"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang? Pulang?." Namun rasanya Olivia enggan untuk pulang, ia masih ingin bermain. "Ayo naik komedi putar!" ajaknya kemudian menarik tangan Raj.
"Gak mau kayak anak kecil. Kamu aja, nanti aku melihat dari sini."
"Yah... Gak seru dong main sendiri." Oliv menarik-narik tangannya sedikit memohon. Namun Raj terlihat enggan. Memang sih di usianya yang sekarang mana ada yang naik komedi putar apalagi dia kan cowok.
"Ya udah, ayo." sepertinya dengan terpaksa Raj harus menuruti keinginan Olivia.
Ketika hendak membeli tiket, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Olivia dari belakang. Ia pun menoleh.
"Hai. Reyhan?!" ternyata itu adalah teman sekolahnya.
Reyhan sedikit membungkuk tanda memberi salam kepada Raj. Tentu saja ia pasti tau kalau Rajendra sudah seperti kakak kandung bagi Olivia. Ia kerap melihatnya setiap hari mengantar Oliv sekolah.
"Berdua saja Liv?" tanya Reyhan.
"Iya. Kamu?"
"Aku sendiri." jawabnya sembari tersenyum. Wajahnya terlihat lumayan tampan, meski tidak setampan Rajendra.
"Kasian jomblo. Kalau begitu mendingan tamani aku naik komedi putar!"
"Boleh... Kita bertiga?" tanya Reyhan sambil melirik ke arah Raj.
"Ngga, berdua saja sama aku."
Reyhan setuju dan mengiyakan ajakannya. Tentu saja ia merasa senang saat di ajak oleh Olivia. Ia adalah termasuk salah satu siswi populer di sekolahnya.
"Kamu selamat gak perlu maksain menemaniku bermain." Olivia mengedipkan sebelah matanya, setelah berbisik pada Raj.
Bermain dengan ceria menaiki komedi putar, tidak lupa Oliv selalu berfoto untuk mengabadikan momennya. Meski berfoto menggunakan ponsel Raj. Ya, karena ponsel miliknya habis daya dan mati.
Sesekali Oliv melirik ke arah Raj. Namun ia merasa sepertinya Raj terlihat sedang kesal. Benar, pasti ia merasa kesal karena sepertinya rencana untuk membalas rasa sakit pada mantannya telah gagal. Sebaliknya malah menemani bocil seperti ku untuk bermain. Ah... aku jadi merasa bersalah. Pikir Oliv.
Olivia tidak tahu saja kalau sebenarnya Rajendra kesal bukan soal itu, tetapi karena ia kesal melihat dirinya yang sedang bermain dan tertawa dengan lelaki lain.
"Ayo pulang." ajak ku pada Raj. Ku sudahi saja bermainnya meskipun sebenarnya masih asyik. Dan entah bagaimana dengan Reyhan, aku meninggalkannya begitu saja.
"Kok sebentar?" tanyanya. Padahal lain di hati, ia sungguh merasa senang Oliv berpisah dengan temannya itu.
Raj kemudian melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Masih sore kok, belum terlalu malam. Mungkin mau mencoba wahana lain?" Ujarnya.
Olivia terdiam sejenak memperhatikan Raj, apakah benar ia masih ingin mengajaknya untuk bermain?
Padahal ia pikir Raj sudah bosan menemaninya.
"Ayo ah kebanyakan mikir." Raj menarik tangan Olivia. "Kita ke sana!" ia menunjuk kearah wahana rumah hantu.
"Ok! Siapa takut." toh di dalam hantunya cuma bohongan.
Raj tergelak mendengar jawaban Oliv yang seolah pemberani. Mereka langsung membeli tiket masuk kedalam rumah hantu itu.
Argh... Gila, aku kira gak bakal seseram ini suasana rumahnya. Namanya juga kastil hantu, pasti di buat seseram mungkin. Suara khasnya kesunyian malam. Gonggongan anjing, jangkrik, dan suara burung hantu. Belum lagi di dalam sangat gelap, hanya sedikit cahaya seolah itu cahaya rembulan.
Sraak... Tiba-tiba saja sesuatu yang putih melintas di hadapan mereka.
Deg, membuat Oliv terkejut dan sontak memegang tangan Raj. Padahal ini baru saja di mulai.
"Kamu takut?" Raj menyeringai jahil.
"Ngga. Reflek aja tadi." jawabnya berkilah. Tetapi pegangan tangan ia justru malah semakin erat pada Raj.
"Kyaaaaaaaaa....." Oliv menjerit ketakutan. Karena tiba-tiba saja sosok putih berwajah menyeramkan muncul dari atas dan jatuh tepat di depan wajahnya.
Krak... Shhh... Brugh...
Ya ampun suara apa lagi itu. Ingin lari rasanya agar cepat keluar dari sini, tapi aku tidak tahu jalan. Ruangannya sangat rumit.
Brugh... Muncul lagi sosok hitam tanpa kepala, dan kepalanya sedang di jinjing. Aku tau ini hanya imitasi, tapi kenapa seseram ini. Oliv sudah ingin menangis saja rasanya.
"Mamah tolong aku..." Matanya berkaca-kaca karena terlalu kaget. Ia membenamkan wajah di dada bidang Raj.
Hingga beberapa saat, Oliv tetap membenamkan wajahnya di pelukan Raj.
"Sudah tidak ada, dia sudah pergi." ujar Raj sembari mengelus punggung Oliv. "Ngapain takut sih, itu kan bohongan. Manusia sama kayak kita." lanjutnya.
Enteng banget ngomongnya. Padahal jantung ku dari tadi terus berdebar karena kaget. Aku tidak ingin bicara apapun, hanya terus bersembunyi dalam dekapannya.
"Ayo jalan..." dengan susah payah Raj melangkahkan kakinya karena Olivia terus saja menempel padanya.
Gila, apakah ini bangunan emang seluas ini. Tidak seperti kelihatannya saat di luar tadi. Kenapa rasanya sudah berjalan begitu jauh tapi tidak kunjung menemukan pintu keluar.
"Oliv lihat itu. Dia bukan hantu tapi anak kecil yang imut!" Raj menepuk punggungnya pelan.
"Gak mau." Namun Oliv tetap terus membenamkan wajahnya.
"Aku gak bohong. Dia imut seperti cici-cici."
Karena penasaran, perlahan Olivia membalikan wajah untuk melihatnya. "Eh iya. Dia cantik loh, pakaiannya juga bagus." Anak kecil itu tengah mengenakan dress merah muda yang mengembang.
"Iya kan."
"Mungkin temanya hantu noni belanda cantik." ujarnya sambil mempertegas penglihatannya karena hanya ada sedikit cahaya disana.
Baru saja Oliv mengambil ponsel dari dalam tasnya, untuk memotret. Tiba-tiba saja keluar darah dari kedua mata anak itu.
"Kyaaaa....." Oliv kembali dibuat terkejut, dan sontak membalikan badan untuk bersembunyi di pelukan Rajen. Jantungnya bedebar kencang, dan nafasnya terengah-engah.
"Nggak apa-apa, tenang ya... Dia sudah pergi kok." Rajendra mencoba menenangkannya dan mengelus rambutnya dengan penuh kelembutan.
"Aku tidak ingin bergerak sama sekali, kaki ku lemas dan benar-benar takut."
Lalu Rajendra menggendongnya kemudian berjalan untuk keluar dari sana. Meski Oliv tetap saja bersembunyi di dada bidangnya.
Beberapa saat setelah ku pikir pikir rasanya dari tadi Raj sudah tidak bergerak dan berjalan lagi, seperti diam di tempat saja. Perlahan aku membalikan kepala untuk mengintip keadaan sekitar. Eh kok! Terang banget banyak cahaya.
"Sampai kapan Oliv, kamu akan seperti ini terus!?" Rajendra tergelak saat mendapati Olivia yang sedang mengintip keadaan.
Olivia membuka matanya lebar-lebar. Oh astaga ternyata mereka sudah berada di luar. Lalu Olivia buru-buru turun dari gendongannya. Ah, malu banget banyak orang yang melihat.
Ku lirik Raj ia sedang tersenyum puas. "Kamu sengaja kan!" Oliv memukulnya.
"Ouch... Nggak. Aku pikir kamu tidur tadi." Rajendra cekikikan merasa senang telah menjahilinya. Sebenarnya ia juga merasa senang karena bisa berlama-lama menggendong Olivia.
"Iya, iya maaf. Jangan cemberut gitu dong... Kamu kayak ikan buntal tau." Raj merasa gemas sambil mencubit kedua pipinya.
"Ayo kita beli ice cream, habis itu kita pulang." Ajaknya untuk menghibur gadis kecil itu, sembari ia menyentuh kepalanya dan mengacak-acak rambutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments