Sinar mentari yang telah terbit terpancar masuk melalui celah jendela kamarnya. Membuat Olivia merasakan silau cahayanya.
Hari Minggu, hari yang hampir di nantikan oleh semua orang. Dimana waktunya untuk bermalas-malasan dan beristirahat. Olivia berencana akan tidur lebih lama hari ini meski matahari sudah terbit ke atas.
Olivia Sapphire, putri sulung dari pasangan David Sapphire dan Sinta Dewi. Ia memiliki adik perempuan berusia tiga tahun bernama Fionna Sapphire.
Ayah keturunan asli Inggris dan ibunya berdarah sunda. Benar, sama halnya dengan kedua orang tua Rajendra.
Sebenarnya Nicco dan David adalah teman rasa sahabat. Tidak hanya itu David yang adalah Daddy nya Olivia. Ia adalah orang kepercayaan Nicco di perusahaan bisa di bilang tangan kanannya.
David bisa bertemu dengan Mommy nya Olivia adalah berkat Tuannya itu. Karena Nicco telah menikah beberapa tahun lebih dulu dengan istrinya yang juga berdarah sunda.
***
Mata yang masih terpejam tengah menikmati hari liburnya.
"Oliv... Bangun..." terdengar suara Mom Sinta dari balik pintu kamarnya. Terlihat jam sudah menunjukkan pukul 09:00
"Ada apa Mom, aku masih ngantuk?" jawabnya malas dengan mata yang masih tertutup.
"Ada Rajendra di depan, katanya mau pergi ke toko buku. Kamu ada yang mau di beli tidak!"
"Nggak ada."
Sebenarnya ada buku yang ingin aku beli, tapi ya sudahlah nanti saja belinya, aku ingin menikmati hari libur dengan bangun siang dan bermalas-malasan di kasur bersama ponselku.
Tok... Tok... Tok
"Apa lagi Mom!"
"Oliv, komik baru yang kamu nantikan udah rilis di pasaran tadi pagi." Terdengar suara lelaki maskulin yang tidak asing di telinganya. Ah rupanya Raj turun tangan untuk membangunkan Olivia.
"Ya sudah nitip saja." ujarnya dengan malas.
"Tidak mau." Jawabnya dengan nada menyebalkan.
"Fio, enak gak brownies coklat lumer nya!"
"Enak banet om. Telimakacih..." ucap Fio dengan suaranya yang masih cadel.
Rupanya Rajendra sedang bertanya kepada adikku Fionna. Sengaja suaranya ia tinggikan agar aku dapat mendengarnya mungkin. Tau saja si om tampan ini cara jitu membangunkan ku. Aku suka banget coklat, pokoknya aku suka yang berbau bau coklat.
Kalau sudah begini, hancur sudah ekspektasinya untuk bermalas-malasan di kasur seharian.
Cklek... Akhirnya Olivia membuka pintu kamar sambil mengucek mata dan mengusap-usap rambutnya agar tidak terlalu berantakan.
"Mau,..." rengeknya dengan muka bantal.
"Talau mau mandi dulu," celoteh Fio sembari berlenggak lenggok lucu.
"Udah tadi subuh." jawabnya.
"Tapi tata tadi tidul lagi... bau lagi." Ahh... adikku yang pintar dan menggemaskan. Maksudnya karena aku tidur lagi jadi aku pasti bau.
Aku mengangkat tangan dan mencium ketiak kiri kanan badanku, masih oke, wangi juga, tinggal mencuci wajah saja.
Olivia kembali masuk kedalam kamarnya untuk mencuci wajah.
"Tata ga mandi... Hihii..." ujarnya pelan, takut kalau ucapannya terdengar oleh kakaknya. Terlihat gigi ompongnya yang penuh dengan coklat.
"Tapi cantik." celetuk Raj.
"Iya, ta Oyip tantik..." sahut Fio sembari kembali memakan brownies miliknya.
"Mana brownies punya kakak?"
"Nih..." Fionna memberikannya.
Saat ku rasakan gigitan pertama.
Nyess... Ahh lelehan coklat lumer dengan perpaduan bolu yang lembut terasa enak di lidah. Ku nikmati setiap gigitannya dan itu membuat hati senang.
"Tata, bibil mu belepotan. Itu ada cotat di pipi." Fionna menertawakan kakaknya dengan suaranya yang cempreng. Tidak sadar dia kalau di kedua pipinya yang chubby itu sudah terbalut oleh coklat, sudah seperti roti coklat saja.
Raj tersenyum melihat tingkah kakak beradik itu. "Ayo cepat siap-siap nanti keburu panas cuacanya." Rajendra masih menunggu Olivia untuk mengajaknya pergi ke toko.
Lalu ia pergi ke kamar untuk bersiap setelah selesai memakan brownies pemberiannya. Sisanya Fionna masukkan kedalam lemari es, agar nanti coklatnya menjadi cremmy.
Ya, Oliv jadi ikut pergi ke toko buku bersama. Daripada gabut kan di rumah. Niat mau tidur malas-malasan tapi gak bisa. Dan siapa juga yang sanggup menolak ajakan si pria tampan ini.
Aku berlenggak lenggok di depan cermin. Celana jeans, blouse, dan ku padukan lagi dengan outer ala ala korea. Masya'allah terimakasih tuhan telah menciptakan ku seindah ini. Bisa di bilang badan aku tuh ideal di Indonesia.
"Ayo." Olivia menghampiri Raj yang dari tadi sudah cukup lama menunggunya. Tidak lupa tas selempang untuk melengkapi ootd.
Tetapi tiba-tiba saja aku menjadi insecure setelah melihat Raj.
Coba lihat itu, setelah diperhatikan. Saat aku sedang tidak memakai seragam sekolah. Umur kita tidak terlihat jauh beda, hanya seperti kakak kelas dan adik kelas.
Sial! ini, dia yang awet muda atau aku yang cepat tua. Padahal selisih 9 tahun itu jauh loh.
"Ayo cepat naik, malah bengong."
Seperti biasa sudah tidak asing lagi, orang yang sama dan motor yang sama. Oliv berpegangan di pinggangnya, tapi hanya bajunya saja yang ia genggam.
Dalam perjalanan terdengar suara notif ponsel. Ting... Satu pesan masuk di ponsel Olivia. Dengan susah payah ia merogoh ponsel di dalam tasnya. Tenyata pesan dari sang pacar, mengajaknya untuk pergi jalan-jalan. Sudah telat Bambang, pacarmu sudah di gondol om om. Olivia membalas chatnya dengan alasan yang masuk akal. Sehingga tidak banyak drama bertanya apa-apa lagi.
Ngik... Tiba-tiba Raj mengerem mendadak. Membuatnya terkejut dan sontak memeluk pinggang Raj dengan erat sehingga posisi duduk Olivia pun bergeser kedepan.
"Ada apa tiba-tiba mengerem?"
"Kucing tadi hampir tertabrak." kilahnya dengan datar seolah yang ia katakan benar. Padahal sebenarnya tidak ada kucing yang lewat.
Oliv tidak tahu itu karena ia sedang fokus melihat ponselnya tadi.
Tidak sadar, Olivia tidak merubah posisi duduknya kembali. Ia terus menempel di punggung Rajendra.
Begitupun sebaliknya, Rajendra tidak berkomentar apapun soal itu. Itu mah maunya elu bang.
Hingga beberapa saat mereka telah sampai di depan toko buku. Begitu Olivia hendak turun dari motor, ia baru tersadar saat melepas pelukannya di pinggang Raj
"Astaga Olivia, ceroboh banget sih. Jadi menang banyak kan Rajendra ngerasain buah apel ku nempel di punggungnya. Ah...malu juga kan kalau gini. Dah lah pura-pura biasa aja udah."
Ia buru-buru masuk duluan ke dalam toko. Agar wajah malunya tidak ketahuan oleh Raj.
Cukup banyak buku yang mereka beli, jadi lumayan berat lah Olivia menentengnya.
"Sini," Raj meraih kantong berisi buku-buku yang baru di belinya.
"Uh... Panas banget, mampir dulu ke sana yuk..." Oliv menunjuk tukang es kelapa muda yang ada di bawah pohon rindang di pinggir jalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments