"Oliv cepat... ini sudah siang, nanti terlambat." Teriak Mom Sinta di balik pintu.
"Sebentar Mom." Sementara itu Olivia masih bergulat di depan cermin riasnya.
Seperti biasa pagi ini Raj sudah ada di depan rumah menunggu Olivia, dengan di temani secangkir kopi. Ia sudah seperti supir pribadinya saja. Mengantarkannya dahulu hingga ke depan pintu gerbang sekolah, sebelum ia pergi ke kantor.
Moge nya sudah terparkir di halaman. Kawasaki Ninja yang selalu ia pakai setiap harinya. Raj lebih suka mengendarai motor daripada mobil. Meski ia memiliki mobil mewah di rumahnya, bahkan sport car ia juga punya.
Rajendra Maven. Ya, itu nama lengkapnya. Putra semata wayang dari pasutri pengusaha sukses Nicco Maven pemilik LOVE GROUP. Perusahan di industri makanan. Dan istrinya bernama Sekar Ningrum.
Ia adalah termasuk keturunan belasteran. Daddy nya berdarah barat, dan Mommy nya berdarah sunda, jelas terlihat dari namanya bukan.
"Ayo." Oliv sudah siap rupanya. Dengan semangat dan senyum manis di pagi yang begitu cerah ini.
Raj menatap wajah Oliv begitu lekat dengan tatapan yang dingin. "Kau memakai lipstik?" ujarnya.
Oliv mengangguk. Memang kali ini ia memakai lipstik yang berwarna agak cerah. Mungkin karena biasanya ia hanya memakai lipbalm atau lip tint saja, jadi Raj langsung terfokuskan karena ada yang berbeda darinya.
"Jelek kayak tante-tante. HAPUS." tegasnya penuh penekanan.
Tanpa banyak omong, Oliv menuruti perintahnya. Ia mengelap bibirnya menggunakan tisu. Dan kini bibirnya polos tanpa riasan apapun.
Terbesit senyum tipis di bibir Raj, saat melihat Oliv terlihat natural seperti biasanya. Tentu ia merasa puas akan hal itu.
"Berasa pucat gak sih? Bentar deh aku mau ngaca dulu, tambah lipbalm aja dikit ya!" Oliv hendak pergi kedalam untuk bercermin, namun gagal karena Raj lebih dulu melarangnya.
"Udah cantik. Ayo cepetan keburu siang." ujar Raj tanpa menoleh ke arahnya.
Deg!
"Aku gak salah dengar kan! Baru kali ini aku mendengar kata cantik dari mulutnya. Biasanya ia selalu meledek, bilang hidung pesek lah, si tukang ngemil, si ikan buntal." batin Olivia.
Padahal hidung Olivia mancung, cuma memang tidak semancung hidungnya Raj. Ia di sebut seperti ikan buntal, padahal juga tidak gendut. Cuma kalau lagi makan pipi Oliv suka penuh, jadi mengembung kayak ikan buntal menurutnya.
Mereka berangkat setelah berpamitan kepada Mom Sinta.
"Maksudnya ngapain pake lipstik lipstik kayak tadi!" Raj mulai mengintrogasinya saat di perjalanan.
"Apa?" Oliv tidak mendengarnya dengan jelas apa yang di katakan oleh Raj, mungkin karena terbawa arus angin. Lalu ia mendekatkan telinganya ke telinga Raj.
Dan Raj mengulang pertanyaannya lagi.
"Gapapa cuma coba-coba aja." jawab Oliv.
"Coba-coba atau mau goda cowok." tegasnya dengan penuh penekanan.
"Maaf ya, aku bukan seorang penggoda." jawabnya.
Hening. Raj sudah tau kalau Oliv bukanlah orang yang seperti itu.
Oliv menatap lekat punggung lebar nan gagah itu.
Pria yang selama ini selalu mengantar jemputnya pergi ke sekolah. "Entah harus aku panggil dia dengan sebutan apa? Kakak atau om?"
Karena usia mereka memang terpaut 9 tahun, pantas Olivia bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa. Kini usia Oliv tengah menginjak 17 tahun dan masih duduk di bangku sekolah kelas 3 SMA. Tentu saja Rajendra saat ini berusia 26 tahun.
