Kepulangan Shin

Setelah satu minggu Ran berlatih bermeditasi dengan Lin Lin, akhirnya besok ia dapat dilatih oleh guru Fang. Sudah tiga hari setelah pertemuan Ran dengan si pemanah misterius tersebut. Sekarang ia tak pernah bertemu dengannya atau melihat anak panahnya.

Keesokan harinya, Ran yang akan berlatih bela diri dengan guru Shiki di pagi hari dipanggil oleh guru Fang. Ia disuruh untuk menemani Lin Lin belanja di desa dan juga kalau bisa menjemput kepulangan Shin.

Kemudian Ran menemani Lin Lin pergi ke desa untuk berbelanja kebutuhan lainnya. Ia dikasih uang hasil penjualan pedang dan senjata perang lainnya. Setibanya di desa Lin Lin menyuruh Ran untuk membeli buah-buahan dan juga membeli sayuran.

Lin Lin akan pergi membeli ikan dan bumbu lainnya. Ketika sedang membeli sayuran Ran tidak sengaja melihat seorang penjahat yang merampas barang yang di bawa oleh seorang nenek tua. Ran akhirnya memutuskan untuk mengejar penjahat tersebut.

" Berhenti! Berhenti kau!" seru Ran kepada penjahat yang sedang ia kejar.

Akhirnya setelah lama mengejar, penjahat tersebut berhenti dan mengajak Ran untuk bertarung dengan tangan kosong.

" Berani juga kau anak muda, mengejar ku sampai sini." ujar penjahat itu.

" Serahkan barang yang kau ambil dari nenek tua itu!" seru Ran.

" Kalahkan aku dulu jika ingin barang ini" ajak penjahat itu kepada Ran untuk bertarung.

Akhirnya mereka bertarung dengan tangan kosong. Penjahat itu langsung melompat dan menyerang ke arah wajah Ran dengan cepat. Namun, Ran mampu menangkis serangan yang dilakukan oleh penjahat tersebut.

Penjahat itu menyerang Ran secara membabi-buta, Ran hanya mengelak dan menangkisnya sebisa mungkin. Ketika penjahat itu akan memukul dengan keras, Ran yang melayangkan serang dengan menendang kaki kiri penjahat tersebut.

Akhirnya Ran berhasil merebut barang yang penjahat itu rebut dari seorang nenek tua. Dengan merasa kesakitan penjahat itu mulai mundur satu langkah demi langkah ke belakang.

" Menyerah lah!" seru Ran dengan suara lantang.

Penjahat itu tidak menyerah, ia bahwa mengeluarkan sebuah pisau untuk menyerang Ran. Penjahat itu pun mulai menyerang Ran kembali dengan serangan yang tambah membabi-buta.

Namu, seluruh serangannya tidak dapat melukai Ran, karena ia terus menghindar dari serangan yang penjahat itu berikan. Dengan terpaksa Ran mengeluarkan tongkat Riu Jing Hao. Ia kemudian menyerang balik penjahat itu dengan memukul kepalanya mengunakan tongkat Riu Jing Hao.

Setelah mendapatkan pukulan dari tongkat Riu Jing Hao, penjahat tersebut pun berlari terbirit-birit menuju ke dalam hutan.

" Huh, dasar pengecut!" seru Ran kepada penjahat yang berlari menuju hutan.

" Sebaiknya aku kembali ke desa untuk mengembalikan barang ini dan melanjutkan membeli sayuran."

Ran pun berjalan kembali menuju desa untuk mengembalikan barang milik nenek tua tersebut. Sesampainya di desa Ran bertemu dengan Lin Lin yang langsung memarahinya.

" Dari mana saja kau!" Lin Lin dengan muka marah kepada Ran.

" Tadi aku baru saja mengejar penjahat." jawab Ran.

" Dimana buah dan sayuran yang kau beli Ran." dengan muka marah dan kesal kepada Ran.

" Aku tinggalkan buahnya di toko sayuran." Jawab Ran kepada Lin Lin.

" Apa itu?" tanya Lin Lin sambil menunjuk barang yang di bawa oleh Ran.

" Oh, ini adalah barang yang di ambil oleh penjahat tadi." jawab Ran sambil menunjukkan barangnya di hadapan Lin Lin.

" Sebaiknya kita mengembalikannya dan kembali membeli sayuran." tegas Lin Lin.

