Chap 4

“Tuan muda, nyonya bilang besok ada makan malam keluarga. Dia meminta tuan untuk hadir sekaligus ingin membicarakan sesuatu yang penting,” ungkap Bona. Tuannya hanya mengangguk tak menjawab.

Didalam kamar Larissa termenung dengan ucapan Pram. “Menjadi kekasih kontrak? Aku tidak berani berurusan dengan keluarga besar ini, sepertinya aku harus kabur dan mengurus masalahku seorang diri tanpa bantuan orang lain.”

Kepalanya merasa pusing memikirkan semua masalah yang terjadi kepadanya. Diam-diam Larissa membuka jendela kamar guna melarikan diri. Dia sungguh tidak bisa berlama-lama berada dilingkungan keluarga Wardhana. Rara, Maya, Bella dan juga Bona terlihat tak menyukainya, tapi dua diantara mereka masih bersikap baik jika dihadapan Pram. Larissa bersiap-siap menalikan selimut dengan gorden agar dirinya bisa turun.

“Ngapain kamu!” seru seseorang dari bawah. Gadis itu melihat ke bawahnya, ada Riko yang baru saja pulang. Pria tersebut tak sengaja melihat Larissa yang berusaha turun dari kamar.

Riko dengan sigap menangkap Larissa yang jatuh. Mata keduanya saling beradu, lalu suara berat terdengar oleh mereka. Dilihatnya ternyata Pram, pria itu sedang berdiri didekat pintu depan menatap sang kakak juga Larissa. Riko menjatuhkan gadis yang ditangkapnya ke tanah. “Urus tamu kamu! Jangan biarkan dia berkeliaran sembarangan. Jika perlu suruh pergi dari rumah ini.”

“Dia akan tinggal di sini! Kamu tidak perlu ikut campur, ini rumahku!” jawab Pram. Ketika dua adik kakak itu tengah berbicara, diam-diam Larissa bangkit dan berjalan pelan untuk kabur. Namun, tiba-tiba bajunya ditarik oleh seseorang dari belakang.

“Masuk!” Larissa mematung ditempat. Dia enggan mengikuti perintah Pram untuk kembali masuk kedalam rumah. Entah mengapa Larissa merasa jika dirinya seperti ditahan oleh Pria dewasa tersebut. Baginya tidak apa tinggal luntang-lantung di jalanan daripada harus ditahan seperti ini dikediaman Wardhana. Entah apa maksud Pram tak melepaskannya, Larissa berharap dia tidak terlalu jauh berurusan dengan keluarga tersebut.

“Pergi tidur, besok akan ada acara. Kamu ikut aku,” seru Pram dan berlalu pergi.

“Iyaaa...” jawabnya sambil menghela napas. Niat kaburnya itu diketahui oleh Rara di asisten.

“Apa istimewanya gadis itu? Sampai tuan Pram tak mau melepaskannya. Aku harus melakukan sesuatu agar dia pergi dari rumah ini.”

“Ehem! Ngapain kamu Ra?” tanya Mitha. Rara terkejut karena temannya itu datang tiba-tiba mengejutkannya.

“Ini mau ambil minum sama ke toilet. Kamu sendiri ngapain Mit, sama juga kah kayak aku?”

“Iya, ya udah aku balik duluan ke kamar. Ingat! Besok kita jangan sampai bangun telat, karena acara akan dilakukan dirumah nyonya besar dan rumah ini.” Mitha sengaja berkata demikian karena dia tidak ingin Bona atau tuan muda melihat para asistennya masih berkeliaran di tengah malam. Rara mengangguk, setelah perginya Mitha. Wanita itu berdengus kesal. Akhir-akhir ini mereka berdua terlihat sedikit tak akur entah ada masalah apa.

Suasana pagi yang begitu dingin membuat semua orang malas bangun dari ranjangnya. Namun, karena harus bekerja semua para asisten bergegas melakukan pekerjaannya masing-masing, termasuk Larissa. Gadis itu merasa tidak enak hati kepada tuan rumah. Sudah menumpang tapi tidak melakukan apa-apa sebagai tanda terimakasih.

“Nona Larissa, sebaiknya anda kembali ke kamar. Kami tidak mau jika tuan muda kedua tahu bahwa anda ikut membantu pekerjaan kami,” ujar Mitha ramah. Sedangkan Rara menatap tak suka pada mereka berdua.

“Ah, nggak papa kok.”

“Udahlah Mit, kalo dia mau bantu ya nggak papa. Toh dia juga numpang di sini bukan bagian dari keluarga tuan. Harusnya sadar diri, jangan mau enaknya aja emangnya siapa dia,” seru Rara dengan ketus.

Larissa menunduk, perkataan Rara memang benar. Dia bukan siapa-siapa di rumah ini hanya orang asing yang kebetulan dibawa oleh si pemilik rumah. Mitha menegur rekannya agar bersikap sopan pada tamu Pram, tapi wanita itu enggan melakukannya. Namun, saat sang tuan datang sikap Rara seketika berubah. Dia mendekat ke Larissa mengambil kain lap yang dipegangnya sambil berkata lembut.

“Larissa, eh nona Larissa. Biarkan saya saja yang melakukan ini, anda tidak perlu repot-repot membantu. Tuan muda kedua sudah menunggu anda di sana, sebaiknya segera hampiri.”

Pram dengan wajah dinginnya menarik lengan Larissa. Lalu memanggil Bona untuk menyiapkan mobil. Mitha juga diminta membantu Larissa berias. Dua orang tersebut yang mendapat perintah segera bergegas melakukan tugasnya. Riko baru saja keluar kamar, dia memutarkan bola matanya saat berpapasan dengan Larissa.

Di tempat lain, tepatnya kediaman Maya. Sudah ada banyak tamu yang berdatangan termasuk keluarga Bella. Mantan pacar putranya itu sangat disambut baik olehnya. Selagi menunggu kedatangan Pram dan Riko, mereka berbincang-bincang bersama. Membahas perusahaan juga hubungan anaknya masing-masing. Kedua orang tua Bella begitu senang saat Maya meyakinkan mereka jika putrinya akan menjadi menantu Wardhana.

Suara bisikan dari beberapa tamu yang cukup keras terdengar oleh mereka. Kedatangan Pram didampingi oleh seorang wanita cantik membuat semuanya bergaduh mempertanyakan siapa sosok wanita tersebut. Maya yang mengetahui putranya membawa gadis itu langsung menariknya pergi.

“Apa-apaan ini! Siapa yang nyuruh kamu bawa gadis itu? Ini adalah acara besar dari keluarga kaya, dia tak seharusnya berada di sini.”

“Sudah aku bilang jika Larissa adalah wanitaku.”

“PRAM! Ada keluarga Bella di sini.”

“Terus? Mereka Mama yang undang, ini adalah acara perusahaan, memangnya keluarga Wilson ikut kerja sama dengan perusahaan Wardhana?”

“Mama sengaja mengundangnya karena ingin memberitahukan ke semua orang bahwa keluarga kita dengan keluarga Bella akan bersatu. Kamu dengannya akan segera bertunangan!”

Pram masih berbicara bersama Mamanya. Dia meninggalkan Larissa begitu saja. Bella yang melihat kesendirian gadis kecil itu langsung menghampiri. Penampilannya begitu cantik juga anggun, pantas saja jika Maya sangat mendukung wanita itu berhubungan dengan putranya.

“Jangan harap kamu bisa menjadi bagian dari keluarga Wardhana. Hanya karena kamu sudah tidur dengan Pram. Dia melakukan itu karena ingin membuatku cemburu, kami berdua sebenarnya masih saling mencintai.” Larissa terdiam, kenyataannya dia belum pernah tidur bersama Pram.

Bella melototkan matanya sebab Larissa tak berkata apapun. Dia sengaja menumpahkan minuman yang dipegangnya ke bajunya sendiri lalu berbicara keras menuduh Larissa yang melakukan hal tersebut. Orang-orang seketika menatapnya tak suka, lalu Maya dan keluarga Bella datang melihat.

“Apa yang kamu lakukan pada Bella hah?Wanita jalang!” seru Maya marah.

“Bukan saya Tante yang menumpahkan minumannya, tapi Bella sendiri.”

“Mana mungkin seseorang mengotori pakaiannya sendiri apalagi dia tamu di sini.”

Larissa menangis saat ditampar oleh Mamanya Pram. Gadis itu pergi meninggalkan acara, sedangkan Pram sendiri tak bisa mengikutinya karena kedatangan sang Papa. Riko yang dalam perjalanan menuju rumah Mamanya tak sengaja melihat Larissa berlari sambil menangis. Dia menghentikan mobil meminta gadis tersebut masuk kedalam. Entah mengapa perasaannya menjadi tak tega melihat Larissa seperti itu padahal dirinya sangat benci.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

sombong banget ya

2024-03-08

0

firal firal

firal firal

kebiasaan orang kaya selalu mengandalkan kekayaannya untuk mencapai sesuatu yang di inginkannya

2024-03-03

0

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Awas lho riko ikut2an jatuh cinta sama larissa...jgn gituh thor .....ini blm ada ttik terang utk larissa...aku mewek lagiiih....

2024-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!