Sudah hampir satu bulan Ran cuma disuruh berlari mengelilingi bukit untuk mencari kayu dan mengambil air di atas bukit di sebuah sumur tua bersama Shin. Sedangkan Lin Lin, ia sudah berlatih bela diri. Lin Lin dilatih langsung oleh kakek Shiki yang sekarang menjadi guru disini.
Tubuh Ran sekarang sudah semakin berotot, ia bahwa sekarang mampu untuk berlari dua puluh kali mengelilingi bukit. Sekarang, ia disuruh mengambil air sebanyak dua puluh kali, seorang diri. Shin sekarang ditugaskan untuk menjalani latihan menjadi seorang prajurit kerajaan. Ia disarankan untuk menjadi prajurit oleh guru Fang.
"Huh... Kurang satu kali lagi!" seru Ran.
Ketika ia sudah sampai didepan sumur, ia merasa kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat disebuah pohon dekat sumur tua tersebut. Ia terlelap, akhirnya ia tertidur sampai siang hari. Panas matahari di siang hari membuat Ran terbangun dari tidurnya.
" Aduh, aku sampai tertidur pulas karena kelelahan. Aku harus segera pulang."
Ia pulang sambil membawa dua kendi berisi air, tiba-tiba ada yang memanah kendi itu sampai pecah. Ran mulai kebingungan mencari sumber anak panah tersebut, ia melihat sekeliling dan terus mencari.
Ketika ingin melanjutkan kembali, tiba-tiba anak panah lainnya memecahkan kendi yang satunya lagi. Ran mulai kesal dia mencari dimana letak pemanah yang memecahkan kendinya.
" Siapa kau? Dimana kau? Kalau berani tunjukkan dirimu." ujar Ran yang merasa sangat kesal.
Tiba-tiba, satu anak panah melukai Ran, anak panah itu ternyata memiliki sebuah pesan. Ia mulai membaca pesan yang ditinggal oleh si pemanah misterius tersebut. Pemanah itu meninggal pesannya di anak panah terakhir yang melukai Ran.
" Aku sengaja cuma mengenaimu, aku bisa saja membunuhmu, tapi kayaknya kamu bukan orang yang berbahaya. Hati-hati ketika kau kembali kesini lagi."
Isi pesan yang diberikan si pemanah.
Akhirnya Ran kembali tanpa membawa air, ia langsung dihukum oleh guru Fang karena membiarkan kendinya pecah. Ran dihukum tidak boleh memakan apapun hari ini. Ia diikat disebut tiang besar depan halaman rumah.
Empat jam terlalu berlalu, Ran masih terikat di tiang besar tersebut. Lin Lin yang melihatnya mulai merasa kasihan kepada Ran, ia merasa tak tega kepada orang yang telah membawanya kemari. Ia ingin memberikan sebuah makanan dan minuman kepada Ran yang merasa lapar dan haus.
Kemudian Lin Lin membawakan makanan dan minuman untuk Ran.
" Ran, aku bawain makanan dan minuman, pasti kamu lapar dan haus kan."
" Tapi Lin, kalo ketahuan kamu memberikan makanan dan minuman untuk, kamu juga akan terkena hukuman dari guru Fang." ujar Ran yang tak ingin Lin Lin terkena hukuman.
" Tidak apa-apa, yang penting kamu bisa menghilangkan lapar dan haus. Kamu juga kelelahan karena disuruh ambil air kan." Jawab Lin Lin.
" Iya, makasih Lin, tapi kalo kamu dihukum bagaimana?" tanya Ran.
" Jika aku ikut dihukum, aku bersedia asalkan kamu terlepas dari hukuman." Jawabnya.
Ternyata guru Shiki mengamati Ran dan Lin Lin dari kejauhan. Tidak hanya guru Shiki, guru Fang juga melihat langsung ketulusan Lin Lin yang merasa kasihan kepada Ran yang terus-terusan dihukum.
Akhirnya guru Fang menghampiri mereka.
" Guru, ini bukan salah Lin Lin, ini salahku yang meminta dibawakan makanan dan minuman." Kata Ran yang mencoba membela Lin Lin agar ia tidak terkena imbas dari hukumannya.
" Tidak guru, ini dari aku sendiri yang membawa makanan dan minuman kepada Ran karena merasa kasihan." Kata Lin Lin yang membela Ran.
