" Bersabar lah duhai hati. suatu hari akan hadir tempat terbaik yang dapat menjadi pelabuhan pertama dan terakhir."
.................................
Hari sudah semakin larut malam saat aku mencoba mendekati bunda yang tengah bersantai di ruang tengah.
"Bunda! ucap ku seraya duduk di samping bunda ku dan mengelus punggung tangan bunda ku.
Dengan tatapan kosong dan mata berkaca - kaca tanpa menoleh ke arah Vivi bunda berkata, "Vivi, Bunda sudah tua. Sebentar lagi mungkin bunda mati. Tetapi mengapa kamu tak mau sedikit pun berusaha membahagiakan Bunda. Bunda menjodoh kan kamu tidak dengan sembarang lelaki Gilang itu penerus perusahaan," kata Bunda Sambil sesekali menyeka air mata dengan tangan nya yang jatuh membasahi pipi nya.
Hening sejenak.
"Hidup mu nanti akan bahagia bersama nya. Tapi kenapa kamu bersikap seperti gadis yang tidak berpendidikan. Bukan sekali ini saja kamu menolak di jodohkan. Sudah lima kali kamu melakukan hal yang sama di hadapan lelaki yang akan meminang mu. Kamu ini sebenar nya mau nya apa? kamu mau jadi perawan tua?" kata Bunda ku lagi.
Aku hanya terdiam menunduk dengan rasa bersalah saat bunda begitu semangat memarahi ku. "Tapi Bunda, bukan begitu maksud Vivi, Bunda."
Dengan menahan amarah bunda berkata,
"Lalu apa maksud kamu tadi sore? Bunda lebih baik mati saja."
Untuk kesekian kalinya, Vivi selalu saja berhasil membuat bunda nya semakin kesal dengan tingkah penolakan nya, ketika dijodohkan. Vivi pun mengangkat wajah nya lalu berkata, "Bunda, aku sudah punya calon sendiri."
Sontak bunda menoleh ke arah Vivi lalu berkata, "Calon? Siapa? Anak mana? Pekerjaan nya apa? Pekerjaan orang tua nya apa?"
Pertanyaan yang datang bertubi - tubi di hadap kan Vivi namun Bunda melupakan satu pertanyaan Agamanya apa?"
Vivi hanya terdiam, dan termenung karena Vivi sadar betul jika calon nya itu bukan dari kalangan orang berada. Calon nya hanyalah seorang mahasiswa sama seperti diri nya dan seorang pemuda yang berprofesi sebagai tukang jahit. Calon nya itu hanyalah seorang pemuda biasa dengan kekayaan iman dan taqwa yang tak ternilai harga nya.
Vivi pun tersadar dari lamunan nya saat Bunda berkata, "Sudahlah Vivi, Bunda sudah menyerah dengan sikap mu itu, sikap yang tidak bisa bunda mengerti. Besok sore, Bunda ingin bertemu dengan calon mu itu. Ajak dia kerumah," kata Bunda seraya berlalu pergi meninggalkan, Vivi yang masih sibuk dengan lamunan nya.
"Ya, Allah semoga engkau berikan ku petunjuk dan jalan- Mu agar Bunda mau menerima pinangan mas Yusuf," kata Vivi berdo,a dalam hati.
Vivi terduduk dengan perasaan senang bercampur khawatir. Sudah lama Dia menantikan ini saat - saat ini. Saat di mana dia berani mengutarakan isi hati nya kepada satu - satu nya orang tua yang dia miliki saat ini.
"Allah memang maha kuasa. Dia ciptakan pagi yang begitu indah dengan sinar mentari yang tak pernah habis."
Keesokan harinya.
Di rumah yang besar dan megah itu, Vivi berjalan keluar dari kamar nya menuruni satu persatu anak tangga, setelah sampai di bawah tapi tidak di temukan keberadaan sang bunda. Dia pun melangkah kan kaki nya keteras rumah ternyata orang yang di cari ada disana sedang menyiram bunga.
Dia pun berjalan mendekat kearah bundanya.
setelah dekat Vivi pun berkata, "Bunda."
💖💖💖
Bersambung ( maaf kalau kata - kata nya kurang pas )....
Jangan lupa like, vote, and comment nya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
RN
next
2021-02-11
0
Jenong
aku datang .
2020-11-14
1
🍫Bad Mood 🍰
semangaat kak
2020-10-29
1