Bab 5

“Kita pindah keruangan diatas. Sedikit lebih tenang. Aku akan mengambil laptop ku dikamar.” Jillian segera bergegas menuju kamarnya.

”Tidak perlu, aku akan menunggu mu disana.” Eila menunjuk sebuah sofa besar yang berada disudut ruangan, dengan tumpukan buku-buku dimeja dan disofa. Sudut baca mereka menamainya.

Eila bergegas mengambil handphonenya dan menyalakannya. Benar saja belasan panggilan tidak terjawab dari profesor Duan dan lebih mengerikannya puluhan panggilan tak terjawab dari Davian.

Ratusan pesan mulai masuk. Dan salah satunya dari Davian yang sudah berkali-kali mengirimnya pesan.

“Ada apa?” Tanya Dallen yang melihat Eila gelisah, “Kau mau pulang? Aku akan mengantarmu.”

“Tunggu sebentar lagi, aku harus mengirimkan email revisi ke profesor.”

“Baiklah, aku akan kembali gabung dengan mereka. Jika kau mencari ku tinggal hubungi aku.” Lanjut Dallen menggoyangkan handphonenya.

Eila kembali fokus dengan ponselnya, ia tidak menggubris pesan Davian, ia membuka data revisinya melalui handphone pribadinya memastikan semua sudah tersimpan.

“Maaf lama.” Jillian tiba dengan nafas terengah-engah dan langsung memposisikan diri duduk disamping Eila.

“Maaf merepotkanmu.” Jawab Eila yang menerima laptop dari Jillian.

Kembali Eila membuka email pribadinya. Dan menghubungi profesor Duan, jelas pria tua dan galak itu akan langsung mengangkat telepon dari Eila. Meski begitu profesor Duan sangat menyukai Eila, karena kecerdasan dan kemampuannya dalam menganalisis sesuatu sangat tepat.

“KAU DARI MANA SAJA EIL. KAU LEBIH SIBUK DARI AKU SEKARANG SAMPAI MENGHILANG.”

Teriakan profesor Duan bahkan dapat terdengar oleh Jillian yang duduk disamping Eila.

Jillian bahkan tidak kembali berkumpul dengan teman-temannya. Ia lebih memilih mendengarkan dan melihat semua hal yang dilakukan Eila. Bahkan yang mendebarkan untuknya, saat Jillian membawa minuman dan beberapa potong buah, menyodorkan potongan buah kemulut Eila. Eila segera memakannya.

Jelas usia mudanya ini masih sangat terlihat kekanakan namun tertutupi karena kecerdasannya.

Satu hal lain yang mampu membuat degup Jillian berpacu, saat Eila sedang berpikir dengan menggigit bibir bawahnya. Kebiasaan yang selalu dilakuan Eila sudah lama.

“Maaf profesor. Aku pastikan hal ini tidak terjadi lagi. Aku sudah kirim semua hasil revisinya, progres selanjutnya akan menyusul. Kau tidak perlu khawatir semua akan selesai tepat waktu. Percayakan pada ku prof.” Ucap Eila yang sudah mulai terlihat santai, “Baiklah. Sampai jumpa. Jaga kesehatan mu prof.”

Eila mengakhiri panggilannya dan menghela nafas panjang. Merenggangkan setiap sendi dileher yang terasa kaku.

“Kau membuat jurnal ilmiah?” Tanya Jillian pada akhirnya.

”Aku hanya membantu profesor ku.”

”Terimakasih Lian. Kalau tidak ada dirimu, aku tidak tahu makian seperti apa yang akan kuterima.” Canda Eila menutup laptopnya.

“Lian?” Senyum pria itu, tidak percaya.

”Apa aku salah? Maaf. Aku tadi melihat user name email mu. Aku kira itu nama kecil mu.”

”Memang. Hanya saja yang memanggil namaku seperti itu hanya orang khusus.”

“Aah maaf.”

”Tidak. Aku senang kau memanggil nama ku seperti itu.” Jillian membuka botol soda dan menyerahkan nya pada Eila, “Kau begitu dekat dengan profesor Duan, bahkan kau bisa bicara santai sampai menghabiskan buah mu. Aku mengenal profesor Duan dia sangat ditakuti oleh anak baru.”

Eila tanpa sadar melahap habis buah itu, “Ya aku sangat dekat. Terimakasih atas makanannya. Aku mudah lapar jika otak ku sedang bekerja.” Canda Eila.

“Bisa aku meminta nomor mu?” Pinta Jillian.

”Tentu.” Eila menyodorkan barcode dilayar handphonenya.

“Kau ingin pergi makan siang?” Tawar Jillian kembali.

BIIP BIIP

“Maaf. Aku harus mengangkat panggilan ini.” Eila segera berdiri dan pergi kesudut ruangan yang sepi. Davian pria dingin dan arogan itu menghubunginya kembali.

“Davian maafkan aku. Handphone ku mati, aku baru mengisi dayanya dan baru akan menghubungi mu.” Jawab Eila langsung tanpa menunggu Davian mengatakan sesuatu terlebih dulu, “Aku akan pulang sekarang, kau tidak perlu menjem…”

“Keluar. Sekarang.” Suara dingin Davian menusuk hingga membuat Eila merindingin ketakutan.

Bahkan Davian langsung mengakhiri panggilan tersebut.

”Lian aku harus kembali sekarang.” Pamit Eila merapihkan isi tasnya yang berserakan atas berkas-berkas hardcopy yang dikeluarkannya.

“Ada apa? Kenapa terburu-buru.”

”Maafkan aku. Terimakasih atas bantuan hari ini. Lain waktu aku akan mentraktir mu.”

Eila segera berlari keluar aula namun langkahnya dicegat oleh Dallen.

“Kau mau kemana?”

”Dallen aku pulang duluan. Davian menjemputku.” Bisik Eila pada Dallen.

”Apa?!”

“Heeii adik kecil, ini masih sore kenapa buru-buru pergi.” Goda pria lainnya.

”Aku rasa adik kecil ini sudah dijemput oleh Tuan besar Drake.” Sahut Jian. Rekan seprofesinya.

“Drake?”

“Konglomerat itu?”

”Kenapa dia kesini?”

”Jangan begitu, kau sebagai dokter bedah juga digaji olehnya. Kau lupa dirumah sakit siapa kau bekerja.”

Suara-suara sumbang saling bersahutan. Eila tidak ingin mendengar nama keluarga Drake yang dikagumi banyak orang menjadi perbincangan. Suara-suara itu menyesakkan bagi Eila. Ia segera lari keluar. Dan benar saja. Davian Drake menggunakan mobil sport barunya, dengan setelan serba hitam memakai kaca mata tiba dihadapannya.

Pria tampan itu terlihat menunggu sudah lama. Dan melangkah menghampiri Eila.

“Siapa dia Eila?” Tanya Mia.

”Kau yakin akan pulang bersamanya?” Tanya Dallen.

Banyak mata kini melihat kehadiran Davian Drake. Pria ini memang selalu memukau. Terlebih mobil sport yang dibawanya keluaran terbaru. Siapapun yang melihatnya jelas akan berdecak kagum.

“Kenalkan dia… dia… Kakak ku. Yaa dia kakak ku.” Gugup Eila, “Davian.”

Davian menoleh dan menatap tajam ke arah Eila.

”Tampan sekali kakak mu Eila.” Sahut perempuan yang bersama Mia.

“Salam kenal, aku Wena dan dia Mia. Kami teman seangkatan Eila disini.” Wena mengulurkan tangan untuk berjabat.

Davian dengan berat hati menerima salam jabat tangan tersebut.

“Aku pamit duluan. Sampai bertemu lagi.” Pamit Eila segera.

Eila bergegas menarik tangan Davian dan masuk kedalam mobil. Ia sangat gugup. SANGAT.

Terlebih saat itu ia dapat merasakan kekesalan Davian dalam mengemudikan mobilnya. Pria itu tidak banyak bicara. Hanya terdiam mengemudikan mobilnya menuju kondominiumnya.

Bahkan saat turun dari mobil, Davian membanting pintu mobilnya dengan keras.

“Aku kira kau kembali malam, kenapa sudah balik jam segini.” Tanya Rey saat itu diruang tamu kondominium pada Davian.

“Tanyakan pada adik ku.” Kesal Davian dan bergegas menuju ruang sport. Ia memilih melampiaskan emosinya dengan berolahraga.

“Handphone mu kenapa mati? Dia sepanjang waktu mencemaskan mu. Berniat menjemput mu dan mengajak mu jalan-jalan dengan mobil barunya.” Bisik Rey pada Eila.

“Rey bisakah kau pulang.” Pinta Eila lemas.

”Kau yakin?”

”Aku berbuat kesalahan. Kalau sampai besok pagi aku tidak ada kabar, segera datang. Aku khawatir dengan nyawaku.” Pasrah Eila.

———————————————————————-

Malam itu Eila membuat masakan untuk makan malam Davian. Makanan diet yang penuh nutrisi. Pria itu sangat menjaga pola makannya.

Eila dengan ragu menghampiri Davian yang sibuk dengan pekerjaannya didepan komputer.

“Kau mau makan? Aku sudah masak.” Tawar Eila.

Namun Davian tidak menjawabnya. Eila takut menganggu, hingga akhirnya mengambil beberapa porsi makanan dan menaruhnya diruang kerja Davian.

“Makan malam mu disini. Aku akan mandi sebentar.”

Eila pergi menutup ruangan kerja tersebut. Davian memejamkan mata. Tidak tahu harus bagaimana menghadapi wanita itu. Ia sangat marah dan kesal.

Dari luar jendela aula sore tadi, Davian melihat Eila duduk berdua dengan Jillian. Bahkan pria itu beraninya menyuapi Eila. Terlebih mereka tertawa bersama. Dan dengan mudahnya Eila memberikan nomor kontaknya.

Bahkan terlebih saat Eila berpamitan, banyak pria yang menggodanya. Menawarinya untuk mengantar pulang. Terlebih ia melihat Dallen disana. Davian sangat tahu perasaan seperti apa yang dimiliki Dallen pada Eila.

“Apa Dallen alasan ia pergi ke kota ini?”

“Beraninya dia memperkenalkan ku sebagai kakaknya!!”

”Dan lagi pria itu, Eila mudah sekali dekat dengan banyak pria.”

Davian jengkel, bahkan meski pakaian Eila tertutup dan sangat sopan. Banyak pria masih menggodanya. Hanya dalam hitungan jam, Eila mampu menaklukan banyak pria.

“Kau hebat Eil. Kau hebat.”

Episodes
1 Keluarga Drake
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Terisolasi
12 Bab 12
13 Bab 13
14 War Flag Jillian dan Davian
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Pengakuan Davian
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 - for next episode -
51 Flash back : Kehilangan orang tua
52 Flash back : Bertemu Davian
53 Flash back : Awal ingin memilikinya
54 Flash back : Posesif
55 Flash back : Terasingkan karena Davian
56 Flash back : Hinaan untuk Eila
57 Flash back : Dunia Eila runtuh
58 Flash back : Eila diculik
59 Flash back : Rindu Davian
60 Flash back : Hanya ingin bersama
61 Flash back : Awal mula kesalah pahaman
62 Flash back : Another level pertengkaran
63 Flash back : Liburan bersama
64 Flash back : 20 Desember
65 Flash back : 21 Desember
66 Flash back : 22 Desember
67 Flash back : 23 Desember
68 Flash back : Malam Natal
69 ~~ BACK TO THE FUTURE ~~
70 You Treat Me Better
71 I will make You be Mine
72 You’re Mine
73 Hai Readers
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Keluarga Drake
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Terisolasi
12
Bab 12
13
Bab 13
14
War Flag Jillian dan Davian
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Pengakuan Davian
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
- for next episode -
51
Flash back : Kehilangan orang tua
52
Flash back : Bertemu Davian
53
Flash back : Awal ingin memilikinya
54
Flash back : Posesif
55
Flash back : Terasingkan karena Davian
56
Flash back : Hinaan untuk Eila
57
Flash back : Dunia Eila runtuh
58
Flash back : Eila diculik
59
Flash back : Rindu Davian
60
Flash back : Hanya ingin bersama
61
Flash back : Awal mula kesalah pahaman
62
Flash back : Another level pertengkaran
63
Flash back : Liburan bersama
64
Flash back : 20 Desember
65
Flash back : 21 Desember
66
Flash back : 22 Desember
67
Flash back : 23 Desember
68
Flash back : Malam Natal
69
~~ BACK TO THE FUTURE ~~
70
You Treat Me Better
71
I will make You be Mine
72
You’re Mine
73
Hai Readers

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!