Waktu terus berlalu, hari serta bulan juga ikut berganti. Lea tetap melalui semuanya tanpa rasa terbebani. Bekerja sekaligus berkeliling dunia lewat maskapai penerbangan tempatnya bekerja.
Setidaknya itulah yang menjadi pelipur lara bagi Lea. Menata sekaligus mengobati hatinya yang sedikit kecewa. Meski sesekali terpaksa harus bertemu dengan Panji. Karena pria itu, merupakan salah satu pilot GAI.
Memikirkan keputusan yang akan Lea ambil setelah mempertimbangkan keinginan Bagas dan Melissa.
Di sisi lain, Bagas dan Melissa kerap kali bertengkar karena sampai detik ini, Lea belum memberikan jawaban untuk menjadi sorrogate mother bagi wanita itu.
Tok ... tok ... tok ...
Suara ketukan pintu membuat Bagas memutar badan. Pandangan yang sejak tadi mengarah ke luar jendela kini tertuju ke arah Melissa.
“Mel, ada apa kamu kemari? Bukannya kamu lagi sibuk?”
“Memangnya kenapa jika aku kemari? Apa kamu takut jika aku memergokimu dengan perempuan itu!” balas Melissa kesal sekaligus merasa cemburu membayangkan jika Bagas sedang bersama Lea.
Bagas menghela nafas panjang, karena Lea tak pernah menginjakkan kakinya ke kantor itu. Entah karena tak ingin mengganggu sang suami ataukah menghindari Melissa.
“Lea nggak punya waktu ke kantor ini. Karena waktunya lebih banyak habis di udara daripada di darat,” tutur Bagas.
‘Bahkan meminta hakku saja begitu sulit karena dia sering menolak. Belum lagi dianya yang memang jarang berada di rumah,’ keluh Bagas dalam batin.
Terhitung sejak menikahi Lea, baru dua kali ia berhasil menyentuh sang istri. Itupun karena Bagas nekad dan memaksa.
“Baguslah kalau begitu!” sahut Melissa sinis. “Sudah enam bulan berlalu, sampai detik ini dia belum memberikan jawaban yang pasti untuk menuruti keinginan kita. Percuma kamu menikahi dia, ujung-ujungnya zonk. Ceraikan saja dia jika memang dia nggak mau menampung benih kita!”
Bagas tak menjawab melainkan memilih bungkam. Jauh dalam sudut hatinya, tak terbersit sedikit pun ingin menceraikan Lea.
Justru ia takut kehilangan istri mudanya itu. Ada yang sulit ia artikan dengan perasaannya ketika bersama dengan Lea.
‘Kenapa akhir-akhir ini ponselnya susah banget dihubungi? Nggak biasanya Lea seperti ini,’ batin Bagas sembari mengusap dada.
“Sayang, yuk kita makan siang bersama,” ajak Melissa sekaligus membuyarkan lamunan sang suami.
Bagas melirik arloji dipergelangan tangan. “Maaf Mel, aku nggak bisa soalnya sebentar lagi aku harus ke lokasi proyek.”
“Padahal aku sudah janjian sama mama papa,” balas Melissa merasa kecewa.
“Maaf.” Hanya itu jawaban dari Bagas.
Sepeninggal Melissa, Bagas merogoh saku celana mengeluarkan ponsel. Keningnya berkerut tipis sembari menatap layar benda pipih itu.
“Kok, ponselnya masih nggak aktif? Sebaiknya aku ke rumahnya saja. Lagian sudah dua minggu aku nggak ke sana. Pasti dia sudah pulang.” Bagas mengusap dada karena merasa cemas.
.
.
.
Setibanya di kediaman Lea, Bagas mengatur nafas seraya mengusap dada. Setiap kali akan bertemu istri mudanya itu, jantungnya selalu berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Setelah menekan password pintu, alisnya seketika bertaut begitu masuk ke dalam rumah. Ia mendapati mama Yola sedang memegang nampan dan akan menapaki anak tangga menuju lantai dua.
“Mama Yola,” tegur Bagas dengan seulas senyum seraya menghampiri wanita paruh baya itu.
Kehadiran Bagas yang terkesan tiba-tiba, tentu saja membuat mama Yola terkejut.
“Nak Bagas,” sahut mama Yola.
“Apa tehnya untuk Lea, Mah? Sini, biar aku saja yang membawakannya.”
Bagas mengambil nampan itu lalu melanjutkan langkah menuju kamar sang istri.
Sesaat setelah masuk ke kamar, Bagas langsung mematung memandangi Lea yang sedang tertidur dengan tubuh yang ditutupi oleh selimut tebal.
Bagas sudah bisa menebak jika Lea sedang sakit. Karena wajahnya terlihat pucat serta bibir yang terlihat kering.
“Lea,” ucap Bagas lirih disertai dada yang ikut terasa sesak.
Bagas menghampiri Lea. Meletakkan nampan ke atas meja nakas kemudian duduk disisi ranjang.
Sepasang mata pria itu seketika berkaca-kaca diselimuti dengan perasaan bersalah.
“Lea,” panggil Bagas. Melepas hijab yang masih menutupi rambut sang istri. Membelai lembut wajah pucat Lea kemudian mendaratkan kecupan yang lama dikening.
“Lea.” Bagas kembali memanggil nama Lea.
“Mas Bagas,” ucap Lea nyaris tak terdengar, karena merasa namanya berulang kali disebut. Namun, tetap dengan mata terpejam.
“Nak Bagas,” tegur mama Yola sembari membawa secangkir kopi.
Bagas menegakkan badan lalu berbalik menatap mama Yola, “Mama Yola, kenapa Mama nggak bilang-bilang jika Lea sedang sakit? Sudah berapa hari dia seperti ini?”
“Sudah hampir seminggu, Nak. Sebenarnya Nak Lea yang meminta mama supaya nggak memberitahu mu. Nak Lea nggak mau pekerjaanmu sampai terganggu jika tahu dia sedang sakit,” jelas mama Yola sekaligus merasa bersalah.
Bagas menghela nafas kasar sambil geleng-geleng kepala. Ia kembali memandangi Lea yang masih memejamkan mata.
Bagas beranjak dari ranjang lalu mengusap wajah dengan kasar. “Mah, lain kali jika ada apa-apa jangan sungkan untuk menghubungiku. Apalagi jika menyangkut dengan Lea. Dia istriku dan aku yang bertanggung jawab penuh atas dirinya. Bagaimana jika sampai Lea kenapa-napa!”
“Maafkan mama, Nak Bagas.”
“Mah, lain kali jangan seperti ini lagi. Aku juga bagian dari keluarga ini,” tutur Bagas.
Mama Yola mengusap lengan Bagas lalu tersenyum. Setelah itu, ia berpamitan.
Sepeninggal mama Yola, Bagas kembali duduk di sisi ranjang. Memandangi wajah pucat Lea dengan perasaan iba.
“Mah ... mama Yola,” panggil Lea dengan suara lirih masih dengan mata terpejam.
“Lea.” Bagas menggenggam jemari sang istri seraya menyentuh wajahnya. “Lea, apa kamu membutuhkan sesuatu?”
Merasa tak asing dengan suara itu, Lea perlahan membuka mata. Sejenak ia bergeming sembari menatap lekat wajah Bagas.
“Mas.”
Bagas mengulas senyum sembari membantu Lea merubah posisi menjadi duduk. Menyugar rambut gadis itu supaya rapi lalu memberikan cangkir berisi teh.
“Ini, minumlah selagi hangat.”
“Makasih, Mas.” Lea mengambil cangkir kemudian meneguk teh hangat itu sedikit demi sedikit.
Hening sejenak ....
Setelah meneguk teh, Lea meletakkan cangkir teh ke tempat semula kemudian menyandarkan kepala di sandaran ranjang. Menatap lekat wajah sang suami yang tampak mengkhawatirkan dirinya.
“Mas, kenapa kamu ada di sini? Bukankah di jam segini kamu masih berada di kantor?”
Bagas tersenyum tipis. “Sejak ponselmu nggak bisa dihubungi, perasaanku nggak enak. Bahkan aku nggak bisa fokus bekerja, makanya aku ke sini. Lagian sudah dua Minggu kita nggak bertemu.”
“Maafkan aku, Mas,” bisik Lea.
“Apa kamu tahu, betapa cemasnya diriku memikirkan dirimu? Setiap kali kamu ikut dalam penerbangan, aku nggak bisa tenang,” aku Bagas.
Tak ada jawaban dari Lea, gadis itu menghela nafas. Memejamkan mata sejenak karena masih merasakan pusing.
Sedetik kemudian, ia kembali membuka mata sambil memandangi wajah Bagas.
“Ada apa, kenapa menatapku seperti itu?” tanya Bagas sedikit salah tingkah. Tatapan sang istri muda selalu sukses membuat dadanya berdetak tak karuan.
“Mas, aku sudah siap menjadi sorrogate mother. Maaf, jika aku terlalu lama membuat kalian menunggu. Minggu lalu aku ingin ke rumah kalian untuk mengatakan langsung. Tapi, tiba-tiba saja aku nggak enak badan,” jelas Lea.
Penuturan Lea barusan membuat Bagas terkejut. Sejujurnya ia sudah tak tertarik ingin menjadikan Lea sebagai sorrogate mother.
‘Jika kamu bisa mengandung benih hasil dari hubungan kita, kenapa harus menjadi sorrogate mother untuk Melissa,’ batin Bagas sambil memikirkan sesuatu.
“Mas, aku berjanji akan menjaga benih titipan kalian di rahimku nanti. Setelah melahirkan mungkin pernikahan kita juga akan berakhir.”
Ungkapan Lea barusan seketika mengusik hati juga pikiran Bagas. Alisnya berkerut tipis memandangi Lea yang kini memejamkan mata.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Masfaah Emah
ya Allah nyesek banget sih ceritanya 😭😭😭 kasian Lea yg d manfaat kan oleh Bagas, d kira dia menolong Lea dgn ikhlas,ga taunya mau meminjam kan rahimnya Lea
2024-05-26
0
YuWie
masih penasaran dimn panji..laki2 yg memulai penderitaan lea
2024-04-27
0
Bu Kus
yang sabar lea
2024-04-14
0