" Aku sudah mendengar semuanya, aku juga telah melihat dari awal." Jawab guru Fang.
" Guru, apakah engkau akan menambah hukuman Ran?" tanya Lin Lin.
" Apakah engkau akan menghukum Lin Lin guru?" tanya Ran.
" Tidak, aku tidak akan menambah hukumanmu Ran dan juga tidak akan menghukum Lin Lin." Jawab guru Fang.
" Apakah yang aku lakukan salah guru?" tanya Lin Lin kembali.
" Tidak, kamu melakukan hal yang benar Lin. Kamu menginginkanku akan latihan pertamaku dahulu." Jawabnya.
Ran merasa sangat lega karena Lin Lin tidak ikut dihukum dan ia kini bebas dari ikatan tiang besar itu. Pada saat malam hari, Ran mulai merenungkan kembali soal pemanah misterius yang tidak dapat ia temukan. Saat sedang memikirkan pemanah itu, tiba-tiba guru Shiki menghampirinya.
" Kenapa Ran?" tanya guru Shiki kepada Ran.
" Oh, bukan apa-apa kok guru." jawabnya.
" Apa yang sedang kau pikirkan Ran, coba cerita."
Akhirnya Ran menceritakan kejadian yang ia alami tadi siang saat ingin membawa kembali kendi berisi air. Ia juga menceritakan tentang seorang pemanah misterius yang mengancamnya.
" Temui aku besok di halaman belakang pada saat matahari terbit." Guru Shiki mengajak Ran untuk menemuinya esok hari.
" Ada apa guru, tumben sekali kau mengajakku untuk melakukan pertemuan."
" Temui saja aku esok hari."
" Baiklah." jawab Ran yang merasa kebingungan akan ajakan guru Shiki.
Keesokan harinya Ran bangun, ia segera menuju ke halaman belakang. Ia melihat sudah ada guru Fang, guru Shiki dan Lin Lin yang sedang bermeditasi. Kemudian guru Shiki memanggilnya.
" Ran, kemari lah."
Ran menuju panggilan guru Shiki, " Ada apa guru?" tanya Ran.
" Aku sudah berbicara kepada Fang, agar kamu tidak lagi mengambil air dan mencari kayu bakar lagi."
" Kenapa guru? Apa karna cerita malam tadi?" tanya Ran yang merasa kebingungan.
" Sekarang kamu akan berlatih bermeditasi dan melakukan gerak bela diri dasar."
" Lantas, siapa yang akan mencari kayu bakar dan mengambil air?" Ran bertanya kembali, ia masih merasa kebingungan.
" Sebenarnya, disini ada sumur dan untuk kayu bakar, kita akan atur jadwalnya." ujar guru Shiki.
" Baiklah kalau begitu." jawab Ran.
" Sekarang bergabunglah bersama mereka."
" Baik guru." jawab Ran, ia sekarang merasa sangat senang, setalah sekian lama menanti latihan yang akan diajarkan oleh guru Fang.
Ran bergabung dengan Lin Lin untuk melakukan meditasi. Namun, ia merasa kesusahan untuk berkonsentrasi dan mengosongkan pikirannya. Kemudian guru Fang menyuruh Lin Lin untuk mengajarinya meditasi selama 1 minggu full.
Lin Lin mengajari Ran bermeditasi sebisanya. Ia mengajari Ran sama dengan guru Fang mengajarinya.
" Sehabis kau berlatih meditasi, kau berlari sejauh sepuluh kilometer bersama Lin Lin." kata guru Fang.
" Baik guru." jawabnya.
Lin Lin mengajari Ran bermeditasi setelah itu ia mempersiapkan untuk berlari. Akhirnya mereka berdua pun berlari bersama lagi setelah hampir satu bulan tidak berlari bersama.
Setelah berlari sejauh sepuluh kilometer, akhirnya mereka berdua sampai dengan selamat dan tanpa halangan apapun. Mereka membersihkan diri sebelum melakukan makan bersama-sama.
Sehabis makan bersama, Ran yang sedang duduk dengan ditemani Kukuru mulai diajak oleh guru Shiki untuk melakukan gerakan dasar bela diri.
" Ran, kemari lah, sekarang waktumu untuk latihan bela diri."
Ran memulai latihan dasar bela diri dengan dimulai dari bagian kuda-kuda. Ia disuruh untuk melakukan gerakan kuda-kuda teknik dasar dalam bela diri. Namun, ia tidak merasakan sakit saat melakukan kuda-kuda, karena ia telah melatih kakinya dengan cara berlari setiap hari. Namun, ia juga kesusahan dalam melakukan penempatan kuda-kuda yang benar.
" Untuk latihan hari ini cukup sampai sini, kita lanjut besok." ujar guru Shiki.
" Baik guru." jawab Ran sambil tersenyum bahagia.
Ran pun tidur seperti biasanya. Keesokan harinya ia mulai berlatih bermeditasi bersama Lin Lin, hari itu juga Kukuru ikut menemani mereka berlatih bermeditasi. Sedikit demi sedikit Ran mulai bisa berkonsentrasi dan menenangkan pikirannya.
Setelah latihan meditasi selesai, mereka berdua lanjut berlari, Kukuru juga mengikutinya dari belakang. Hampir setengah perjalanan Kukuru merasa kelelahan, akhirnya Ran mengendong Kukuru.
" Makanya, kalo tidak kuat, jangan ikut." kata Ran kepada Kukuru.
Sesampainya di rumah, Ran mengistirahatkan Kukuru. Sedangkan ia membersihkan diri dan akan bersiap untuk makan bersama. Setelah makan bersama, Ran menjenguk Kukuru dan memberinya makanan.
Malam pun tiba, saatnya Ran berlatih bela diri dasar. Hari ini ia disuruh untuk melakukan push up sebanyak lima puluh kali. Ia merasa heran dan kebingungan, karena ia tidak merasa sakit yang sangat luar biasa ketika pertama kali melakukan lima puluh kali push up.
" Ini karena kau telah melatih kekuatan tanganmu dengan cara mengambil air dari atas sumur tua itu." kata guru Shiki sambil menjelaskan beberapa tahapan bela diri.
Setelah dirasa latihan untuk hari ini cukup, guru Shiki mengakhiri latihan pada malam ini. Pagi harinya seperti biasanya Ran berlatih bermeditasi dengan Lin Lin. Namun, kali ini sebelum berlari guru Shiki menambah porsi latihan untuk Ran, yaitu melakukan dua puluh lima kali push up.
Setelah latihan meditasi, Ran melakukan hal yang diberikan oleh guru Shiki. Ia melakukan dua puluh lima kali push up sebelum berlari. Lin Lin menghitung push up yang dilakukan Ran.
Selesai melakukan dua puluh lima kali push up, akhirnya Ran dan Lin Lin mulai berlari. Mereka kembali ke rumah, Ran membersihkan diri sedangkan Lin Lin menyiapkan makanan untuk makan bersama.
Malam pun tiba, latihan bela diri dasar yang akan Ran lakukan adalah menendang. Ia disuruh melakukan tendangan dengan teknik dasar bela diri pada sebuah kayu yang sering dibuat latihan. Ia disuruh menendang dengan benar sebanyak dua puluh lima kali.
" Ran, tidak perlu keras-keras tendangannya yang penting benar aja dulu." ujar guru Shiki.
" Baiklah guru." jawab Ran.
Sudah empat hari Ran berlatih bermeditasi dengan Lin Lin dan berlatih bela diri dasar dengan guru Shiki. Sekarang ia ingin dilatih langsung oleh guru Fang teknik berpedang. Ran kembali berlatih bermeditasi, setelah itu ia berlatih push up sebanyak dua puluh lima kali. Ia juga bersama Lin Lin disuruh ke desa untuk membeli bahan makanan yang menipis.
Mereka memulai perjalanan ke desa untuk membeli bahan makanan dengan berlari. Sesampainya di desa, Lin Lin menyuruh Ran untuk membeli sayuran sedangkan ia akan memberi bumbu dan rempah-rempah lainnya.
Sehabis membeli semua bahan makanan yang diperlukan, mereka berdua memutuskan untuk pulang. Ketika dalam perjalanan, mereka dihadang oleh sekelompok bandit.
" Serahkan seluruh uang yang kalian punya." kata bandit itu dengan menodongkan pisau kearah mereka berdua.
