Setelah sampai di rumah pertapa Fang, mereka memutuskan untuk membersihkan diri dan mulai beristirahat. Fang yang sedari tadi duduk di halaman belakang sambil memandangi langit akhirnya mulai didatangi Shiki bersama Ran dan Lin Lin.
" Fang, apakah kami mengganggumu?" Tanya Shiki.
" Oh, kalian, kemari lah aku ingin menanyakan sesuatu kepada kalian" Jawab Fang kepada mereka.
" Apa yang ingin kau tanyakan kepada kami wahai pertapa Fang?" Tanya Ran sambil penasaran.
" Jadi apa tujuan kalian menemui ku?" Tanya Fang.
" Tujuanku datang kesini tidak lain hanya untuk mengantarkan kedua anak ini yang ingin menemui mu dan juga bertemu sahabat lamaku." Jawab Shiki.
" Lantas apa tujuan kalian berdua menemui ku?" Tanya Fang kepada Ran dan Lin Lin.
Ran mencoba menjelaskan tujuannya datang kesini.
" Sebelum kami berdua memutuskan datang kesini, kami telah mengalami musibah yang sangat tragis. kedua orang tua kami terbunuh serta penduduk desa lainnya. Mereka terbunuh oleh sekelompok orang berjubah hitam. Kami berhasil selamat dari sekelompok orang-orang itu dan aku bertekad untuk terus menjadi lebih kuat agar bisa membalaskan dendam."
Pertapa Fang merasa sedih, air mulai keluar dari matanya setelah mendengar kejadian yang menimpa mereka berdua.
" Jadi tujuan kalian berdua datang kesini hanya untuk berguru bersamaku."
"Iya betul, kami kesini ingin berguru dan belajar berpedang agar bisa menjadi lebih kuat. Mohon terima kami menjadi muridmu." Jawab Ran sambil memohon agar diterima menjadi murid pertapa Fang.
" Baiklah, aku menerima kalian berdua menjadi muridku. Sekarang kalian istirahat terlebih dahulu, besok pagi kalian akan berlatih bersama Shin.
Ran dan juga Lin Lin merasa sangat senang karena diterima menjadi muridnya pertapa Fang. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat dan mulai masuk menemui Shin yang sedang merapikan tempat untuk istirahat mereka.
" Apakah kau juga ingin menjadi muridku?" Tanya Fang kepada Shiki sambil bercanda.
" Ah, aku lebih hebat dari pada kau." Jawab Shiki sambil sedikit menyombongkan diri.
" Kenapa bukan kau yang melatih mereka?" Tanya Fang sekali lagi sambil bercanda.
" Aku sudah memberikan tongkat Riu Jing Hao kepada Ran."
Akhirnya mereka berdua berbincang bincang serta bercanda mengingat masa lalu yang telah mereka lalui. Setelah semuanya sudah tertidur lelap, Fang bersama Shiki mulai pergi ke sebuah makam dekat sumur tua diatas bukit.
•••
Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Fang menyuruh Shin untuk segera membangunkan Ran dan Lin Lin. Setelah Ran dan Lin Lin bangun, Fang menyuruh mereka bertiga untuk melakukan lari mengelilingi hutan sembari mencari kayu bakar untuk latihan pertama.
Akhirnya Ran bersama Lin Lin mulai berlari menyusuri hutan dengan dipandu oleh Shin. Ketika mereka bertiga mulai berlari, Fang memulai bermeditasi dengan merasakan hawa dinginnya pagi hari.
" Shin, kalo boleh tahu kita disuruh berlari berapa kilometer?" Ran mulai bertanya kepada Shin.
" Biasanya, aku dan teman-temanku disuruh berlari kurang lebih 10 kilometer. Itu sama saja dengan mengelilingi bukit itu." Jawab Shin sambil terus berlari.
" Dimana teman-temanmu? Sudah berapa lama kamu menjadi murid pertapa Fang?" Tanya Ran kepada Shin.
" Teman-temanku telah terbunuh oleh pasukan iblis pada saat menyelamatkan desa. Aku baru dua tahun menjadi murid guru Fang." Jawabnya.
Meraka terus berlari sembari menceritakan kisah hidupnya masing-masing. Mereka pun semakin akrab satu sama lain setelah berbincang-bincang. Kemudian Lin Lin meminta untuk beristirahat sejenak karena sudah merasa kelelahan.
Karena dari tadi pagi mereka belum makan, Ran memutuskan untuk mencari makanan di hutan sendiri. Lin Lin akhirnya mulai berani berbicara dengan Shin, walaupun agak sedikit canggung. Setelah Ran kembali membawa beberapa buah yang ia dapatkan di hutan, akhirnya mereka pun makan bersama-sama.
Setalah dirasa cukup lama beristirahat, mereka pun mulai kembali berlari. Ketika mereka sedang berlari di hutan, tiba-tiba datanglah segerombolan serigala. Shin menghalau serigala yang ingin menyerang, tak lama kemudian Ran mencoba melawan serigala dengan tongkat sakit pemberian kakek Shiki. Akhirnya mereka bertarung melawan segerombolan serigala tersebut.
Akhirnya segerombolan serigala tersebut berhasil dipukul mundur oleh Ran dan Shin. Ran kewalahan ketika mengunakan tongkat Riu Jing Hao. Karena ia belum terbiasa mengunakannya, akhirnya Ran merasa kelelahan.
Hari semakin siang, Lin Lin sudah tidak kuat lagi untuk berlari, akhirnya Shin memutuskan untuk menggendong Lin Lin. Mereka pun kembali beristirahat di pinggiran sungai, Shin memutuskan untuk pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar seorang diri. Sedangkan Ran disuruh oleh Shin untuk menjaga Lin Lin terlebih dahulu.
Langit mulai menggelap pertanda akan turun hujan, Shiki mengkhawatirkan keadaan mereka, karena sedari tadi belum sarapan.
" Fang, apakah kita susul saja mereka?"
" Tidak perlu, Shin sudah terlatih cukup lama. Tenang saja, mereka pasti baik-baik saja." Jawab Fang kepada Shiki yang merasa khawatir.
Hujan pun turun, akhirnya mereka pulang dengan membawa kayu bakar yang dibawa oleh Ran. Shin kembali sambil mengendong Lin Lin yang tak kuat berlari.
" Akhirnya kalian pulang juga. Cepat sana ganti baju kalian yang basah, habis itu kita makan bersama." Seru Fang sambil tersenyum kepada mereka karena telah melewati latihan pertama.
Setelah membersihkan diri, mereka pun mulai makan bersama. Kukuru yang sedari tadi menunggu kepulangan Ran mulai menuju ke arah Ran yang kemudian naik ke pundaknya.
" Lin Lin, besok kamu tidak akan latihan dahulu, biarkan mereka berdua yang latihan." Kata guru Fang menyuruh Lin Lin untuk tidak latihan besok.
" Baiklah." Jawab Lin Lin.
" Luka cakaran dapat dari mana itu Ran?" Tanya Shiki yang merasa khawatir kepada Ran.
" Tadi kami bertarung dengan segerombolan serigala dan tidak sengaja ada satu serigala yang menyerang ku dari belakang." Jawab Ran kepada Shiki.
Mereka makan bersama sambil berbincang-bincang tentang latihan pertama mereka. Setelah mendengar cerita Ran, bahwa ia kewalahan mengendalikan tingkat Riu Jing Hao, akhirnya Shiki memutuskan untuk melatih Ran mengunakan tongkat Riu Jing Hao. Shiki bersedia melatih Ran asalkan ia berhasil melewati latihan fisik yang akan diberikan oleh guru Fang.
Pada saat hari kedua, Fang membangunkan Shin dan Ran ketika matahari belum terbit, udara masih sangat dingin. Fang menyuruh mereka untuk pergi mengambil air di sumur atas bukit.
" Kalian berdua segeralah bersiap untuk mengambil air!" Seru Fang kepada Shin dan Ran.
Akhirnya mereka berdua bergegas mengambil wadah dibelakang. Mereka disuruh berlari untuk mencapai bukit dan masing-masing membawa dua buah kendi berisi air sebanyak sepuluh kali.
" Shin, apakah kamu selalu disuruh mengambil air begini?" Tanya Ran kepada Shin.
"Iya, tapi dulu aku cuma disuruh mengambil air lima kali." Jawabnya.
Sesampainya di sumur itu, Shin dan Ran bergantian mengambil air. Mereka mengisi kendi air bersama, mereka juga turun dari bukit bersama-sama.
Setelah sampai di rumah, mereka langsung mengisi kendi besar yang ada di halaman belakang. Setelah mengisi kendi besar tersebut, mereka pun lanjut berlari ke atas bukit untuk mengambil air kembali.
Matahari mulai menampakkan dirinya pertanda pagi akan segera tiba. Shiki membangunkan Lin Lin yang sedang tertidur bersama Kukuru.
Setelah Lin Lin bangun, ia disuruh untuk ke halaman belakang menemukan Fang dan berlatih bersama. Shiki menghampiri Fang yang sedang bermeditasi, ia menanyakan latihan apa yang akan diberikan kepada Lin Lin.
Lin Lin pun datang ke halaman belakang dengan ditemani oleh Kukuru.
" Lin Lin, ikutlah bermeditasi bersamaku terlebih dahulu, sebelum memulai latihan!" Seru Guru Fang.
" Shiki, apakah kamu ingin ikut bermeditasi atau kamu akan mengawasi mereka berdua dalam mengambil air?" Tanya Fang kepada Shiki.
" Aku, akan mengawasi mereka saja." Jawabnya.
Shin dan Ran kembali mengisi kendi besar tersebut dan melihat Lin Lin yang sedang ikut bermeditasi bersama guru Fang. Setelah selesai mengisi kendi besar tersebut, mereka melanjutkan mengambil air.
Kukuru mengikuti Ran yang sedang berlari, akhirnya Kukuru ikut bersama mereka dalam mengambil air. Mereka telah mengambil air sebanyak lima kali dan Kakek Shiki menyuruh mereka untuk beristirahat terlihat dahulu.
Mereka pun makan makanan yang telah dibuat oleh Lin Lin bersama Kakek Shiki. Setelah merasa puas dan kenyang, mereka disuruh kembali mengambil air di atas bukit. Mereka berdua pun lanjut berlari ke atas bukit dengan ditemani oleh Kukuru.
Ketika matahari telah berada di atas kepala, mereka baru mengisi kendi besar tersebut sebanyak delapan kali. Mereka berdua memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di bawah pohon yang rindang. Ketika mereka berdua hampir terlelap, rintik-rintik hujan mulai turun secara perlahan.
" Shin bangun!" Seru Ran yang sedang membangunkan Shin.
" Ayo kita segera melanjutkan mengisi air!" Seru Shin.
Mereka pun bergegas mengisi air dan kembali ke rumah. Setelah sampai rumah, Ran menyuruh Kukuru untuk tidak mengikuti mereka. Mereka melanjutkan berlari untuk mengambil air yang terakhir.
Hujan mulai lebat dengan beberapa sambaran petir yang menggelegar. Mereka terus berlari untuk mengambil air di atas bukit. Ketika dalam perjalanan, jalan yang mereka lalui terendam longsor akibat hujan yang deras dan membuat jalanan menjadi licin.
" Huh! Bagaimana ini, Shin apakah ada jalan lain." Tanya Ran.
" Ada, tapi kita harus memutar dan itu sangat jauh." Jawab Shin.
" Padahal tinggal satu kali lagi kita mengambil air." Ran dengan wajah putus asa.
" Apakah kamu mau mengambil jalan memutar tapi itu sangat jauh?" Tanya Shin.
" Baiklah, kalau itu jalan satu-satunya. Kita pergi sekarang." Jawabnya.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk memutar dikarenakan jalan yang mereka lalui terendam longsor. Hujan turun sangat deras membuat jalan yang mereka lalui menjadi licin.
Ketika mereka sedang berlari, jalan yang hendak mereka berdua lalui mengalami longsor yang membuat jalannya menjadi kecil.
" Bagaimana mana ini? Disini juga longsor." Kata Shin.
" Apakah ini jalan satu-satunya Shin?" Tanya Ran.
" Iya, kita harus tetap melewati jalan ini jika ingin mengambil air." Jawab Shin.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sedang hati-hati karena jalannya rawan longsor. Mereka berjalan secara perlahan dan berhati-hati melewati jalanan yang mengecil karena longsor.
Setelah mereka berdua berhasil melewati jalan yang terkena longsor. Mereka pun mulai kembali berlari agar segera sampai ke sumur itu. Sesampainya di sumur itu, Ran meminta kepada Shin untuk beristirahat sejenak.
" Shin, kita istirahat sejenak sambil menunggu hujan agak reda."
" Baiklah." Jawabnya.
Setelah dirasa hujan agak reda, mereka pun mengambil air dan segera kembali ke rumah. Ketika hendak melewati jalan yang terkena longsor mereka pun mulai berhati-hati. Ketika sudah berada ditengah-tengah jalan, tiba-tiba Ran terpeleset, untung saja Shin dengan sigap menangkap tangan Ran yang hendak jatuh ke jurang.
" Huh, makasih ya Shin." Ran berterima kasih kepada Shin karena telah menolongnya.
" Iya, sama-sama."
" Maaf, karna aku kendi yang kita bawa harus pecah." dengan muka menyesal dan jantung yang berdebar kencang, Ran meminta maaf kepada Shin.
" Tidak apa-apa, lagian yang terpenting kamu selamat dan juga masih ada satu kendi milikku." Jawabnya.
Hujan mulai reda, Lin Lin sangat khawatir kepada mereka berdua yang sedari tadi belum kembali. Kemudian datanglah Kakek Shiki yang menenangkan Lin Lin karena merasa khawatir.
Tidak lama kemudian mereka berdua akhirnya kembali dengan membawa satu kendi berisi air. Shin menyuruh Ran untuk membawa kendi tersebut.
" Kenapa kalian hanya membawa satu kendi dan dimana tiga kendi lainnya?" Tanya guru Fang kepada mereka berdua.
" Maaf ini salahku, karna tadi aku tergelincir dan membuat kendi lainnya jatuh ke jurang." Dengan muka menyesal Ran menjawabnya.
" Tidak, ini bukan salah Ran, jika saja aku tidak memilih memutar jalan karena terendam longsor, mungkin Ran tidak akan tergelincir." Jawab Shin sambil membela Ran.
" Baiklah kalau begitu, urusan tiga kendi itu tidak usah dipikirkan, yang penting kamu selamat Ran." Kata guru Fang.
Mereka berdua mulai masuk dan akan membersihkan diri dari lumpur yang mengotori baju mereka. Setelah membersihkan diri, mereka disuruh oleh guru Fang untuk membantu Lin Lin menyiapkan makanan untuk nanti malam.
Malam pun tiba, mereka semua makan bersama-sama sambil bercerita. Guru Fang bersama kakek Shiki menceritakan kisah hidupnya pada saat mereka masih kecil, yang hidup bersama di sebuah kamp pengungsi. Setelah melewati malam yang panjang mendengarkan cerita kisah mereka berdua. Akhirnya mereka semua memutuskan untuk tidur dan akan memulai latihan lagi esok hari.
Tidak terasa sudah satu minggu Ran, Lin Lin, Kukuru dan kakek Shiki berada dikediaman guru Fang. Selama satu minggu ini Ran hanya disuruh untuk berlari ke hutan untuk mencari kayu bakar dengan Shin dan juga berlari ke atas bukit untuk mengambil air.
Sedangkan Lin Lin selama satu minggu ini hanya berlatih bermeditasi dan diajarkan memasak oleh kakek Shiki. Lin Lin juga sesekali pergi ke desa terdekat untuk mencari bahan makan dengan ditemani oleh Kukuru dalam mencari bahan makanan yang disuruh oleh kakek Shiki.
" Lin, sudah satu minggu kita disini tapi kita hanya disuruh dan tidak dilatih bela diri." Kata Ran yang merasa agak kecewa.
" Tenang saja, mungkin guru Fang ingin menguji kemampuan fisikmu Ran." Kata Shin yang berada disitu.
" Mungkin." Jawab Ran.
" Eh, apakah kamu tidak ingat? Kalau kakek Shiki ingin melatih mu menggunakan tongkat Riu Jing Hao, tapi kamu harus melewati latihan fisik yang diberikan guru Fang." Kata Lin Lin.
" Iya, aku ingat." Jawab Ran sambil mulai bersemangat kembali.
Mereka bertiga pun kembali melanjutkan latihan yang telah diberikan oleh guru Fang tanpa merasa berkecil hati. Mereka terus melakukan apa yang disuruh oleh guru Fang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments