Chap 3

Larissa melepaskan genggaman tangan Pram, dia berniat pergi meninggalkannya dan tak ingin lagi berurusan dengan keluarga Wardhana. Dirinya sadar diri, dia hanya anak dari keluarga sederhana dan Ibunya juga sedang dipenjara. Apa jadinya jika ada rumor tentang mereka berdua, pasti akan membuat keluarga Wardhana benci serta melakukan apa saja yang mereka suka, sebab keluarga tersebut bukanlah kalangan sembarangan.

“Maaf Om, sepertinya saya harus pergi bertemu seseorang.”

Seperti biasa, tatapan pria itu tetap dingin. Pandangannya terus fokus ke depan mengemudikan mobil. Tak berapa lama Larissa diminta turun. Dengan senang hati gadis itu pun segera keluar. Baju yang dikenakan sangat mencolok, sepanjang jalan dia terus diperhatikan oleh banyak orang. Bingung harus pergi kemana, Larissa pun ingin berkunjung ke penjara melihat sang Ibu.

Sesampainya di sana dia tak sengaja berpapasan dengan Bibinya. Adik Ibunya itu menatap tidak suka, ada kebencian yang sangat dalam pada matanya. “Ibu kamu tidak akan bisa keluar dari dalam penjara. Dasar anak pembunuh!!” Rosa berkata tegas sambil mengangkat tangannya berniat menampar.

Larissa ketakutan, dia memalingkan wajah. Tak sadar jika ada sebuah tangan yang menghalau Bibinya. Rosa menatap tajam Pram, wanita tua itu tidak tahu siapa sosok pria didepannya. Dengan berani Rosa menendang kaki Pram lalu dia pergi begitu saja sambil memasang raut wajah marah.

“Ngapain kamu kesini?” Larissa mengangkat wajahnya, melihat ke samping. Dia menghela napas lelah, tak menjawab pertanyaan Pram, gadis itu malah masuk kedalam meninggalkan pria yang telah menolongnya.

“Saya ingin bertemu dengan tahanan yang bernama Linda, kasus pembunuhan yang baru-baru ini terjadi.”

“Tunggu.”

Tak lama sang Ibu keluar, wajahnya dingin namun masih tersenyum pada Larissa. “Bagaimana keadaan kamu? Ibu harap kamu segera pergi dari kota ini, jaga diri baik-baik, maaf....!”

“Bu..., Larissa percaya bahwa Ibu bukanlah pembunuh Ayah. Pasti ada seseorang yang sengaja menjebak Ibu. Dan aku nggak akan pergi dari kota ini, Larissa akan mencari kebenarannya.”

Bu Linda tersenyum miring, pandangannya teralihkan ke pojok tempat seorang pria berada. Dia tidak berbicara apapun, setelahnya bangkit dari kursi lalu pergi begitu saja. Larissa menangis melihat Ibunya yang ditahan, dia berjanji akan segera mencari tahu siapa pembunuh sebenarnya. Pram menghela napas melihat gadis kecil didepannya seperti itu. Entah mengapa perasaannya terasa aneh ketika bersama Larissa. Padahal mereka baru sekali bertemu.

Di sisi lain, Flora baru saja pulang dari sekolah. Dia berpamitan pada Sania untuk pergi duluan karena sudah dijemput oleh sang kekasih. Sania tidak dapat melihat siapa pria yang telah memacari temannya itu. Setiap kali menjemput selalu diam didalam mobil. “Kemana gadis yang satunya? Aku tidak melihat dia bersama kalian?”

“Nggak tahu. Mungkin lagi nge-gembel di luaran sana, ngapain sih kamu nanyain si anak pembunuh itu!”

“Cuman nanya aja. Sebagai tanda minta maaf aku, nanti malam kita makan malam berdua, okay!” Flora langsung tersenyum senang. Dia tidak peduli jika kekasihnya lebih tua dari dirinya, yang terpenting pria itu selalu memberikan apa yang Flora mau.

Malam harinya, gadis remaja itu dijemput oleh sang kekasih. Penampilan Flora terlihat lebih tua saat mengenakan make-up. Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya mereka berdua sampai disebuah restoran. Sungguh pria yang kaya, tempat untuk makan malam tak pernah mengecewakan Flora.

“Malam ini aku mau melakukannya,” bisik si pria didekat telinga Flora sampai membuat gadis itu merinding. Dengan senyuman andalannya, Flora pun menganggukkan kepala. Setelah selesai makan malam, si pria mengajaknya pergi ke suatu club. Di sana sudah ada beberapa teman-temannya yang menunggu. Seperti biasa Flora selalu menjadi pusat perhatian para pria-pria di sana. Gadis itu memang sangat cantik namun jika disekolah kecantikannya terkalahkan oleh Larissa.

Hans memberikan segelas alkohol pada kekasihnya. Dengan senang hati Flora menerima dan langsung meneguknya. Dari kejauhan, Larissa menyipitkan matanya melihat sang teman yang dikerumuni banyak pria. Dia ingin pergi menghampiri namun tangannya dicegah oleh Pram. Sore itu, Larissa merasa sedih bingung harus melakukan apa untuk mengeluarkan Ibunya. Pram menawarkan diri membantu masalahnya. Mata Larissa langsung berbinar, dia seperti mendapat cahaya pertolongan.

Lalu setelah berbicara panjang lebar, Pram mengajaknya pergi ke club. Awalnya Larissa menolak, tapi pria itu memaksa dan mengancamnya. Ternyata Pram akan menolong jika Larissa mau menandatangani kontrak sebagai kekasih bohongannya. Dia tidak mau jika Mamanya itu terus menerus menjodohkan dirinya dengan Bella, hubungan mereka sudah sangat lama berakhir. Dan itu semua bukan salahnya jika tidak mau kembali karena memang Bella sendiri yang memutuskan waktu itu.

Melihat Flora yang sudah mabuk parah, Larissa merasa tidak tega apalagi di sana sangat banyak para pria. Dia memasang wajah memelas kehadapan Pram, memohon agar pria itu mau menyelamatkan teman sekolahnya. Dengan terpaksa Pram pun pergi menghampiri meja Flora, di sana kedatangannya disambut oleh Hans. Para pria itu tertawa bersama saat melihat salah satu keluarga Wardhana.

“Wih tuan muda kedua datang, beri tempat duduk untuknya.”

“Kapan kita kerja sama tuan Pram?” tanya Hans sambil menenggak minumannya. Pram tidak menjawab, dia masih memasang wajah dinginnya. Mengabaikan semua ocehan dari teman-teman sekolahnya yang memang tak pernah akur sejak dulu.

“Lepasin gadis itu!” Hans melirik ke arah samping tempat kekasihnya berada. Gadis itu sudah tak sadarkan diri, dia terlalu banyak diberi minum oleh para pria di sana. Hans menyunggingkan bibir, berdiri dan berhadapan langsung sambil berkata bahwa dia adalah kekasih gadis tersebut, Pram tidak berhak membawanya pergi begitu saja karena malam ini dia akan bersenang-senang dan itu semua telah diizinkan oleh si gadisnya sendiri.

Dari kejauhan, Larissa terus memperhatikan. Dia berpikir jika Pram sangat lama bertindak. Larissa benar-benar khawatir akan keadaan Flora walaupun dirinya tahu jika temannya itu tidak suka kepadanya. “Om, ayo bawa temenku pergi.”

Semua mata tertuju ke arah Larissa. Hans tersenyum nakal, dia mendekat dan ingin menggodanya namun Pram langsung meninju. “Sudahlah biarkan temanmu di sini. Lagipula ada kekasihnya yang akan menjaga. Lebih baik kita pergi, saya tidak mau kamu kenapa-kenapa!”

“Jangan pikir kamu bisa pergi Pram setelah membuat kacau dimeja kami. Berikan gadis itu atau kamu akan melawan kami semua,” seru Hans. Larissa mulai ketakutan melihat wajah Hans yang terus tersenyum mengerikan. Dia menelan ludahnya memegang erat tangan Pram.

“Pikir terlebih dahulu jika ingin mengambil kekasih saya!” jawabnya dingin, lalu menggandeng Larissa pergi meninggalkan club.

Pukul 00.15. Flora bersama Hans pergi ke sebuah hotel. Mereka sama-sama mabuk berat dan pada akhirnya terjadilah hubungan terlarang. Bukan hanya sekali gadis berusia 18 tahun itu melakukannya, dia sudah beberapa kali dan semuanya dia lakukan agar tetap bisa di sisi Hans si pria kaya raya.

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

masih mantau

2024-03-09

1

Cla♡

Cla♡

Larissa? baru ingat nma sepupu ku, btw seru banget kuyyy

2024-03-03

2

firal firal

firal firal

pram calon si bos besar

2024-03-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!