Surat Terakhir
Berulang kali aku menulis kata demi kata yang mungkin saja akan menjadi sebuah cerita, terkadang aku menulisnya tanpa judul karena aku pikir setiap apa yang aku rasakan adalah perasaan yang sama yaitu hilang.
Hari demi hari coretan yang ku tulis seolah memudar,entah tintaku yang habis atau kata yang ingin ku sampaikan sudah cukup. Ingin rasanya aku memeluk mereka dan memberikan ini sebagai surat terakhir,aku sudah sampai pada batas waktuku. Tolong cukupkan membenciku dan kenang aku sebagai apapun yang kalian inginkan.
***
Namaku Inka Amira, aku adalah sebuah kenyataan yang disalahkan,aku berusia 15 tahun. Aku merasa berbeda saat berada ditengah keluargaku,sampai detik ini aku tidak pernah tau kenapa aku dibedakan bahkan cenderung tidak pernah dianggap keberadaannya.
Satu waktu aku pernah bertanya pada Ibu ku,karena setiap hari aku merasa menjadi beban untuk mereka dan aku memutuskan untuk bertanya.
"Bu,apa aku boleh bertanya sesuatu?," tanyaku hati-hati karena aku takut ibu marah.
Ibu pun berbalik kearah ku.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" sahut ibu dengan sikap dinginnya
"Bu,apakah selama ini aku menjadi beban untuk ibu dan keluarga,karena aku merasa diperlakukan berbeda?," tanyaku penasaran karena sejak kecil aku sudah merasakan perlakuan yang berbeda dengan adik adikku yang lain.
"Mengapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu,ibu memperlakukan kalian sama. Pakaian, barang-barang dan uang jajan pun ibu tidak pernah membedakannya,lalu kenapa kamu bertanya demikian?," sahut ibu yang sudah mulai menaikan volume suaranya
"Ma__maaf Bu,mungkin Inka terlalu banyak menuntut,namun Inka pun ingin merasakan kasih sayang dan perhatian yang sama seperti adik adik," ucapku menunduk karena aku tahu apa yang akan ibu katakan selanjutnya.
"Kamu ini bukan anak kecil lagi,jika ibu memperlakukan mereka berbeda mungkin itu hanya perasaanmu saja,ibu harap kamu tidak akan bersikap seperti ini lagi,paham!"
Ibu pun berlalu setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya,harapanku hanya ayah dan kedua saudara ku,mereka masih bersikap manis kepadaku,aku selalu menutupi rasa tidak suka ibu padaku,bahkan tak jarang aku selalu memuji ibu didepan ayah.
Ayahku adalah pemilik perusahaan yang bergerak di bidang jasa ,Dia menjabat sebagai CEO di perusahaan itu, namanya Erwin Pradipta. Ayah sangat menyayangi ku,setiap hari ayah akan mendatangi kamar ku untuk mengucapkan selamat pagi atau selamat tidur,aku pikir sikap ayah akan sama seperti ibu.
Kedua adikku berusia 10 tahun dan 5 tahun,namanya Dhika Pradipta dan Maudy Pradipta,ya kami hanya mempunyai jarak usia beberapa tahun saja. Kedua adikku sangat menyayangiku dan aku juga demikian, setiap pulang sekolah jika aku keluar lebih dulu aku selalu menunggu Dhika pulang,begitu juga sebaliknya. Setelah pulang sekolah aku membantu ibu menjaga adik-adik,karena aku tahu sejak pagi pasti dia sudah sibuk di toko kuenya.
Aku selalu mengurus kedua adikku dengan baik,karena aku tidak mau ibu marah seperti tempo hari. Ibu menghukumku tidak memberi makan sampai malam hari gara-gara aku tidak menjaga Dhika bermain,dia terjatuh hingga dahinya menerima beberapa luka jahitan,dan sejak saat itu aku mulai fokus menjaga keduanya,aku bahkan tidak sempat bermain, terkadang makan pun menunggu sisa makanan mereka yang tak habis,aku pikir mubazir.
Siang itu Dhika pulang lebih dulu,Dia dijemput oleh pak supir di rumah kami, sedangkan aku harus ikut bimbel untuk persiapan ujian yang akan dilakukan beberapa bulan lagi. Tempat yang setiap hari ingin ku datangi adalah sekolah,karena aku miliki sahabat-sahabat yang menyayangiku, mereka sudah seperti keluargaku sendiri.
