Dengan sangat terpaksa, akhirnya Alya melepaskan pakaiannya yang sudah basah, dan tak menyisakan sehelai benang pun. Gadis itu kebingungan untuk menutupi benda berharga miliknya yang bisa terlihat jelas oleh sepasang mata pria yang kini sudah menjadi pasangannya.
"Nggak usah ditutupi! Apa kau pikir dengan kau menutupinya Aku tidak akan tahu isinya? Walaupun kau tidak memakai sehelai benangpun, nafsuku nggak bakalan bangkit. Sudah kukatakan, aku tak ada nafsu menikah dengan anak kecil sepertimu!"
Ingin sekali Alya meremas mulut pria yang selalu saja meremehkannya. Bahkan di luar sana masih banyak orang yang mengaguminya, tapi di mata suaminya, ia seakan-akan buruk rupa, dan dipandang sebelah mata.
"Aku bisa mandi sendiri Om, aku janji akan segera keluar dari sini. Aku mohon keluarlah sekarang! Tiga menit lagi aku janji akan keluar."
Rivaldo memutuskan untuk keluar dengan memejamkan mata. Tidak bisa dipungkiri tubuh Alya sangatlah ramping dan menggairahkan. Bagaimana mungkin ia tidak tergiur oleh penampilan Alya yang dalam keadaan polos, hanya saja ia tidak ingin terlihat buruk di depan Alya.
***
Kurang lebih 3 menit Alya telah menyelesaikan ritual mandinya. Dia keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuhnya menggigil kedinginan. Ia menuju kopernya yang ditaruh di sisi ranjang dan langsung membukanya untuk mencari baju ganti. Ia sendiri masih bingung, baju sebanyak itu harus ditaruh di mana? Ia tidak berani lancang untuk menaruh barang-barangnya di dalam lemari tanpa izin dari Rivaldo sang pemilik rumah.
Ya ampun baju-bajuku Ini harus aku taruh di mana masa iya aku taruh di dalam koper terus aku akan kesulitan saat mengganti pakaianku. Dia juga tidak memberiku lemari untuk menaruh barang-barangku, kejam sekali dia."
Alya berniat untuk membeli lemari sendiri jika sang suami tidak memberinya izin untuk menaruh pakaiannya di lemari yang sudah ada di dalam sana. Dia tidak ingin dianggap ketergantungan pada orang lain walaupun statusnya sudah menjadi suami istri.
'Huh! Seperti ini kah rasanya menikah.' berkali-kali gadis itu menghilang nafas dengan mengganti pakaiannya. 'Aku bahkan tidak pernah membayangkan kalau hidupku bakalan berakhir seperti ini. Sudah putus sekolah, nggak bisa lanjut kuliah, dan yang paling membuatku sedih, aku harus kehilangan orang yang aku sayangi. Rivaldo telah menyengsarakan hidupku, sudah tua, suka ngatur ngatur lagi.'
Alya menggerutu dalam hati dan selalu menyalahkan orang tuanya.
'Ini semua gara-gara Papa! Kenapa harus aku yang dijodohkan! Kenapa bukan kak Vita saja. Umur kak Vita jauh lebih tua dariku. Enak dia sudah dianak emaskan di rumah. Sedangkan aku, Aku selalu dibuat susah.'
Setelah selesai mengganti pakaiannya, Alya menuju meja rias untuk menyisir rambutnya dan memasang bedak tipis di wajahnya agar terlihat lebih segar. Dalam hati selalu berangan-angan, berharap ada keajaiban yang bisa menolongnya keluar dari masalah yang kini dihadapinya.
'Kalau aku mengadu kepada orang tuaku, apa mereka percaya dengan ucapanku ini ya? Aku ingin jelaskan pada mereka kalau Rivaldo itu tidaklah baik untukku. Dia selalu saja menyudutkanku di sini. Nggak ada salahnya kalau dicoba dulu. Siapa tahu saja mereka respek sama aku.'
Alya mengambil ponselnya yang ditaruh di dalam tas selempangnya. Ia langsung mencari kontak orang tuanya.
"Apa yang kau lakukan. Kau ingin menghubungi siapa?" tanya Rivaldo dengan matanya dingin. Seketika Alya tersentak, dia sangat terkejut mendapati suaminya yang sudah berdiri tegap di belakangnya.
"Ini Om, aku mau ngomong sama Papa."
"Mau ngomong apa sama Papa kamu? Mau ngadu kalau aku di sini sudah memperlakukanmu dengan buruk? Jangan coba-coba membuatku emosi Alya! Orang tuamu sudah memintaku untuk menjagamu, itu artinya kau tidak boleh menghubungi orang tuamu tanpa mendapatkan izin dariku. Sini ponselmu, aku sita!"
Dengan gesit tangan Rivaldo menyahut ponsel yang dipegang oleh Alya, dan membuat gadis itu langsung memberontak.
"Om! Balikin ponselku! Kau tidak berhak mengekangku seperti ini. Aku hanya ingin menghubungi orang tuaku saja, memangnya salah?"
Iya, tentu saja tindakanmu itu salah. Aku tahu kamu hubungi orang tuamu hanya untuk mengadu jika aku memperlakukanmu tidak baik di sini. Kau ingin mengacaukan kebahagiaan mereka dengan aduan-aduan omong kosongmu itu? Aku akan menyita ponselmu ini sampai kau nurut padaku!"
Alya meneguk ludahnya kasar, untuk menghubungi orang tuanya saja Rivaldo tidak mengizinkannya benar-benar pria yang sangat menyebalkan.
"Om! Kenapa kau sejahat itu padaku? Aku menikah denganmu itu bukan karena keinginanku sendiri, tapi demi menuruti keinginan orang tuaku. Kalau kau tidak ada niatan untuk menikah denganku seharusnya katakan saja pada orang tuamu, tolak mereka, jangan memaksakan diri seperti ini. Di sini aku bahkan tidak kau izinkan untuk menghubungi orang tuaku. Kau ingin memisahkanku dengan mereka? Kau tidak berhak untuk menjauhkanku dari keluargaku, Om!"
Tak mempedulikan omelan Alya, Rivaldo memasukkan handphone ayah ke dalam kantong celananya.
"Terserah! Kau mau bilang apa saja aku tidak peduli. Aku hanya menjalankan apa yang sudah diamanatkan orang tuamu. Walaupun aku tidak menginginkan pernikahan ini, aku tidak bisa membantah apa yang menjadi keputusan orang tua, baik orang tuaku maupun orang tuamu. Jadi lebih baik kok ikuti saja aturanku, jangan berbuat sesuka hatimu."
"Sekeras batu! Kau adalah laki-laki jahat yang pernah aku temui. Pacarku saja tidak pernah memperlakukanku seperti ini. Kau hanya orang asing bagiku, dan kau sudah berbuat sesuka hatimu tanpa menghargai perasaanku."
Rivaldo menaikkan satu alisnya. "Oh, ya? Jadi pacarmu lebih baik daripada aku? So sweet sekali," ucapnya dengan senyuman meledek. "Ini masih belum seberapa Alya, kau sudah bilang kalau aku ini sangat jahat, bahkan kau membanding-bandingkan antara Aku dengan pacarmu itu. Kalau memang pacarmu itu baik, lantas kenapa orang tuamu malah menjodohkanmu denganku, dan menganggap aku adalah orang yang tepat untuk menjadi pendamping? Kenapa mereka tidak memilih pacarmu saja yang menjadi pasangan hidupmu?"
"Aku tidak tahu alasan orang tuaku memilih kamu daripada dia. Tapi yang jelas, dia jauh lebih baik daripada kamu. Mungkin orang tuaku sudah diguna-gunai oleh keluargamu sehingga mereka tunduk pada keluargamu dan mengabaikan perasaanku."
Tak gentar Alya menuduh keluarga Rivaldo telah mengguna-gunai orang tuanya hingga membuat mereka lebih percaya pada keluarga Rivaldo dan mengabaikan perasaannya, ucapan Alya membuat Rivaldo bertambah emosi.
"Jangan sembarangan kamu bicara! Jangan pernah menjelek-jelekan keluargaku dan menuduhnya tanpa bukti, kau sudah memfitnah keluargaku, Aku tidak bisa menerimanya. Aku masih sabar saat kau memaki-makiku, tapi aku tidak bisa memaafkanmu jika itu menyangkut orang tuaku. Orang tuaku sudah berbaik hati mau menerimamu sebagai menantu, dan inikah balasanmu?"
Rivaldo menahan emosinya yang menggebu-gebu dan menjaga agar dirinya tidak sampai main tangan pada wanita yang sudah dinikahinya. Sungguh sakit jika orang tuanya dijelek-jelekkan dan difitnah tanpa bukti. Ia bisa terima dicaci-maki, tapi tidak dengan orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments