Suasana hening menghiasi dalam mobil. Sesekali Riko melirik ke samping melihat keadaan Larissa yang sedikit demi sedikit tenang tak menangis lagi. Pria tersebut pun bertanya kemana tujuan gadis itu, dengan pelan Larissa menjawab ingin pergi ke kantor polisi untuk bertemu sang Ibu.
Sesampainya di sana, Larissa mengucapkan terimakasih pada Riko. Dia sedikit tersenyum namun pria itu malah mengabaikan dan buru-buru menjalankan mobilnya. Kedatangan Larissa ditolak oleh Ibunya, wanita tua itu tidak mau bertemu sang anak. Entah apa alasan Linda menghindari Larissa padahal putrinya tersebut begitu khawatir dengan keadaannya didalam penjara.
Sungguh sakit ketika Ibunya mengusir, dia hanya ingin mengeluarkan keluh kesahnya bagaimana hidup seorang diri tanpa adanya kerabat. Larissa benar-benar merasa putus asa, dia tidak sanggup menjalani kehidupannya yang sekarang. Hanya sang Ibu lah yang dia miliki, harta satu-satunya paling Larissa sayangi dan cintai. Namun mengapa Linda tidak mau menemuinya.
Larissa menghela napas berat, dia duduk dipinggir jalan. Terdiam sambil melihat betapa bahagianya keluarga orang lain yang memiliki orang tua lengkap. “Aku lelah, mungkin sebaiknya aku menghilang dari dunia untuk selamanya....” Larissa bergumam, lalu bangkit dari duduk dan berjalan ke depan tanpa melihat sekitarnya. Ketika sudah berada ditengah-tengah gadis itu hampir saja ditabrak sebuah mobil namun untungnya seseorang datang menyelamatkan.
“Jangan gila!”
“Bukan urusan kamu, aku lelah. Tak ada satu orang pun yang berada di sisiku, jadi untuk apa aku masih ada di sini, menjalani kehidupan yang pahit. Bahkan Ibu aku sendiri sudah tidak mau melihat wajah anaknya.”
Orang yang menyelamatkan langsung memeluk Larissa. Gadis itu menangis sejadi-jadinya, dia menenggelamkan kepalanya pada si pria. “Apa aku ini anak pembawa sial?” ujarnya mendongak menatap Pram yang tepat berada didepannya.
Pram menyimpan jari telunjuknya ke bibir Larissa, lalu kembali memeluk gadis itu dan tak lama dia membawanya pergi pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan Larissa terus terdiam, melihat ke jendela dengan tatapan sayu. Dia berpikir mengapa harus datang lagi ke rumah itu. Pram begitu baik padahal mereka tidak saling mengenal.
“Tuan, didalam sudah ada nona Bella menunggu. Dia khawatir karena tuan muda meninggalkan acara pesta tadi,” ujar Bona sang asisten.
“Tolong bawa Larissa ke kamarnya. Berikan dia pakaian baru dan makanan.”
“Ah nggak perlu Om. Lebih baik saya pergi saja, saya tidak mau merepotkan anda terlalu jauh. Terimakasih atas semua bantuan yang telah anda berikan, permisi....”
Larissa membalikkan badan bersiap melangkah. Tapi tangannya dicekal, Pram tak mengizinkan gadis itu pergi karena hari akan berganti malam. Tanpa berkata dua kali, Pram menatap Bona tajam dan pria tua tersebut langsung menjalankan perintahnya.
“Nona mari ikut saya,” ucapnya.
Dari balik jendela Bella tengah mengintip tiga orang yang berada diluar itu. Dia mengepalkan tangannya saat melihat sikap Pram yang sangat perhatian pada Larissa, Bella berpikir apa kelebihan gadis muda itu sampai mampu membuat Pram berpaling darinya. Jika dibandingkan dengan dirinya, dia jauh lebih cantik bahkan segala-galanya daripada Larissa yang keliatan biasa saja.
“Ada apa? Jika tidak ada keperluan lebih baik kamu pergi dari sini, aku mau istirahat!” ucap Pram yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.
“Kamu nggak sakit kan Pram? Apa perlu Bona menelpon dokter?” Bella mendekat dan menyentuh kening lelaki didepannya.
Pram menepis tangan mantannya, dia berbalik mengabaikan Bella. “Aku peringatkan, jangan muncul lagi di hadapanku. Jalani kehidupan masing-masing.” Bella tercengang mendengarnya.
Rara tersenyum miring mendengar perdebatan tuannya dengan sang mantan. Baginya Bella dan Larissa sama-sama tidak pantas untuk Pram karena dua wanita itu sungguh tak punya malu, yang satu wanita penggoda dan satunya wanita tidak tahu diri, sudah meninggalkan lama namun ingin kembali lagi. Selama ini dirinya sudah menyimpan rasa pada tuannya sejak pertama kali bekerja.
...----------------...
“Belanjalah sebanyak mungkin, tapi ingat! Malam ini aku mau melakukannya.”
“Apapun akan aku lakukan untuk kamu, hanya satu yang aku minta, jangan pernah berpaling ke wanita lain, Hans....”
Hans tersenyum, dia mengelus lembut rambut kekasihnya. Malam ini bukan Flora yang tidur bersamanya akan tetapi orang lain. Hans tidak cukup satu wanita, pria kaya seperti dia bisa melakukan apapun yang dirinya inginkan termasuk bermain dengan banyak wanita. Flora tidak tahu jika kekasihnya tersebut buaya, setiap kali Hans kepergok jalan bersama yang lain gadis itu akan selalu percaya akan perkataan sang pacar.
“Wanita murahan, asal ada uang semua keinginan tercapai. Kamu menang hebat Hans, wanita tua, muda bahkan gadis 18 tahun pun kamu bisa dapatkan," gumamnya.
Mereka pergi berdua menuju hotel. Hans sangat dikenali oleh para pekerja di sana, bahkan beberapa dari mereka hanya menggelengkan kepala saat melihat tamunya datang dengan wanita yang berbeda-beda setiap hari. Sedangkan Flora, dia terus marah-marah didepan Sania sebab pesan juga telponnya tak diangkat oleh Hans. Sungguh malang gadis itu mendapatkan kekasih yang tidak cukup dengan satu wanita.
“Udahlah Flo, mungkin aja pacar kamu itu beneran sibuk. Nanti juga bakal ngasih kabar,” ujar Sania menenangkan. Flora menurut, dia berhenti menelpon kekasihnya. Lalu beberapa kemudian, telpon gadis itu berdering. Nama Hans yang tertera, seketika Flora tersenyum bahagia.
Setelahnya dia pergi, pamit pada Sania jika Hans akan segera datang menjemput. “Kamu hati-hati Flo, ingat kalo pacaran jangan terlalu berlebihan, itu nggak baik!”
“Iya-iya bawel, dasar jomblo. Dah Sania maaf ya aku harus pergi.”
Flora menyunggingkan bibirnya setelah agak jauh dari sang teman. “Halah! Pura-pura peduli padahal mah iri. Lagipula aku akan memberikan segalanya untuk Hans. Dan aku tidak akan melepaskan pria itu, hanya dia yang bisa memberikan apa yang aku mau.”
Di luar, Flora berdiri sambil memainkan ponselnya menunggu kedatang sang kekasih. Lalu suara klakson terdengar dan gadis itu segera menghampiri. Pria yang berada didalam melihat Flora dari atas sampai bawah, dia tersenyum nakal saat pacar bocahnya itu berpenampilan cukup seksi.
Lagi dan lagi Sania tak bisa melihat wajah kekasih Flora. Bukan iri atau apa, dia hanya khawatir saja jika temannya tersebut berpacaran dengan orang yang kurang baik. Walau Flora sering menyinggungnya, tapi Sania tak pernah marah. “Astaga Larissa! Bagaimana keadaan dia sekarang? Pasti sedang kesulitan, ponselnya nggak aktif, semoga kamu baik-baik aja ya La!” Sania teringat dengan satu temannya.
“Besok sepertinya aku harus cari dia,” pikir Sania yang benar-benar cemas akan keadaan Larissa.
Dikediaman Wardhana, acara malam yang akan diadakan di sana tiba-tiba batal. Maya yang tahu putranya membawa pulang gadis itu lagi tak bisa menahan emosinya. Bona ternyata telah memberikan informasi tersebut, dia diminta oleh nyonya besar untuk mengawasi putranya.
“Gadis jalang! Bisa-bisanya dia kembali lagi ke rumah Pram.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut 👍
2024-03-09
0
Agna
kenapa ya orang² suka mengatakan wanita jalang ato gadis jalang pada wanita yg dicintai oleh laki² yg mereka sukai? mudah sekali mereka mengucapkan kata kotor itu
2024-03-03
0
firal firal
kasihan flora
dasar cewek matre
2024-03-03
0