Akhirnya ia putuskan untuk memanggilnya dengan sebutan nama. Karena terbiasa mendengar Mommy Sinta memanggilnya seperti itu juga. Olivia jadi merasa tidak terbiasa jika harus memanggilnya dengan sebutan kakak, mas, om, atau semacamnya. "Lidah ku tidak nyaman mengatakannya."
"Raj," tiba-tiba Oliv mendekatkan bibirnya di telinga Raj. Bermaksud agar ia bisa mendengar perkataannya dengan jelas.
"A..pa?" jawabnya sedikit kikuk. Bagaimana tidak, jika hembusan nafasnya menggelitik telinga.
"Kamu jangan galau terus, apa gak sebaiknya kamu balas dia dengan cara bikin dia panas ke." usul Oliv yang absurd.
"Bikin panas gimana?" tanyanya datar seperti tidak tertarik dengan usul darinya.
"Bikin dia cemburu, dengan pamer pacar baru di depannya. Buat dia menyesal telah mengkhianati kamu."
"Terus?"
"Terus kalau dia menyesal nanti pasti minta balikan lagi." Oliv memberikan usul dengan tulus, agar Raj tidak merasa galau lagi setelah di selingkuhi oleh mantan pacarnya.
"Tapi aku gak punya pacar baru."
"Sama aku aja." jawab Oliv enteng.
"Kamu mau jadi pacar aku?" sejak awal pertanyaan Raj selalu saja datar, tetapi menjurus.
"Iya, secara aku gak kalah cantik dari dia, yang pasti aku lebih muda darinya." dengan bangganya Oliv memuji dirinya sendiri sembari mengibaskan rambutnya.
"Kamu suka sama aku?"
"Apa?" Oliv terkejut.
"Eh, maksud aku jadiin aku pacar pura-pura buat bikin cemburu mantan kamu." Jelasnya.
Memang salah Oliv yang dari tadi bicaranya absurd terus, bikin orang salah paham.
"Oh kirain. Kapan mulainya?"
Wah ternyata dia langsung setuju dengan ide darinya, meski terdengar konyol. "Terserah. Aku punya banyak waktu kok."
Oliv tidak tahu saja kalau Raj dari tadi tengah menahan debaran hatinya, belum lagi merasakan lembutnya hembusan nafas Oliv di telinganya.
Ia juga sebenarnya merasa senang dan tersenyum dalam hati, ketika Oliv mengusulkan ide konyol itu.
Setelah begitu banyak mengobrol ternyata mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.
"Kamu ngapain nempel-nempel sama si om Raj?" Rafa langsung saja mengintrogasi Oliv. Sesaat setelah ia turun dari motor dan Rajendra pun juga telah berlalu pergi.
Salahnya juga karena tidak sadar dan terlalu asyik mengobrol dengan Raj. Ternyata dari sejak tadi posisi duduk Oliv memang menempel ke punggungnya.
"Gak ada apa-apa, tadi cuma ngobrol biasa aja." jawabnya sambil melanjutkan langkah.
Rafa memilih diam, ia hafal betul kalau sudah berdebat dengan kekasihnya itu, ia tidak akan pernah menang. Tentu saja wanita kan selalu benar.
Ting... ["Malam ini ya. Soalnya malam ini ada pasar malam, mantan ku suka pergi ke sana."] Chat dari Raj. Rupanya ia akan siap menjalankan misi itu.
["Oke"] balas Oliv langsung setuju.
Padahal tadi Rafa sudah mengajaknya untuk pergi jalan nanti malam, tetapi Olivia menolaknya dengan alasan pasti di larang oleh Mommy nya untuk keluar malam-malam.
Kalau saja Rafa tahu akan hal ini, mungkin ia sudah marah dan merasa di khianati.
Rafa mengantarnya hingga di depan pintu kelas Olivia. Sedangkan dengan dirinya mereka beda kelas.
"Pagi gengs..." Sapanya kepada kedua sahabatnya yaitu Vika dan Wulan yang sudah berada di dalam kelas.
"Tumben lu datangnya lebih siang dari gue." ujar Vika.
Oliv menjawabnya dengan senyuman. Lantas ia menyimpan tasnya di atas meja dan lalu duduk di tempatnya.
"Eh, kenapa tuh wajah si Rafa muram gitu?" Tanya Wulan yang mulai mengaktifkan mode gosipnya.
"Biasalah..." jawab Oliv santai. Gagal sudah harapan Wulan untuk bergosip.
Malam ini Olivia sudah berdandan dengan sangat cantik. Mengenakan baju yang bagus dan modis. Wajahnya memakai riasan sedikit tebal dari biasanya, tetapi tentu tidak mengurangi keimutannya yang masih muda.
Ia berlenggak-lenggok di depan cermin, rasanya sudah oke. Kalau mau akting jangan tanggung-tanggung lah. Begitu pikirnya setelah semua terlihat sempurna.
Terdengar suara motor Rajendra berhenti di depan rumah.
"Mom, Oliv pamit ya." Ia mencium tangan Mom Sinta untuk berpamitan.
"Raj... Pulangnya jangan terlalu malam ya!" pesan Mom Sinta.
"Siap Mom!"
Dari saat pertama keluar rumah, Oliv sudah di buat terpesona oleh pemandangan di hadapannya.
Gila gila gila. Raj gantengnya gak ketulungan, udah kelewatan banget. Aku kira ia hanya akan berpenampilan seperti biasanya. Tapi... Oh ya ampun lihat itu, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Apa boleh sesempurna itu.
Tidak bisa di deskripsikan, Rajendra sudah seperti oppa Korea kesukaan ku. Proporsi tubuhnya... Ahh idaman para wanita banget.
"Raj, parfum kamu kayak magnet. Mampu menarik ku lebih dekat dan menempel." begitu saja kata-kata itu keluar dari mulutnya, sembari ia menempel mengendus punggung Raj.
"Dasar bocah tengil."
"Ish... Aku kira kamu akan terenyuh dengan gombalan ku."
"Gak ngaruh." ujarnya. Padahal Raj tengah tersenyum tanpa sepengetahuannya.
"Raj kamu tau gak wajah selingkuhan mantan kamu seperti apa?"
"Tau. Kenapa emang?"
"Seganteng apa sih dia? Kok bisa Pangeran kuda poni ku di selingkuhi kayak gini?"
"Gak tau. Emang ganteng menurut standar kamu itu seperti apa ?" Raj balik bertanya.
"Kayak kamu." jawab Olivia datar.
Deg! Raj terdiam sejenak setelah mendengar jawaban darinya.
"Maksudnya kayak pangeran kuda poni?" candanya sedikit menggoda Olivia. Meski batinnya senang karena standar ganteng menurut Olivia adalah dirinya.
"Hmm." Olivia mengangguk.
"Ppftt, kenapa kuda poni sih, ngga pegasus aja gitu, atau pangeran kuda putih. Kan kedengarannya sedikit keren. Kuda poni kan cewek," Raj tergelak sepertinya ia senang menggoda Olivia.
"Suka-suka aku lah." jawabnya tak mau kalah.
"Iya iya. Siap-siap sebentar lagi sampai."
Kurang lebih sudah 20 menit di perjalanan, mereka sudah sampai di pasar malam.
Olivia langsung menempel memeluk Raj dengan erat. Yang tadinya ia hanya memegang bajunya saja tapi kini ia eratkan pelukannya dan menempel kepada Raj.
"Udah kelihatan belum?" Oliv bertanya tentang keberadaan mantannya.
"Iya. Biasanya ia nongkrong di sana." sahut Raj sembari menunjuk ke salah satu arah.
"Yang mana sih mantan kamu?" tanyanya sambil celingukan.
"Jangan di lihat, nanti dia curiga." ujar Raj. Menyentuh pipi Oliv untuk membenarkannya agar ia tidak celingukan lagi.
"Oh iya." Oliv dengan sengaja tetap menempel padanya. Karena ia pikir benar-benar ada mantannya Raj disana.
Sampai di parkiran, mereka berdua turun dan bertujuan untuk berkeliling di pasar malam. Sengaja maksudnya agar kelihatan sama mantannya.
Ku gandeng tangan Raj dengan mesra. Oh tuhan, baru kali ini aku bisa memegang tangannya yang kekar ini, yang selama ini aku hanya bisa melihatnya saja.
"Biasa aja Oliv, kamu jangan kaku begitu. Nanti bisa-bisa ketahuan." ujar Raj sembari tersenyum.
"Oke, oke." ia membenahi posisinya agar tidak terlalu kaku. "Gimana gak kaku coba, aku menggandeng pria tampan yang ada di sebelahku ini." batinnya.
"Nanti kalau gak sengaja papasan sama mantan kamu, kasih tau aku ya. Aku ingin melihat wajahnya." ujar Oliv sambil mendongak, karena Raj lebih tinggi darinya.
