tiba di rumah suaminya, dia memutuskan untuk mengurung diri di dalam kamar
"Apa kau bilang? Kau tidak berniat untuk membersihkan dirimu? Dasar jorok! Baru kali ini aku melihat ada perempuan yang jorok! Bahkan setelah berkeringat, kau malas buat membersihkan badanmu. Kita itu habis perjalanan jauh dan melewati debu-debu, apa kau tidak ingin terlihat segar?"
Rivaldo mengomelinya dengan bersedekap dada. Masih saja menunjukkan sikap dinginnya, selalu mengejek dan merendahkannya. Tujuannya ingin menjadikan Alya wanita yang tangguh dan tidak cengeng.
"Lekaslah mandi! Dari tadi ngapain aja! Aku bahkan sampai pulang dari meeting kamu juga belum ngapa-ngapain di sini. Lihatlah kamar masih berantakan, nggak adakah niatan untuk membersihkannya?"
Tak ingin mendengar omelan yang hanya membuat kepalanya semakin pening, gadis itu langsung melenggang pergi menuju kamar mandi dan menutup pintunya cukup keras.
Duarr!!
"Alya! Kamu itu apa-apaan sih. Jangan banting pintu sembarangan. Itu bukan pintu biasa. Aku membelinya sangat mahal. Bahkan kau tidak akan mampu untuk menggantinya!"
Dengan suaranya lantang Alya menjawab. "Bodoamat! Emangnya aku peduli! Mau rusak kek, mau roboh, aku nggak peduli!"
Di dalam kamar mandi gadis itu menangis sejadi-jadinya. Dia hanya menyesali, kenapa orang tuanya begitu tega menikahkannya di saat ia masih duduk di bangku SMA. Terlebih lagi ia dinikahkan dengan pria yang belum pernah dikenalinya.
'Andai saja dulu aku ikut dengan temanku tinggal di asrama, mungkin aku tidak akan dijodohkan sama laki-laki sialan itu. Sekarang Aku benar-benar menyesal. Laki-laki itu sangat kasar. Aku cuma khawatir, bagaimana kalau nanti dia memintaku untuk melayaninya? Oh! My God! Apa yang harus aku lakukan? Aku nggak siap untuk melakukan seperti itu dengan orang yang tidak pernah aku cintai.'
Alya memukuli keningnya yang terasa begitu pening. Perasaannya campur aduk antara resah dan gelisah. Ada saja di situ ada tempat yang bisa digunakan untuk kabur, mungkin ia akan kabur saja dari kediaman suaminya.
"Ngapain aja gadis itu, mandi kok lama banget? Apa nggak tau ini udah hampir setengah jam dia berada di dalam kamar mandi."
Rivaldo menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah enam sore, dan Alya tak kunjung keluar dari kamar mandi.
"Alya! Kenapa kau lama sekali di dalam? Apa kau ingin menggunakan kamar mandi itu sendiri? Aku juga mau mandi, Al!"
Berkali-kali pria itu menghela napas menunggu Alya keluar dari dalam kamar mandi. Dia sendiri juga butuh mandi setelah menemui kliennya di luar.
"Buruan Al! Apa kau ingin aku masuk lalu memandikanmu?Jangan harap, aku tidak akan pernah menjamah mu!"
Terdengar sangat keras ketukan dari luar kamar mandi dengan mengomel yang membuatnya bertambah jengkel.
"Siapa juga yang mau kau mandikan? Aku juga tak sudi dijamah kakek-kakek sepertimu. Harusnya kamu itu menikah dengan wanita yang seumuran denganmu, bukan anak kecil seperti aku!"
Alya menekan setiap kalimat yang keluar dari dalam mulutnya. Ia sendiri juga kecewa, sudah dinikahkan dengan pria yang umurnya jauh 6 tahun di atasnya, padahal harapannya ia ingin sekali menikah dengan pria yang umurnya setara, atau lebih tua 2 tahun darinya.
"CK! Jangan sembarangan kalau bicara! Memangnya kau pikir aku ini kakekmu? Umurku masih 25 tahun, masih banyak orang yang berumur lebih dari 30 tahun tapi belum menikah. Bisa-bisanya kau mengataiku kakek-kakek. Umur kita hanya berselisih 6 tahun, kalau pun aku bisa memilih, aku juga tidak akan memilih menikah dengan anak kecil sepertimu. Memangnya kau pikir aku nyaman nikah sama anak kecil?"
Terdengar suara Alya telah menggerutu di dalam kamar mandi. Gadis itu cukup bebal dan sulit untuk dimengerti.
"Kalau udah selesai lebih baik kamu keluar sekarang! Memangnya kau ingin tidur di dalam kamar mandi? Oke, Aku juga tidak keberatan kalau kau ingin tidur di kamar mandi. Tapi setidaknya, keluarlah dulu, setelah aku selesai mandi, kau bisa masuk lagi, dan bisa tidur di sana sesuka hatimu."
Alya yang tengah emosi, memukulkan tangannya berkali-kali ke tembok di dalam kamar mandi. Kata demi kata yang keluar dari mulut Rivaldo selalu menyakitkan hatinya.
"Anak ini kalau disabari nggak bakalan nurut. Oke, aku akan masuk ke dalam."
Cukup lama menunggu tak mendapati Alya keluar, Rivaldo pun akhirnya memutuskan untuk membuka pintunya. Saat pintunya terbuka, matanya terbelalak dan mendapati Alya yang masih juga belum mandi.
"Oh! Jadi dari tadi kamu masih juga belum mandi? Apa saja yang kau lakukan selama itu di sini? Kupikir kau sudah mandi, tapi ternyata ..."
Rivaldo mendekat, lalu menyalakan shower dan mengguyur tubuh Alya tanpa melepaskan pakaiannya.
Alya meronta-ronta, namun Rivaldo tak mengabaikannya. "Lepas! Lepasin aku Om! Aku bisa mandi sendiri. Kau itu benar-benar ...!!"
"Sudah cukup Alya! Hari ini kau sudah banyak menguji kesabaranku! Kau itu tidak bisa diajak baik-baik rupanya! Kau selalu saja melawanku."
"Ayo lepas pakaianmu!"
Seketika otak Alya langsung blank saat Rivaldo memintanya untuk membuka pakaian yang kini tengah dipakainya yang sudah basah terguyur air shower.
"Hah! Dilepas?" Alya melotot dengan mulutnya menganga. Benar-benar di luar dugaannya, Rivaldo ternyata cukup menyeramkan. Dimulutnya ogah memiliki istri seperti dirinya, tapi dihatinya terbesit pikiran kotor untuk mendapatkannya.
"Kenapa diam! Apa yang tengah kau pikirkan? Jangan pernah berpikir yang macam-macam."
Rivaldo tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Alya. Gadis itu pasti mengira dirinya tengah menginginkan sesuatu yang ada di tubuhnya.
"Kau tidak perlu kegeeran, Aku tidak napsu untuk menjamahmu. Ayo buruan itu semua dilepas! Atau aku sendiri yang akan melepasnya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Yuno
Cerita ini keren banget, susah move on!
2024-03-07
1