Saat jam istirahat aku mulai curhat dengan teman-teman ku mengenai beban ku selama ini, karena aku butuh support dan bantuan mereka.
"Beberapa bulan lagi kita ujian, setelah lulus nanti kalian mau daftar sekolah dimana?," Tanya Hesti membuka percakapan
"Aku udah dipilihkan sekolah oleh orang tuaku katanya si SMA favorit,aku si nurut aja lah,padahal aku maunya kita tetap bareng-bareng," sahut putri
"Kalau aku sekolah di sini saja,sudah nyaman dengan suasana sekolahnya walaupun beda gedung," sahut Ocha
"Lalu kamu mau sekolah dimana Inka? ," tanya Hesti pada inka
Aku menggelengkan kepala,aku tidak sepercaya diri mereka untuk menyebutkan satu sekolah yang akan menjadi tujuan belajar selanjutnya.
"Kenapa?," tanya mereka penasaran
"Sejujurnya aku ingin mengajukan beasiswa saja,supaya aku tidak merepotkan keluarga ku," ucapku singkat
"Ko seperti itu,itukan kewajiban orang tua untuk menyekolahkan anaknya,lagi pula keluarga mu masih mampu untuk membiayai kamu masuk ke sekolah favorit," ucap putri panjang lebar
Aku tersenyum kecut, mendengar ocehan putri,dia salah satu temanku yang cukup frontal tapi aku suka dia jujur ketika mengatakan sesuatu meskipun terkadang sedikit menyakiti.
"Teman teman aku ingin cerita banyak hal,aku percaya kalian adalah sahabat yang bisa aku percaya." ucapku yang memancing rasa ingin tahu mereka.
"Katakan," sahut mereka serentak
"Sebenarnya aku ingin bekerja, untuk menghidupi kebutuhan ku,aku tidak ingin terus bergantung dengan keluarga ku," ucapku tertunduk membuat mereka heran.
"Kamu jangan ngaco Inka usia kita itu usia sekolah,lagi pula kamu punya orang tua yang berkecukupan,kenapa harus bekerja apa mereka sudah tidak mampu lagi membiayai kamu?," ucap Hesti
"Kalian dan aku berbeda, meskipun mereka mampu untuk membiayai kehidupan ku tapi aku tidak percaya diri menerima itu semua. Aku merasa tidak pantas," ucapku yang mulai menitikkan air mata
"Hey kenapa menangis, sepertinya beban hidup kamu berat sekali, ceritakan pada kami siapa tau kami bisa membantu kau?," ucap Ana mewakili yang lain.
"Sejak kecil ibu memperlakukan ku berbeda dengan adik-adik ku, meskipun kamu diperlakukan sama namun soal kasih sayang aku tidak mendapatkannya. Ayah memang menyayangi ku tapi aku menganggap nya sebagai rasa iba saja,kami jarang mengobrol ayah menemui ku saat larut malam dan pagi buta,aku selalu menantikan saat dia mencium keningku setelah itu berlalu..." aku menjeda ucapan ku karena ini begitu sesak
"Apa?," tanya Rika penasaran
"Aku bertemu ayah kembali saat sarapan, tapi dimeja makan kita dilarang berbicara banyak jadi aku tidak punya waktu luang dengan ayah, kalau week end kami di ajak pergi jalan-jalan tapi ayah dan ibu fokus pada kedua adikku,aku selalu beranggapan kalau aku anak angkat atau anak yang tidak diinginkan," ucapku panjang lebar yang menyita perhatian sahabat sahabatku
"Ya ampun Inka kita engga nyangka jika kehidupan kamu demikian,kami turut prihatin . Apa yang bisa kami bantu? selain kami yang selalu berada di dekat kamu. Ka jangan sungkan bercerita dan meminta bantuan kami,kami janji akan selalu ada untuk kamu," ucap Hesti yang diangguki sahabatku yang lain.
"Terima kasih teman teman aku sangat bersyukur memiliki kalian,"
Aku dan mereka berpelukan,kami saling menguatkan dan mendukung satu sama lain,aku masih punya alasan untuk tetap tersenyum setidaknya saat dengan mereka. Mulai saat ini aku akan menyusun rencana hidupku sendiri,aku tidak ingin merepotkan banyak orang,akupun ingin dilihat dari dekat.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2023-08-15
0
abdan syakura
Mampir ya kak..
😉👍
2023-06-19
0
Muh.mutawalli Munasib
banyak bawangnya nih kayanya.
2021-03-17
0