"Iya." Olivia tidak tahu betapa berbunga-bunga hati Rajendra saat ini kala bersamanya.
"Aku mau jajan." Rengeknya. Ia tidak tahan melihat banyak pedagang dan makanan kesukaannya berjejer disana.
"Ya sudah ayo jajan."
"Tapi aktingnya?" Olivia khawatir akan merusak rencananya yang telah di susun rapi.
"Gapapa, jajan kan normal. Dia juga lagi ngeliatin kita terus."
"Hah serius! Mana mana?" lagi-lagi Olivia celingukan mencari-cari. Tapi Raj memegang kepalanya dengan kedua tangan, dan memutarnya ke arah jajanan.
"Jangan di lihat. Ayo kita isi perut." Raj menarik Olivia ke tukang martabak. "Bang, martabak coklat keju ya!"
Raj sudah hafal betul apa yang Olivia sukai, ia langsung memesannya tanpa bertanya dahulu padanya.
"Tuh kan seperti ikan buntal." gumam Raj sembari tersenyum saat melihat Olivia yang tengah memakan martabak dengan lahapnya.
"Apa? Ngomong apa tadi?" Ia bertanya karena memang tidak terlalu jelas mendengarnya. Siapa tau kan Raj sedang memberi instruksi padanya.
"Gapapa. Lanjut aja makannya." Masih terlihat senyum di wajahnya.
Baru ia memakan satu potong martabaknya "Udah ah." ujar Olivia sambil menutup kembali box berisi martabak itu.
"Kenapa?" Raj heran, padahal ia terlihat lahap sekali saat makan.
"Pacar kamu lagi liatin kita kan? Nanti aku di katain rakus lagi. Mantan maksudnya." Ia ralat lagi kata-katanya.
"Ngga kok dia gak ada. Kemana ya, atau udah pulang mungkin?." Raj celingukan seolah memang sedang mencari keberadaan mantannya.
"Seriusan?"
"Iya. Kamu lanjut aja makannya."
"Coba cek Hp kamu. Ada notif dari dia gak!"
Raj kemudian merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Ia perlihatkan pada Olivia bahwa tidak ada notif sama sekali dari mantan pacarnya.
"Okay, mungkin belum. Tunggu saja dia pasti menghubungi mu lagi dan bilang menyesal lalu ngajak balikan." ujar Olivia optimis.
"Gak mau lah." Nathan dengan tegas bicara seperti itu.
"Kenapa?" Ia menautkan kedua alisnya. Bukannya tujuan dari ini adalah bikin dia cemburu untuk bisa kembali lagi padanya.
."Memangnya aku tempat sampah. Mungut lagi sisa-sisa orang lain. Njs, aku lakuin ini cuma mau balas dendam aja."
Wah aku di buat terkejut dengan kata kasar yang keluar dari mulut Raj. Padahal ia jarang sekali mengucapkan kata-kata kasar seperti itu. Tetapi ada bagusnya juga, berarti ia sudah move on dan gak bakal galau galau lagi.
"Kasar banget sih, bilang mantannya sampah."
Raj hanya diam mendengar keluh Olivia. Mungkin ia juga tidak sengaja berbicara sekasar itu.
"Kalau begitu maksud kamu, cewek yang punya mantan itu adalah sampah?" tanya Oliv sedikit kesal. Tersinggung seakan pada dirinya sendiri.
"Ngga. Maksud aku hanya dia yang sampah. Soalnya banyak pria tidur dengannya."
"Termasuk kamu?" selidik Oliv.
"Ngga lah, mana mungkin aku berbuat seperti itu." Dengan cepat Raj menjawab.
"Kok kamu bisa tau kalau dia orang yang seperti itu?" Ia terus memojokannya, mengintrogasi sudah seperti pacar aslinya saja.
"Tahu dari teman-teman ku, mereka sering melihatnya keluar masuk hotel dengan pria yang berbeda-beda." Anehnya Raj juga menjelaskan semua itu dengan menyeluruh, seolah tidak ingin membuat Olivia salah paham padanya.
"Oh..." Jawaban apa itu, tapi seharusnya Olivia percaya semua itu.
"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang? Pulang?." Namun rasanya Olivia enggan untuk pulang, ia masih ingin bermain. "Ayo naik komedi putar!" ajaknya kemudian menarik tangan Raj.
