My Secret Lover

My Secret Lover

Chap 1

Larissa terdiam di kursi taman, dia tak tahu harus pergi kemana lagi untuk tidur. Satu-satunya tempat yang dirinya miliki sudah diambil oleh sang Bibi. Ingin mengunjungi Ibunya namun sudah larut malam. Tidak menyangka, sosok Ibu yang sangat penyayang itu telah membunuh seseorang dan orang tersebut merupakan suaminya sendiri.

Selain tak memiliki tempat tinggal, Larissa juga tidak mempunyai uang sepeser pun. Malam ini dia memutuskan untuk tidur di taman. Ketika akan memejamkan mata, sebuah tangan tiba-tiba saja menariknya membuat Larissa terkejut. Seorang pria berdiri dengan mata terpejam, dia juga meracau. Dapat dilihat jika pria tersebut tengah sedang keadaan mabuk berat.

Sebuah mobil berhenti didekat mereka. Keluarlah sosok pria tua lalu menyapanya. Dia ternyata ingin menjemput tuannya. Larissa langsung melepaskan rangkulannya dan memberikan si pria pada orang tersebut. Namun sayang, pria itu tak mau melepaskan tangan Larissa. Dengan terpaksa si Pak Tua mengajaknya ikut ke rumah. Didalam mobil, Pak Tua berkata bahwa tuannya itu baru saja pulang dari luar negeri, dia mengirim pesan bahwa akan pulang setelah bertemu seseorang.

Beberapa saat kemudian mereka sampai disebuah rumah yang sangat megah. Larissa terdiam saat melihatnya, dia bingung harus ikut turun dan masuk kedalam atau pergi meninggalkan dua orang yang tak dia kenal itu. Pak Tua memanggilnya serta meminta untuk masuk. Dengan ragu Larissa pun menurut, lagipula dirinya tidak memiliki tempat tinggal.

“Daripada aku tidur di taman mending di sini aja walau cuman semalaman doang,” pikirnya sejenak.

Lagi dan lagi dia dibuat tercengang oleh pemandangan didalam rumah. Begitu luas juga mewah, Larissa sungguh takjub dengan semuanya. Salah satu asisten bernama Rara menuntunnya ke kamar.

Pukul 01.00, Larissa merasa haus. Dia bingung letak dapurnya, ingin bertanya tapi tidak ada satupun asisten yang keluar. Wajar karena hari sudah sangat larut dan mereka semua pergi beristirahat.

Tak bisa menahan rasa dahaganya, dia pun berinisiatif mencari dapur sendiri. Dan akhirnya gadis itu menemukannya. Larissa menghela napas lega setelah meminum beberapa gelas air. Saat akan kembali, Pak Tua yang berdiri dibelakang membuatnya terkejut. Larissa canggung dan meminta maaf, dia menjelaskan bahwa dirinya sangat haus. Pak Tua sedikit tersenyum, lalu mengangguk menyuruh Larissa kembali ke kamar.

“Kenapa wajahnya kayak nggak suka gitu ya? Apa aku harus pergi dari rumah ini? Tapi....” pikirnya.

Larissa memutuskan pergi esok hari. Dia takut jika harus pergi malam ini juga. Seorang gadis berkeliaran dimalam hari, pasti sesuatu akan terjadi dan itu tidak baik untuknya. Keesokan paginya, dia bangun terlambat. Jam telah menunjukkan pukul 08.30. Semua orang sudah terbangun, bahkan pemilik rumah telah pergi ke bekerja. Hanya ada para asisten rumah tangga saja yang sibuk merapikan rumah.

Larissa tersenyum canggung ketika ditatap oleh semuanya. “Sungguh memalukan! Tamu bangunnya lebih siang dari tuan rumah," sindir Rara sambil menatap tak suka. Sedangkan yang lain hanya diam dan melanjutkan pekerjaannya. Larissa meminta maaf, dia berpamitan pergi. Usai keluar gerbang, dia membalikkan badan menatap rumah besar itu.

Suara klakson mobil membuatnya kaget, Pak Tua baru saja pulang mengantarkan tuannya. Melihat Larissa yang berada diluar dia pun bertanya. “Sudah mau pulang?”

“Iya Pak, terimakasih telah mengizinkan saya menumpang. ”

“Baiklah, mau saya antar pulang ke rumah?”

Larissa dengan cepat menggeleng, dia menolak tawaran itu karena dirinya sendiri hari ini tidak tahu harus pergi kemana. Setelah berbasa-basi, Pak Tua pun mengizinkannya pulang. Larissa berjalan tanpa arah, perutnya merasakan lapar, sejak kemarin dia belum memakan apapun selain meminum air dirumah pria mabuk itu. Untung saja Pak Tua tahu dengan keadaannya, dia memberikan beberapa lembar uang berwarna biru pada Larissa.

Segera dia pergi ke salah satu warung makan. Begitu lahapnya gadis itu menyantap makanan yang telah dipesan. Suara tak asing terdengar oleh telinganya, dia menoleh ke belakang ternyata ada Sania dan Flora teman sekolah. Larissa menunduk malu, dia tak tahu harus berkata apa pada dua temannya itu.

“Kamu ini kemana aja sih La, kemarin aku ke rumah kamu tapi nggak ada. Kata Tante Rosa kamu pergi entah kemana, dia bahkan sampai bingung nyariin kamu.” Sania cukup panik dan terlihat lega setelah bertemu sahabatnya. Berbeda dengan sikap Flora yang terlihat kesal juga tak suka.

“Aku udah nggak tinggal sama Bibi Rosa lagi, San.”

“Kenapa? Ada masalah? Oh iya Tante Linda gimana keadaannya, kamu udah jenguk dia belum?”

“Nggak papa kok, aku cuman nggak mau bikin Bibi Rosa repot. Oh iya, gimana sekolah kalian hari ini? Maaf ya San, Flo, aku untuk beberapa hari ini nggak masuk sekolah dulu. Tolong sampaikan pada guru.”

Larissa segera berdiri dari tempat duduknya. Bersiap meninggalkan warung padahal makanannya masih banyak. Dia sedari tadi memperhatikan sikap Flora yang sepertinya tidak nyaman. Setelah membayar Larissa bergegas pergi, dia hanya tersenyum pada Sania saja.

“Kamu itu ngapain sih masih mau berteman sama Larissa?” tanya Flora.

“Dia itu teman masa kecil aku. Udah lama kita bersahabat emangnya kenapa? Kamu nggak suka? Bukannya selama ini kita baik-baik aja ya?”

“Larissa udah bukan Larissa yang dulu lagi, dia berubah.”

“Udahlah kasian Larissa, lagipula bukan dia yang berubah tapi kamu. Semenjak Kak Gavin nembak Larissa kamu mulai menjauhinya. Padahal dia udah nolak Kak Gavin.” Flora berdengus kesal, dia sudah tak merasa lapar lagi. Sania hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya itu.

Matahari sudah mulai terbenam, Larissa masih saja luntang-lantung tak tahu tujuan. Dia berjongkok dipinggir jalan, menarik napasnya lalu merogoh saku baju memeriksa sisa berapa uang yang dirinya miliki. Hanya ada dua lembar uang yang tersisa, dia bingung harus buat apa uang tersebut. Seratus ribu hanya cukup untuk dirinya makan.

Merasa prustasi gadis itu memilih tidur di taman lagi. Sesampainya di sana, tak sengaja Larissa melihat pertengkaran sepasang kekasih. Ingin pergi namun suara seorang pria menghentikannya. Larissa membalikkan badan dan menelan ludah setelah melihat siapa pria yang menghentikan langkahnya.

“D—dia, dia kan pria kemarin?”

“Saya?” tanya Larissa sambil menunjuk dirinya sendiri. Si Pria berjalan mendekat, tanpa aba-aba dia langsung merangkul Larissa dan memperkenalkan pada seorang wanita tadi bahwa gadis yang dirangkulnya itu adalah kekasih baru.

“Haha, gila kamu Pram! Mana mungkin kamu pacaran sama bocah.”

“Memangnya kenapa? Nggak ada yang salah juga, kita saling mencintai dan bahkan pernah tidur bersama. ”

“Ingat Bel, kita sudah berakhir lama. Kamu sendiri yang meninggalkan aku," lanjutnya dengan wajah dingin.

Terpopuler

Comments

Sofi Sofiah

Sofi Sofiah

saya juga ikutan

2024-04-26

0

tehNci

tehNci

Mampir nih Kak....kayaknya bakalan mampir lama deh...🤭

2024-04-21

0

suka menulis

suka menulis

hadir nih kak/Smile/

2024-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!