" Jika, kita tidak mau memberikannya bagaimana?" tanya Ran.
" Paksa mereka memberikan seluruh uangnya."
" Seeeeeerrrraaaaanggggg!!!"
Mereka berjumlah sekitar sepuluh orang, Ran melawan lima orang dan Lin Lin juga melawan lima orang. Ran merasa kewalahan melawan mereka karena ia harus menghindari senjata tajam milik mereka. Lin Lin berhasil menumbangkan satu orang, namun, ia terkena tebasan pisau di bagian tangan kirinya.
Hampir satu jam mereka berdua melawan para bandit, Ran mulai merasakan kelelahan. Ia baru saja menumbangkan dua orang dan tersisa tiga orang lagi. Sedangkan Lin Lin telah menumbangkan tiga orang dan akan menumbuhkan satu orang lagi.
Ketika akan menumbangkan satu orang lagi, Lin Lin akan ditusuk pisau dari belakang. Tiba-tiba, sebuah anak panah menancap di kepala para bandit yang tersisa dan menumbangkan semuanya.
" Siapa yang melakukan ini semua." Lin Lin bertanya dan merasa kebingungan.
Ran yang telah mengetahui bahwa ini adalah anak panah dari orang yang memecahkan kendi airnya pun merasa bersyukur karena terselamatkan olehnya.
Ran melihat pemanah misterius itu, ia mencoba untuk mengejarnya. Namun, pemanah misterius itu menyadari bahwa Ran melihat, ia pun kabur secepatnya.
" Ran, siapa itu?" tanya Lin Lin.
" Itu pemanah misterius yang aku ceritakan waktu itu." jawab Ran.
" Apakah dia ada di pihak kita?" Lin Lin bertanya kembali kepada Ran.
" Entahlah aku tak tahu." jawab Ran sambil mengangkat bahunya.
Akhirnya mereka memungut kembali sayuran yang berjatuhan karena pertarungan tadi. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, guru Shiki telah menunggu kedatangan mereka karena hari akan segera gelap.
" Dari mana aja kalian? Kenapa pulangnya telat?" tanya guru Shiki kepada Ran dan Lin Lin.
" Tadi kami habis dihadang oleh sekelompok bandit, salah satu dari mereka berhasil melukai Lin Lin." Jawab Ran.
" Syukurlah kalau kalian tidak terluka parah, biarkan aku yang memasak hari ini, kau beristirahat saja Lin Lin." kata guru Shiki.
Setelah membersihkan diri, Ran memberi makan Kukuru. Mereka pun makan bersama seperti biasanya.
" Guru, dimana guru Fang?" tanya Ran yang merasa tidak biasanya guru Fang tidak hadir.
" Oh, dia pergi menjual pedang buatannya di ibu kota kerajaan Beverley." jawabnya.
" Tapi, aku tidak pernah melihatnya menempa pedang disini." Ran ingin mengetahui dimana guru Fang menempa pedangnya.
" Dia menempa pedangnya disebuah perusahaan miliknya, sekarang bukan dia yang menempa secara langsung." kata guru Shiki.
Setelah makan bersama, Ran berjalan-jalan di halaman depan bersama Kukuru menikmati keindahan malam. Dari kejauhan terlihat anak panah yang mengarah kepada Kukuru, Ran dengan sigap menangkis anak panah tersebut.
Ia mengetahui bahwa pemanah misterius itu mengikutinya sampai sini, ia menyuruh pemanah misterius tersebut untuk keluar dan memperlihatkan dirinya.
" Kalau berani muncullah di hadapanku!" seru Ran.
Dua anak panah tiba-tiba kembali mengarah kepada Ran dan Kukuru, Ran menangkis semua anak panah yang mengarah kepadanya dan Kukuru dengan tongkat Riu Jing Hao.
Kemudian ia menyuruh untuk menampakkan dirinya " Keluar kau pemanah misterius!!" seru Ran.
Akhirnya, pemanah misterius tersebut menunjukkan jati dirinya. Ran pun mulai bertanya " Kenapa kau mengikuti ku, apa tujuanmu menyerang ku?"
" Aku hanya ingin mengetes mu." jawabnya.
" Mengetes?" Ran merasa kebingungan dengan jawabnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments