Demon Sword Commander
Awan gelap ditengah malam serta hujan mengguyur daratan sekitarnya. Perang tak berkesudahan, telah terjadi dimana-mana. Sekelompok meninggalkan desa dan menghilang seiring berjalannya waktu.
•••
Di sebuah desa kecil di bagian Utara yang terletak jauh dan terpencil dari kerajaan Beverley. Atau bisa disebut dengan wilayah North Valley.
Sekelompok orang yang mengenakan jubah berwarna hitam melakukan pembantaian di wilayah North Valley. Mereka menjarah harta benda yang di miliki oleh penduduk desa dan tidak segan-segan untuk membunuh para penduduk desa. Tidak lupa mereka juga membakar desa tersebut.
•••
Beberapa saat kemudian, hujan pun mulai turun perlahan dan terlihat seorang anak yang sedang membuka mulutnya untuk mereguk titik-titik air hujan yang berjatuhan. Sepertinya dia dalam keadaan sekarat dan tubuhnya penuh luka bakar, tapi masih bisa bergerak dan kepalanya terasa agak sakit.
Ran maru yang terbaring lemah tak berdaya akhirnya membuka matanya dan melihat sekeliling yang porak poranda akibat desa yang terbakar. Dia juga terkejut melihat begitu banyak mayat-mayat yang terbaring dalam kondisi mengenaskan.
Ran akhirnya sadar dan perlahan duduk sambil merenungkan nasibnya.
“ Apakah ini hanya mimpi? Tapi ini terasa nyata dan menyakitkan.”
Walaupun dalam keadaan sekarat dan penuh luka bakar, dia mencoba mengingat kejadian yang telah terjadi. Dia ingat beberapa kejadian tersebut, bahwa desanya telah di serang oleh sekelompok orang tak dikenal yang menggunakan jubah berwarna hitam. Serta dia juga ingat bahwa keluarganya terbunuh dan dia selamat berkat Ibunya yang telah menyuruhnya untuk masuk dan bersembunyi di dalam kerajaan sayuran.
Dia masih memikirkan keluarganya serta penduduk desanya yang terus terbayang-bayang di dalam kepalanya. Tiba-tiba, ada sesuatu yang bergerak-gerak di antara reruntuhan bangunan rumah yang terbakar.
Dia mencoba mendekati reruntuhan itu secara perlahan memastikan ada sesuatu dibalik reruntuhan tersebut. Ternyata yang ada dibalik reruntuhan itu ialah Kukuru, seekor kelinci peliharaan Ran.
" Huh, ternyata kau Kukuru. Bikin terkejut aja." Sambil menghela nafas.
Akhirnya Ran dan Kukuru mencoba mencari benda-benda yang masih dapat digunakan kembali disekitar puing-puing bangunan yang hangus terbakar oleh api. Namun hujan semakin lebat dan mengharuskan Ia mencari tempat berteduh dari hujan yang terus-menerus berjatuhan dari langit.
•••
Setelah dirasa hujan mulai mereda, Ran bersiap-siap untuk mencari benda-benda yang masih bisa digunakan kembali dan tak lupa juga mencari sisa-sisa makanan yang tersisa dan layak untuk dimakan.
Ran yang ditemani Kukuru mulai menyusuri desa dan melihat sekeliling. Setelah beberapa waktu menyusuri desa, Ran bersama Kukuru akhirnya menemukan makanan dibalik reruntuhan rumah penduduk. Tidak lama kemudian, Ia mendengar suara seseorang yang sedang menangis. Suara itu semakin terdengar jelas, Ia mencoba melihat sekeliling dan menghampiri suara itu dengan ditemani Kukuru.
" Kukuru, apakah kau mendengar suara anak yang sedang menangis?"
Kukuru pun mengangguk pertanda ia juga mendengar suara tersebut.
Setelah sekian lama mencari dan menoleh ke sana kemari akhirnya Ia menemukan sumber suara tersebut ada dibelakang reruntuhan. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang anak perempuan yang sedang menangis disamping mayat orang tuanya.
Kesedihan dimata anak perempuan itu terlihat jelas oleh Ran. Ia pun terdiam beberapa saat dan mulai mengingat kembali keluarganya yang juga telah terbunuh.
" Hey, apakah hanya kau yang berhasil selamat dari orang-orang itu?"
"Iya, hanya aku yang selamat." Sambil terus menangis
" Bagaimana caramu agar bisa selamat?" Tanya Ran sekali lagi.
" Pada..Pada saat itu aku sedang berada di hutan untuk mencari kayu bakar. Ketika sedang mengumpulkan kayu bakar, aku melihat banyaknya kumpulan asap berwarna hitam yang berasal dari desa. Aku pun buru-buru kembali ke desa sambil meninggalkan kayu bakar yang telah ku kumpulkan dan langsung berlari ke arah desa." Sambil masih terus menangis
" Berarti kau tidak berada di desa saat kejadian itu."
"Iya, setelah hujan turun aku melihat sekeliling desa terdapat banyak darah yang berceceran dimana-mana bersama dengan para penduduk desa yang tergeletak tak bernyawa." Anak perempuan itu menceritakan kenapa dia bisa selamat dari pembantaian sambil masih terus menangis.
" Siapa namamu?" Tanya Ran sekali lagi sambil memberikan sebuah apel kepadanya.
" Lin Lin... Namaku Lin Lin." Jawabnya sambil terisak-isak dan mengusap air matanya.
" Lin Lin, maukah kau ikut denganku. Mengingat sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan di desa ini dan kayaknya cuma kita berdua yang tersisa."
" Huh!" Kukuru merasa kesal kepada Ran karena tidak menganggapnya ada dan mulai menggigit tangan Ran sambil memperlihatkan muka marah kepada Ran.
" Aduh! Sakit! Kukuru, apa yang kau lakukan."
Seru Ran menahan rasa sakit setelah digigit Kukuru.
Akhirnya Ran tahu kenapa Kukuru menggigitnya " Baiklah, kita bertiga."
Kukuru mulai merasa senang kembali, setelah Ran mengganggap-nya. Lin Lin sampai tertawa dan menghentikan air matanya ketika melihat tingkah lucu Kukuru kepada Ran.
" Hahaha, kalian lucu sekali." kata Lin Lin sambil menghentikan tangisan air matanya
Setelah beberapa hari, akhirnya mereka pun sudah semakin membaik dan mulai bergerak untuk bersiap-siap meninggalkan desa. Sebelum meninggalkan desa, mereka memutuskan untuk menguburkan jasad para penduduk desa.
Akhirnya mereka berdua hanya bisa merenungkan nasib tragis yang mereka lalui. Mereka sama-sama terdiam tak bicara sepatah kata pun. Lalu mereka duduk bersama dan larut dalam kesedihan.
" Ran, apa yang akan kamu lakukan setelah ini? Apakah kau akan pergi?" Tanya Lin Lin kepada Ran.
" Aku akan pergi mengembara untuk mencari tahu siapa dalang dibalik semua kejadian ini dan mencari tahu apa motifnya. Aku juga akan mencari seseorang yang bisa menjadikanku lebih kuat dan tak terkalahkan agar bisa membalaskan dendam." Jawab Ran sambil merasa kesal kepada sekelompok orang yang telah membantai desanya.
" Baiklah kalo begitu, hati-hati di jalan dan semoga sukses Ran." balas Lin Lin kepada Ran sambil bersedih karena akan ditinggal oleh Ran.
" Apakah kau mau ikut denganku mengembara Lin Lin?" Tanya Ran kepada Lin Lin.
" Benarkah, aku boleh ikut denganmu." Jawab Lin Lin yang mulai merasa senang karena diajak oleh Ran.
Kukuru merasa sedih dikiranya ia akan ditinggal oleh Ran dan juga Lin Lin untuk pergi mengembara.
" Kukuru, apakah kau juga mau ikut pergi mengembara?" Tanya Ran.
" Hem.. Hem." Kukuru mulai mengangguk pertanda ia setuju dengan ajakan Ran.
•••
Sudah tidak terasa 1 Minggu telah berlalu sejak kejadian pembantaian tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi mengembara hari ini setelah menyiapkan perbekalan. Mereka akan pergi mengembara ke arah timur untuk mencari seorang pertapa tua yang juga seorang ahli beladiri dan penempa pedang yang tinggal di dalam hutan belantara.
" Ran kita akan pergi kemana?" Tanya Lin Lin kepada Ran.
" Kita akan pergi ke arah timur untuk mencari pertapa tua."
" Siapa pertapa yang kau maksud Ran?" Tanya Lin Lin sekali lagi.
" Kalo tidak salah Ayahku dulu pernah cerita bahwa namanya adalah Fang." Jawab Ran.
Ran masih belum tahu pasti siapa itu pertapa Fang dan tidak tahu seperti apa orang. Karena selama ini ia hanya mendengar cerita dari Ayahnya yang suka menceritakan padanya saat ia masih kecil.
Pertapa Fang adalah seorang ahli beladiri diri dan penempa pedang terhebat pada zamannya. Seiring berjalannya waktu nama pertapa Fang mulai menghilang dan hanya sebagian orang di dunia yang mengetahui namanya.
Setelah menyiapkan perbekalan untuk perjalanan panjang, akhirnya mereka pun mulai berangkat dan pergi ke arah timur untuk mencari pertapa Fang.
Setelah memulai perjalanan, tidak terasa sudah satu hari mereka berjalan, mereka masih belum sampai ketempat yang dituju. Menurut cerita yang diceritakan oleh Ayahnya Ran, jarak dari desa ke kediaman pertapa Fang kira-kira harus ditempuh selama 2-3 hari.
Akhirnya setelah berjalan cukup lama, mereka memutuskan untuk beristirahat dahulu disebuah Gua yang letaknya tidak jauh dari mereka. Didekat gua tersebut terdapat sungai yang mengalir deras, air jernih dan dipenuhi oleh macam-macam ikan.
Ran dan Kukuru pergi mencari ikan, sedangkan Lin Lin berada didalam gua untuk menjaga barang bawaan yang mereka bawa. Dirasa hari mulai gelap, Ran dan Kukuru kembali ke tempat Lin Lin. Mereka menyatakan buruan ikan-ikan yang berhasil Ran dapatkan.
Setelah melewati malam yang panjang, akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan menyusuri aliran sungai. Hari berganti hari mereka lalui tanpa henti dan akhirnya mereka menemukan sebuah desa di dekat aliran sungai. Mereka memutuskan untuk beristirahat di desa tersebut guna mengisi kembali perbekalan yang mulai menipis.
Sesampainya di desa tersebut, Meraka melihat sebuah pohon besar nan lebat didekat desa. Akhirnya mereka memutuskan beristirahat di pohon tersebut.
Lin Lin bersama Kukuru pergi ke desa untuk mengisi kembali perbekalan, sedangkan Ran menjaga barang bawaan. Saat Ran hampir terlelap, langit-langit mulai mengelap, angin berhembus kencang dan rintik-rintik hujan mulai turun.
Ran mulai bangun dan bergegas pergi mencari tempat berteduh. Hujan mulai deras, akhirnya Ran menemukan tempat berteduh di suatu rumah dekat situ. Hujan deras itu seperti air terjun yang turun dari langit mengguyur sekitarnya.
Sesampainya di rumah tersebut, ia mendengar langkah kaki dari dalam rumah. Pintu mulai terbuka dan muncul seorang pria tua.
" Siapa kamu? Sedang apa kamu di rumah saya?" Tanya pria tua tersebut.
" Maaf, bolehkah saya berteduh sebentar disini sambil menunggu hujan reda. Setelah hujan reda saya akan pergi.
" Anak muda, Siapa namamu?" Tanya pria tua itu lagi.
" Namaku Ran, Ran Maru" Jawabnya.
Pria tua itu pun mengajak Ran untuk berteduh di dalam rumahnya sembari menunggu hujan reda. Pria tua itu terus memandangi wajah Ran sambil mengelus dagunya.
" Mohon maaf, kalau boleh tahu, Kakek ini siapa?" Tanya Ran sambil mundur kebelakang secara perlahan.
Kakek tua itu pun seketika terdiam sejenak sambil terus memandangi wajah Ran.
Akhirnya kakek itu pun menjawabnya " Nama saya adalah Shiki, pemilik rumah ini."
" Kalo boleh tahu, kenapa sedari tadi kakek terus memandangi wajah saya." Tanya Ran sambil merasa keheranan karena dipandangi secara terus menerus.
" Kamu ini mirip seperti cucuku yang telah tiada 2 tahun lalu karena diserang oleh segerombolan monster yang menyerang desa." Jawab kakek sambil mengingat masa cucunya.
2 jam telah berlalu, Ran yang berada di rumah kakek Shiki menceritakan tentang desanya yang dibantai dan tujuannya untuk mencari seorang pertapa bernama Fang. Kemudian kakek Shiki pergi ke dalam untuk mengambil sebuah kotak.
Kakek Shiki yang memegangi sebuah kotak kemudian membersihkannya dari debu dan memeriksanya secara hati-hati. Dirasa kotak itu telah bersih dari debu dan tidak ada kerusakan pada kotak tersebut, akhirnya kakek Shiki memberikan kotak itu kepada Ran.
" Anak muda, terimalah kotak peninggalan cucu Kakek."
" Bukankah ini milik cucu Kakek, apakah saya berhak mengambilnya?" Tanya Ran yang merasa bingung karena kakek Shiki memberikan sebuah kotak milik cucunya.
" Sekarang kotak ini menjadi milikmu, kamu berhak mengambilnya."
Setelah menerima kotak itu, Ran mulai membuka kotak itu walaupun agak sulit terbuka. Ia sangat terkejut karena di dalam kotak tersebut terdapat sebuah tongkat kecil yang memancarkan cahaya berkilau.
Ran merasa sedikit aneh kepada Kakek Shiki karena memberinya sebuah tongkat kecil berukuran sumpit. Beberapa waktu berlalu, kemudian Ran mulai memegang tongkat itu. Cahaya yang terdapat pada tongkat itu perlahan-lahan mulai memudar. Tiba-tiba tongkat itu mulai membesar dan kembali ke ukuran normalnya.
" Anak muda, tongkat itu adalah tongkat sakti, tongkat itu juga dapat mengecil dan membesar tergantung kemauan si penggunanya."
•••
Hujan pun mulai mereda, Ran ingin berpamitan kepada Kakek Shiki untuk mencari kedua temannya. Namun, Kakek Shiki melarangnya untuk membawa barang bawaannya dan menyuruhnya untuk menginap satu malam di rumahnya.
Selang beberapa waktu, Ran akhirnya menemukan Lin Lin dan juga Kukuru di dekat pohon besar. Lin Lin yang basah kuyup sambil membawa sekeranjang buah apel beserta makanan pokok lainnya. Ran mengajak Lin Lin dan Kukuru untuk pergi ke rumah kakek Shiki.
Sesampainya di rumah kakek Shiki, Lin Lin disuruh untuk menganti baju yang basah karena diguyur hujan. Dirasa hari mulai gelap, Kakek Shiki menyuruh mereka untuk menginap dan melanjutkan perjalanan esok hari.
Pada saat malam hari, kakek Shiki menceritakan kisahnya yang kenal betul dengan pertapa Fang. 35 tahun yang lalu, kakek Shiki dan pertapa Fang adalah seorang Jenderal perang Kerajaan Beverley.
Pada saat kejayaan kerajaan Beverley, Shiki dan Fang berhasil menaklukkan beberapa kerjaan berkat sang ahli tak-tik Gon yang juga merupakan sahabat mereka. Kami bertiga menjelma menjadi jenderal perang yang ditakuti pada masanya sebelum.
•••
Keesokan harinya, kakek Shiki memutuskan untuk menemani mereka pergi ke kediaman pertapa Fang. Ran, Lin Lin dan kakek Shiki bersiap untuk perjalanan ke hutan tempat tinggal pertapa Fang.
Akhirnya mereka pun berangkat ke hutan ditemani kakek Shiki untuk memandu jalan ke rumah pertapa Fang. Kakek Shiki ingin sekali bertemu kawan lamanya yaitu Fang.
Pada saat perjalanan menyusuri hutan, mereka dihadang oleh seekor monster ular raksasa. Disitulah Ran mengeluarkan tongkat sakti yang bernama Riu Jing Hao untuk melawan ular raksasa tersebut. Disitulah kekuatan besar yang ada didalam Riu Jing Hao terlihat dalam melawan ular raksasa itu.
Ular raksasa itu dihantam terus menerus tanpa henti oleh Ran mengunakan Riu Jing Hao. Akhirnya ular itu dapat dikalahkan dan tongkat sakti itu telah menemukan tuan barunya.
Sesampainya di kediaman pertapa Fang, mereka disambut oleh murid satu-satu Fang yang bernama Shin. Fang menyambut mereka dengan hangat. Akhirnya kakek Shiki bertemu sahabat lamanya setelah sekian lama tak pernah bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Yurika23
mampir ya Thor...
2024-11-25
0
Agis
aku mampir kakak, semangat nulisnya.
2024-03-09
2