Mereka berdua pun kembali ke toko sayuran untuk membeli sayuran dan mengembalikan barang milik nenek tua yang diambil sama penjahat. Sesampainya di toko sayuran, Ran melihat nenek tua itu sedang menangis. Akhirnya Ran menghampiri nenek tua itu dengan membawa barang miliknya.

" Nek, ini barang yang diambil penjahat tadi." ujar Ran.

" Ma.. Makasih cu." jawab nenek tua tersebut sambil menangis.

" Iya, sama-sama nek."

" Cu ini buat cucu."

" Bukannya ini milik nenek dan ini barang berharga." jawab Ran.

" Tidak apa-apa cu, ini sekarang milik cucu." jawabnya sambil memberikan barangnya.

Setelah Ran menerima barang pemberian nenek tua tersebut. Nenek tua itu pun pergi meninggalkan Ran.

" Ayo pergi Ran." ajak Lin Lin.

" Ayo." jawab Ran yang masih merasa kebingungan.

" Apakah kau tidak mengembalikan barangnya? Hanya menyuruh aku mengambil buah dan membeli sayuran." tanya Lin Lin yang merasa kesal kepada Ran.

" Nenek tua itu memberikan ini kepadaku." jawab Ran.

" Kalau begitu apa isinya?" tanya Lin Lin yang penasaran akan isi dari kotak pemberian nenek tua itu.

" Aku pun tak tahu." jawab Ran.

" Kalau begitu bawa barang ini semua." Sambil merasa kesal dan marah Lin Lin menyerahkan barang bawaannya kepada Ran.

Akhirnya mereka menuju perjalanan pulang, setibanya di dalam hujan mereka di hadang oleh para penjahat. Salah satu diantara penjahat itu, tadi telah dipukul mundur oleh Ran mengunakan tongkat Riu Jing Hao.

Para penjahat itu pun mulai mengepung mereka berdua. Kurang lebih para penjahat tersebut berjumlah sekitar delapan orang dengan membawa sebilah pedang dan pisau.

" Jadi kau yang telah menghajar anak buatku." ujar salah satu penjahat.

Para penjahat itu mulai menyerang Ran dan Lin Lin secara bersamaan. Namun, Ran dan Lin Lin dapat membereskan mereka. Ran dengan terpaksa mengunakan tongkat Riu Jing Hao.

" Ran, bukankah kau belum bisa mengunakan tongkat Riu Jing Hao dengan waktu yang lama." ujar Lin Lin.

" Iya, tapi akan ku usahakan." jawabnya.

Satu persatu penjahat ditumbangkan oleh Ran dan Lin Lin dan menyisakan satu penjahat. Dia adalah pemimpinnya, ia memiliki badan yang besar dengan pedang bermata satu ditangannya.

Ran menyuruh Lin Lin untuk mundur. " Lin, mundur lah, biarkan aku saja yang menghadapinya."

" Tapi..." dengan merasa ragu Lin Lin menuruti kemauan Ran.

Meraka berdua bertarung dengan sangat sengit. Namun, Ran hanya bisa menangkis serang yang dilakukan oleh pemimpin penjahat itu. Ia bahwa belum mengeluarkan serangan kepadanya.

Ketiak Ran sedang terpojok, Lin Lin ingin menolong Ran. Akhirnya ia membuka kotak pemberian nenek tua, isi dari kotak itu berupa belati tajam. Lin Lin pun mencoba menusukkan belati tersebut ke arah perut pemimpin penjahat itu.

Namun, penjahat itu hanya merasakan kesakitan dan masih tetap berdiri, ia kemudian menyerang Lin Lin. Ternyata pedang yang ia tebas kan ke arah Lin Lin mengenai Ran yang melompat ke arah pedang tersebut demi menyelamatkan Lin Lin.

Ran yang terluka karena tebasan pedang tersebut pun, menyuruh Lin Lin untuk pergi meninggalkannya. Kemudian pemimpin penjahat itu menghampiri Ran dan akan membunuhnya. Ia juga akan membawa Lin Lin.

Ketika pedang dari pemimpin penjahat itu berada di atas tubuh Ran yang tergeletak tak berdaya, tiba-tiba muncul anak panah yang mengarah tubuh pemimpin penjahat tersebut. Lin Lin yang merasa ketakutan pun melempari sayuran dan buah-buahan.

Tak lama kemudian datanglah seorang prajurit kerajaan Beverley, ia kemudian menebas leher pemimpin penjahat itu dan membuat tak bernyawa. Ternyata prajurit itu adalah Shin yang pulang dari peperangan.

" Shin!" seru Lin Lin dengan merasa senang karena ditolong olehnya.

" Sebaiknya kita bawa Ran yang sudah tak sadarkan diri, untuk kita obati." tegas Shin.

Sesampainya di rumah, guru Shiki terkejut melihat Ran yang terluka parah.

" Lin, apa yang terjadi." kata guru Shiki.

" Kami di hadang oleh penjahat dan Ran terluka karena ingin menyelamatkanku." jawab Lin Lin yang merasa bersalah.

" Ini pas juga karna ia terlalu lama menggunakan tongkat Riu Jing Hao." ujar guru Shiki.

Kemudian guru Fang datang dengan membawa obat-obatan dan perban untuk menyembuhkan luka Ran dan menutupnya. Kemudian guru Fang mengajari Lin Lin cara menyembuhkan luka tebasan pedang dan cara melakukan penanganan pertama beserta cara melakukan perban.

Ran pun mulai sadar pada sore hari, Lin Lin yang sedang memasak kemudian menghampiri Ran dan ia meminta maaf kepada.

" Ran, maafkan aku, karna aku kamu jadi terluka." ujar Lin Lin.

" Ini, bukan salahmu dan jangan menyalakan dirimu sendiri." jawab Ran.

" Kau sudah sadar ternyata, aku menunggumu." kata Shin.

" Shin sejak kapan kau ada disini."

" Dia yang menyelamatkan kita Ran, apakah kau ingat?"

" Tapi sebelum kesadaranku menghilangkan, aku melihat sebuah anak panah dari pemanah misterius." jawab Ran yang menceritakan tentang kejadian tadi.

" Siapa yang kau sebut sebagai pemanah misterius?" tanya Shin yang ingin tahu siapa yang dimaksud oleh Ran.

" Dia dulu yang menyelamatkanku dan Lin Lin ketika bertemu bandit." jawab Ran.

Setelah mereka lama mengobrol, guru Shiki menyuruh mereka semua untuk makan bersama. Pada saat makan bersama guru Shiki menyuruh Fang untuk menceritakan tentang kejadian tadi yang dialami mereka berdua.

Akhirnya Ran menceritakan semua kejadian dari mulai berangkat sampai ia tak sadarkan diri.

" Ran kamu istirahat lah selama satu minggu untuk pemulihan, habis itu kamu akan ku latihan untuk menjadi kuat." kata guru Fang yang menyuruh Ran untuk beristirahat.

" Tapi..."

" Sudah istirahat aja." ujar Lin Lin yang berterima kasih kepada Ran telah menyelamatkannya.

Selesai makan bersama Ran duduk dihalaman belakang bersama Kukuru dengan menatap ke arah langit yang cerah. Kemudian datanglah sebuah anak panah ke arahnya.

Setelah melihat anak panah itu, Ran tahu bahwa pemanah misterius itu ada disini. Kemudian ia mengecek sekeliling. Tiba-tiba datanglah satu lagi anak panah yang terdapat sebuah surat.

Ran pun membaca surat tersebut, kurang lebih isinya

" Kau masih lemah seperti biasanya."

Ran yang membaca surat dari pemanah misterius itu pun mulai kesal kepadanya karena diremehkan olehnya. Setelah itu datang satu anak panah lagi dengan sebuah surat yang berisi

" Beristirahat lah terlebih dahulu, semangat dalam latihannya."

Setelah membaca surat yang kedua, Ran berpikir bahwa pemanah misterius itu guru Fang. Kemudian ia mencari guru Shiki untuk menanyakan tentang guru Fang, ternyata guru Fang berada di samping guru Shiki yang sedang melatih Lin Lin.

" Ah, tidak mungkin guru Fang yang menjadi pemanah misterius." gumam Ran yang sambil menuju ke halaman belakang.

Tak lama berselang Ran dipanggil oleh Shin untuk beristirahat dan tidur. Keesokan harinya Ran dibangunkan oleh Shin, ia disuruh ke dapur untuk mengambil makanannya.

Setelah makan, Ran kemudian menonton Lin Lin berlatih bela diri dengan guru Shiki. Ia melihat bahwa guru Fang sedang bermeditasi, lalu ia pergi untuk menemui Kukuru.

Ketika sedang bersama Kukuru, Ran dihampiri oleh Lin Lin yang memberikannya sebuah obat agar lukanya segera membaik. Ran terus saja menolak obat pemberian Lin Lin.

" Ran, ayo diminum obatnya!" seru Lin Lin sambil menyodorkan obatnya.

" Tidak ah, pasti pahit." jawab Ran.

Kemudian datanglah Shin bersama guru Fang yang menyuruh yang agar meminum obat pemberian Lin Lin. Setelah meminum obat itu Ran merasa kepahitan atas obat itu dan ingin memuntahkannya. Kemudian guru Fang menyuruhnya agar tidak memuntahkannya.

Lima hari telah berlalu, Ran kemudian diajak untuk ikut bermeditasi bersama, sedangkan Shin disuruh untuk mengisi air. Luka yang dialami Ran mulai membaik, sekarang ia membuka perban lukanya.

Lin Lin membukakan perban milik Ran sambil mengoleskan sebuah minyak obat yang diberikan oleh guru Fang. Setelah mengoleskan minyak obat tersebut ia tidak lagi menutup luka Ran dengan perban. Sekarang Ran tidak perlu menutup lukanya lagi setelah dioleskan minya obat.

Ran sudah mulai membaik, ia bahkan sudah bisa untuk berlari. Sudah satu minggu Ran beristirahat, sekarang ia sedang bermeditasi bersama guru Shiki, Lin Lin dan Shin.

Setelah melakukan meditasi, Ran disuruh oleh guru Fang untuk berlari kembali bersama Shin. Ia disuruh untuk berhati-hati dan jangan melawan jika kemungkinan besar ia akan kalah. Lebih baik pergi terlebih dahulu untuk menyusun rencana.

Selama tiga hari Ran telah berlari terus menerus dengan ditemani Shin. Ia belum mendapatkan kepercayaan dilatih oleh guru Fang secara langsung dengan mengunakan pedang.

" Ran, hari ini aku akan mengajarimu mengunakan tongkat Riu Jing Hao." kata guru Shiki.

" Baiklah." jawab Ran.

Selama satu minggu Ran berlatih mengunakan tongkat Riu Jing Hao bersama guru Shiki. Ia masih belum bisa menguasai penuh tongkat Riu Jing Hao.

" Jika cuma melawan satu musuh, kamu masih bisa Ran. Tapi kalo melawan lebih dari dua kamu akan kalah." ujar guru Shiki sambil memotivasi Ran.

Keesokan harinya Ran diberi belati oleh Lin Lin.

" Apa ini Lin?" tanya Ran.

" Ini belati pemberian nenek tua pada waktu itu." jawab Lin Lin.

" Lebih baik ini buat kamu saja Lin, untuk berjaga-jaga." ujar Ran sambil menyerahkan kembali belati itu kepada Lin Lin.

" Baiklah."

Sudah satu bulan sejak Ran melawan pemimpin penjahat. Akhirnya Ran akan dilatih oleh guru Fang, untuk berlatih berpedang. Namun, tiga hari ke depan guru Fang akan pergi ke ibu kota kerajaan untuk melihat penjualan pedang miliknya.

Sebelum ia berlatih berpedang bersama guru Fang. Ia diajari menguasai tongkat Riu Jing Hao terlebih dahulu oleh guru Fang. Ia juga tetap dilatih bermeditasi oleh Lin Lin dan juga berlatih bela diri bersama Shin.

Setelah tiga hari menunggu kepulangan guru Fang. Akhirnya guru Fang tiba dengan membawakan sebuah pedang untuk Ran dan sebuah panah untuk Lin Lin.

Ran disuruh untuk berlatih berpedang bersama guru Fang, sedangkan Lin Lin disuruh berlatih memanah.

" Guru, siapa yang akan mengajariku memanah?" tanya Lin Lin kepada guru Fang.

" Akan ada seseorang yang akan melatih mu memanah dan aku telah memintanya untuk melatih mu." jawab guru Fang.

" Simpan dulu pedang itu Ran." kata guru Fang.

" Kenapa guru?" tanya Ran yang merasa heran.

" Sebelum kau bisa menguasai tongkat Riu Jing Hao, kamu tidak akan aku latih. Sekarang berlatihlah bersama guru Shiki." ujar guru Fang.

" Baiklah." jawab Ran.

Setelah itu Ran kembali ke dalam untuk beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!