“Tidur bersama....” Larissa melototkan matanya. Dia terkejut mendengar kata tersebut. Bella yang tidak terima langsung menampar pipi Larissa keras. Gadis itu meringis dan Pram segera membawanya pergi.
Didalam mobil mereka berdua hanya terdiam. Larissa terlihat ketakutan melihat raut wajah Pram yang begitu dingin serta kaku. Belum sempat keluar untuk melarikan diri, pria tersebut malah menyalakan mobilnya membawa Larissa pergi entah kemana. “Om, mau bawa kemana saya?” tanyanya ketakutan.
Pram menoleh lalu fokus kembali ke depan. Dia tidak menjawab pertanyaan gadis muda disampingnya. Malam pun tiba, Pram menurunkan Larissa disembarang tempat. Buru-buru gadis itu keluar dari dalam mobil. Tanpa berkata apapun, pria tersebut melajukan kendaraannya dengan sangat cepat.
“Sial! Udah ngomong sembarang sekarang nurunin orang di tempat sembarangan juga. Dasar Om-om sialan! Awas aja kalo ketemu lagi bakal aku pukul kepalanya.”
“Ngomong apa kamu hah?!” ujar seseorang dari belakang. Betapa terkejutnya dia mengetahui pria tadi sudah ada di belakangnya. Pram sengaja kembali ke tempat menurunkan Larissa, dia sedikit tak tega
“Nggak. Takut nanti diculik terus diapa-apain lagi sama Om.”
“Ya udah, jangan salahin saya kalo terjadi sesuatu sama kamu. Apalagi jalanan di sini sepi,” ujarnya. Larissa melihat kanan kiri, benar memang jalanan terlihat sangat sepi. Dengan ragu-ragu dia masuk kembali ke dalam mobil. Suasana canggung terjadi, mereka hanya diam sampai akhirnya tiba dirumah kemarin Larissa menginap.
“Balik lagi ke rumah ini,” ucapnya dalam hati. Pak Tua yang melihat tuannya pulang segera menghampiri. Dia membungkukkan badannya menyambut Pram. Ketika Larissa keluar dari dalam mobil dia sedikit terkejut, baru saja pagi tadi mereka berpamitan kini malah bertemu lagi.
“Halo Pak!”
“Iya halo, loh kok ke sini lagi?”
“I—itu anu, eum... saya diajak sama Om ini.”
“Kalian saling kenal?” tanya Pram bingung. Dia mengernyitkan dahinya melihat sang asisten berbicara cukup akrab dengan gadis yang ditemuinya tanpa sengaja.
“Saya sampai lupa memberitahu tuan jika kemarin malam nona ini menginap dirumah. Saya terpaksa membawanya karena tuan tak mau melepaskan tangan nona Larissa.”
“Kemarin malam? Pasti karena saya mabuk berat dan mengira dia...., ah! sudahlah. Siapkan dia kamar, ” serunya terpotong. Bona si Pak Tua langsung membawa Larissa ke kamar kemarin. Rara yang melihat kedatangannya menatap tak suka.
“Rara siapkan baju untuk nona Larissa juga makan malam,” titah Bona.
“Baik Pak, eum...., ngomong-ngomong memangnya dia siapa? Dia bukan bagian dari keluarga Wardhana.”
“Dia tamu tuan Pram, jadi tolong kamu bersikap baik padanya, sudahlah lanjutkan pekerjaanmu, jangan banyak tanya lagi.” Rara menunduk, dia pergi meninggalkan Pak Bona. Beberapa saat kemudian, dia kembali mengetuk satu persatu pintu kamar, meminta semuanya makan malam. Di meja makan sudah ada Riko, kakak Pram. Larissa canggung dan ragu ketika akan duduk.
“Siapa kamu?” tanyanya dingin.
“Dia tamu aku, kamu jangan ikut campur,” seru Pram dari atas tangga.
Larissa memperhatikan diam-diam dua kakak beradik itu. Dilihat-lihat mereka belum terlalu tua, mungkin saja hanya berbeda beberapa tahun dengan dirinya. Wajah yang begitu tampan, kaya raya membuat siapa saja menyukai dua pria tersebut. Namun, tidak untuk Larissa. Menurutnya dua pria itu sangat dingin dan kaku juga terlihat kejam.
“Suruh wanita itu fokus makan!” ujar Riko tanpa menatap.
Pram melirik ke sampingnya, gadis berusia 18 tahun itu langsung memalingkan wajah. Dia menggigit bibirnya ketakutan, betapa dinginnya dua pria dewasa itu. Pak Bona yang sejak tadi berdiri memperhatikan tuan-tuannya makan hanya bisa bergumam. Dia bertanya-tanya siapa sebenarnya gadis disamping Pram sampai dibawa pulang dan diajak makan malam dimeja keluarga besar.
Selama ini tidak ada satupun wanita luar yang diajak masuk kedalam rumah dan diajak makan malam bersama di meja keluarga besar. Hanya Bella saja yang pernah karena wanita itu berhubungan dengan Pram. Namun itu terjadi sudah cukup lama. Bahkan sekarang tuannya tidak mau mendengar nama Bella lagi.
Pertemuan barusan hanya terpaksa saja, sang Mama memaksanya untuk bertemu Bella di taman. Kebetulan saat itu ada Larissa, menjadikan gadis itu alasan oleh Pram agar bisa pergi dan menghindar dari Bella mantan kekasihnya.
“Tuan muda, ada panggilan dari nyonya besar,” seru Bona. Dia membungkukkan sedikit badannya sembari memberikan ponselnya.
Pram bangkit dari kursi, pergi mengangkat telpon dari Mamanya. Kini hanya tinggal Larissa dan Riko saja dimeja makan. Karena terus menerus ditatap diam-diam oleh gadis yang dibawa adiknya, Riko pun bangkit. Merasa tidak suka pada Larissa. Tak lama setelah itu Pram kembali dan menarik tangannya.
Hari ini sang Mama akan datang ke rumah, Bella sudah menceritakan kejadian kemarin malam. Pertemuannya gagal gara-gara seorang gadis yang tak dikenal. Selain itu, Rara juga melapor pada nyonya besar jika ada gadis lain yang menginap dirumah tuan muda. “Mau kemana?”
“Jangan banyak tanya, ikut aja!”
Pram membawanya ke kamar membuat Larissa merasa dag-dig-dug tak karuan takut pria itu melakukan hal macam-macam padanya. “Mitha, siapkan baju yang bagus lalu kamu poles wajahnya dengan make-up.”
“Baik tuan,” jawabnya menunduk.
“Nona, mari ikut saya.” Larissa terdiam bingung. Sedangkan Pram menatapnya tajam, buru-buru gadis itu mengikuti langkah Mitha. Selagi menunggu pembantunya merubah penampilan Larissa, Pram membuka laptopnya. Suara bel pintu depan terdengar, Rara berlari membukanya. Ternyata nyonya besar datang bersama Bella. Rara terlihat sangat senang, dia berharap Larissa akan diusir oleh majikannya itu.
“Bona, dimana Pram?”
“Didalam kamarnya nyonya," jawabnya sopan.
Maya berjalan menuju kamar putranya diikuti Bella. Ketika pintu terbuka, terlihat Pram yang tengah memegang wajah Larissa mesra. Bella menelan ludah melihat pemandangan tersebut. “Apa yang kamu lakukan Pram? Dan siapa wanita ini?”
“Dia pacarku!” jawabnya singkat. Tatapannya sangat dingin ketika melihat Bella.
Tangan Larissa ditarik kasar oleh Maya. Gadis itu benar-benar ketakutan ditatap tajam oleh wanita tua didepannya. Untungnya Pram langsung menariknya lagi ke samping. Dia pamit pada sang Mama, akan mengajak Larissa berkencan. Maya tak bisa berkata-kata lagi, Pram sangat susah diatur.
“Kamu tenang saja Bella, Tante tidak akan merestui hubungan mereka. Bagaimana bisa Pram jatuh cinta pada bocah ingusan yang identitasnya tidak diketahui.”
“Nggak papa Tante. Pram sepertinya hanya ingin membuat aku cemburu saja. Lagian tidak akan mungkin dia berpacaran dengan seorang gadis muda yang sepertinya masih duduk di bangku sekolah.”
“Kamu benar sayang. Kita lihat saja nanti, jika bocah itu tidak menjauh dari Pram maka kita harus turun tangan memisahkan mereka. Keluarga Wardhana hanya akan menerima Bella Shofie bukan wanita lain untuk menjadi menantu saya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
tehNci
Bona....gajah kecil berbelalai panjang. punya teman namanya Rongrong🤭. Namanya mirip nama hewan lucu di komik majalah kesukaanku waktu kecil
2024-04-21
0
firal firal
sedih ya nasib larissa
2024-03-03
0
Yani Cuhayanih
Othor suka sama Bella shofie....kalo aku sukanya yg masih ori....
2024-03-02
0