"Gak mau kayak anak kecil. Kamu aja, nanti aku melihat dari sini."
"Yah... Gak seru dong main sendiri." Oliv menarik-narik tangannya sedikit memohon. Namun Raj terlihat enggan. Memang sih di usianya yang sekarang mana ada yang naik komedi putar apalagi dia kan cowok.
"Ya udah, ayo." sepertinya dengan terpaksa Raj harus menuruti keinginan Olivia.
Ketika hendak membeli tiket, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Olivia dari belakang. Ia pun menoleh.
"Hai. Reyhan?!" ternyata itu adalah teman sekolahnya.
Reyhan sedikit membungkuk tanda memberi salam kepada Raj. Tentu saja ia pasti tau kalau Rajendra sudah seperti kakak kandung bagi Olivia. Ia kerap melihatnya setiap hari mengantar Oliv sekolah.
"Berdua saja Liv?" tanya Reyhan.
"Iya. Kamu?"
"Aku sendiri." jawabnya sembari tersenyum. Wajahnya terlihat lumayan tampan, meski tidak setampan Rajendra.
"Kasian jomblo. Kalau begitu mendingan tamani aku naik komedi putar!"
"Boleh... Kita bertiga?" tanya Reyhan sambil melirik ke arah Raj.
"Ngga, berdua saja sama aku."
Reyhan setuju dan mengiyakan ajakannya. Tentu saja ia merasa senang saat di ajak oleh Olivia. Ia adalah termasuk salah satu siswi populer di sekolahnya.
"Kamu selamat gak perlu maksain menemaniku bermain." Olivia mengedipkan sebelah matanya, setelah berbisik pada Raj.
Bermain dengan ceria menaiki komedi putar, tidak lupa Oliv selalu berfoto untuk mengabadikan momennya. Meski berfoto menggunakan ponsel Raj. Ya, karena ponsel miliknya habis daya dan mati.
Sesekali Oliv melirik ke arah Raj. Namun ia merasa sepertinya Raj terlihat sedang kesal. Benar, pasti ia merasa kesal karena sepertinya rencana untuk membalas rasa sakit pada mantannya telah gagal. Sebaliknya malah menemani bocil seperti ku untuk bermain. Ah... aku jadi merasa bersalah. Pikir Oliv.
Olivia tidak tahu saja kalau sebenarnya Rajendra kesal bukan soal itu, tetapi karena ia kesal melihat dirinya yang sedang bermain dan tertawa dengan lelaki lain.
"Ayo pulang." ajak ku pada Raj. Ku sudahi saja bermainnya meskipun sebenarnya masih asyik. Dan entah bagaimana dengan Reyhan, aku meninggalkannya begitu saja.
"Kok sebentar?" tanyanya. Padahal lain di hati, ia sungguh merasa senang Oliv berpisah dengan temannya itu.
Raj kemudian melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Masih sore kok, belum terlalu malam. Mungkin mau mencoba wahana lain?" Ujarnya.
Olivia terdiam sejenak memperhatikan Raj, apakah benar ia masih ingin mengajaknya untuk bermain?
Padahal ia pikir Raj sudah bosan menemaninya.
"Ayo ah kebanyakan mikir." Raj menarik tangan Olivia. "Kita ke sana!" ia menunjuk kearah wahana rumah hantu.
"Ok! Siapa takut." toh di dalam hantunya cuma bohongan.
Raj tergelak mendengar jawaban Oliv yang seolah pemberani. Mereka langsung membeli tiket masuk kedalam rumah hantu itu.
Argh... Gila, aku kira gak bakal seseram ini suasana rumahnya. Namanya juga kastil hantu, pasti di buat seseram mungkin. Suara khasnya kesunyian malam. Gonggongan anjing, jangkrik, dan suara burung hantu. Belum lagi di dalam sangat gelap, hanya sedikit cahaya seolah itu cahaya rembulan.
Sraak... Tiba-tiba saja sesuatu yang putih melintas di hadapan mereka.
Deg, membuat Oliv terkejut dan sontak memegang tangan Raj. Padahal ini baru saja di mulai.
"Kamu takut?" Raj menyeringai jahil.
"Ngga. Reflek aja tadi." jawabnya berkilah. Tetapi pegangan tangan ia justru malah semakin erat pada Raj.
"Kyaaaaaaaaa....." Oliv menjerit ketakutan. Karena tiba-tiba saja sosok putih berwajah menyeramkan muncul dari atas dan jatuh tepat di depan wajahnya.
Krak... Shhh... Brugh...
Ya ampun suara apa lagi itu. Ingin lari rasanya agar cepat keluar dari sini, tapi aku tidak tahu jalan. Ruangannya sangat rumit.
Brugh... Muncul lagi sosok hitam tanpa kepala, dan kepalanya sedang di jinjing. Aku tau ini hanya imitasi, tapi kenapa seseram ini. Oliv sudah ingin menangis saja rasanya.
"Mamah tolong aku..." Matanya berkaca-kaca karena terlalu kaget. Ia membenamkan wajah di dada bidang Raj.
Hingga beberapa saat, Oliv tetap membenamkan wajahnya di pelukan Raj.
"Sudah tidak ada, dia sudah pergi." ujar Raj sembari mengelus punggung Oliv. "Ngapain takut sih, itu kan bohongan. Manusia sama kayak kita." lanjutnya.
Enteng banget ngomongnya. Padahal jantung ku dari tadi terus berdebar karena kaget. Aku tidak ingin bicara apapun, hanya terus bersembunyi dalam dekapannya.
"Ayo jalan..." dengan susah payah Raj melangkahkan kakinya karena Olivia terus saja menempel padanya.
Gila, apakah ini bangunan emang seluas ini. Tidak seperti kelihatannya saat di luar tadi. Kenapa rasanya sudah berjalan begitu jauh tapi tidak kunjung menemukan pintu keluar.
"Oliv lihat itu. Dia bukan hantu tapi anak kecil yang imut!" Raj menepuk punggungnya pelan.
"Gak mau." Namun Oliv tetap terus membenamkan wajahnya.
"Aku gak bohong. Dia imut seperti cici-cici."
Karena penasaran, perlahan Olivia membalikan wajah untuk melihatnya. "Eh iya. Dia cantik loh, pakaiannya juga bagus." Anak kecil itu tengah mengenakan dress merah muda yang mengembang.
"Iya kan."
"Mungkin temanya hantu noni belanda cantik." ujarnya sambil mempertegas penglihatannya karena hanya ada sedikit cahaya disana.
Baru saja Oliv mengambil ponsel dari dalam tasnya, untuk memotret. Tiba-tiba saja keluar darah dari kedua mata anak itu.
"Kyaaaa....." Oliv kembali dibuat terkejut, dan sontak membalikan badan untuk bersembunyi di pelukan Rajen. Jantungnya bedebar kencang, dan nafasnya terengah-engah.
"Nggak apa-apa, tenang ya... Dia sudah pergi kok." Rajendra mencoba menenangkannya dan mengelus rambutnya dengan penuh kelembutan.
"Aku tidak ingin bergerak sama sekali, kaki ku lemas dan benar-benar takut."
Lalu Rajendra menggendongnya kemudian berjalan untuk keluar dari sana. Meski Oliv tetap saja bersembunyi di dada bidangnya.
Beberapa saat setelah ku pikir pikir rasanya dari tadi Raj sudah tidak bergerak dan berjalan lagi, seperti diam di tempat saja. Perlahan aku membalikan kepala untuk mengintip keadaan sekitar. Eh kok! Terang banget banyak cahaya.
"Sampai kapan Oliv, kamu akan seperti ini terus!?" Rajendra tergelak saat mendapati Olivia yang sedang mengintip keadaan.
Olivia membuka matanya lebar-lebar. Oh astaga ternyata mereka sudah berada di luar. Lalu Olivia buru-buru turun dari gendongannya. Ah, malu banget banyak orang yang melihat.
Ku lirik Raj ia sedang tersenyum puas. "Kamu sengaja kan!" Oliv memukulnya.
"Ouch... Nggak. Aku pikir kamu tidur tadi." Rajendra cekikikan merasa senang telah menjahilinya. Sebenarnya ia juga merasa senang karena bisa berlama-lama menggendong Olivia.
"Iya, iya maaf. Jangan cemberut gitu dong... Kamu kayak ikan buntal tau." Raj merasa gemas sambil mencubit kedua pipinya.
"Ayo kita beli ice cream, habis itu kita pulang." Ajaknya untuk menghibur gadis kecil itu, sembari ia menyentuh kepalanya dan mengacak-acak rambutnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!