Vespa jadul warna biru telur asin yang dikemudikan oleh bang Eross melaju membelah jalanan kota Jogja di pagi hari ini. Seperti biasa, setiap pagi bang Eross selalu mengantarkanku ke sekolah. Kebiasaannya mengantarkanku ke sekolah itulah yang membuat bang Eross menjadi salah satu Idola bagi cewek-cewek di sekolahku. Mau tahu bagaimana terkenalnya bang Eross dan digilai oleh teman-temanku? Nanti aku beritahu.
Harum aroma aspal yang basah setelah diguyur hujan semalam mulai menguar, memenuhi indera penciuman. Yang membuat aroma segar semakin kian terasa. Tubuh pun juga terasa segar untuk mengawali pagi hari ini dengan penuh semangat.
Aku turun dari vespa jadul milik bang Eross setelah sampai di depan gerbang sekolah. Kulepas helm dari kepala dan aku berikan ke arah abangku ini. Helm itu sengaja aku berikan ke bang Eross untuk dibawa pulang. Karena terlalu ribet, jika aku harus menitipkan helm di pos satpam.
"Sekolah yang rajin. Tidak sampai satu tahun kamu sudah harus menghadapi ujian nasional dan bersiap untuk kuliah."
"Iya Bang. Bukankah Abang tahu kalau aku ini selalu rajin?"
Tidaklah mengapa bukan jika aku sedikit menyombongkan diri? Karena pada kenyataannya aku ini salah satu siswa rajin dan tekun. Tidak mengherankan jika aku selalu mendapatkan peringkat di kelas maupun pararel.
Kulihat bibir bang Eross mencebik. Sepertinya dia akan menyanggah kata-kataku ini. Bahkan bang Eross seperti akan mengeluarkan kata-kata yang akan menjatuhkan harga diriku. Dan benar saja karena sesaat kemudian aku mendengar...
"Rajin apanya? Rajin rebahan? Rajin jajan? Awas, sebentar lagi ujian nasional. Bisa-bisa tidak lulus kamu, hahahaha!"
Aku sedikit geram mendengarkan ucapan bang Eross yang 'memerahkan' telinga ini. Tak perlu berpikir panjang, aku memukul pundak bang Eross.
"Yeeee ... tidak lulus bagaimana? Aku loh Bang selalu juara kelas dan juara pararel. Meskipun Abang sering melihatku rebahan dan jajan tapi yang terpenting hasilnya bukan? Nyatanya aku selalu juara kelas!"
"Halaaahhhh ... itu sih cuma faktor keberuntungan saja. Kalau lagi gak beruntung ya pasti gak akan juara."
Kedua bola mataku terbelalak sempurna. Apa bang Eross bilang? Keberuntungan? Mana ada keberuntungan yang berulang-ulang? Bahkan setiap semester aku selalu mendapatkan juara.
"Ckkcckkk ... keberuntungan? Mana ada keberuntungan yang terus menerus Bang? Aku loh selalu juara sejak kelas sepuluh. Itu tandanya aku memang berprestasi!"
Aku masih menyanggah perkataan bang Eross. Semakin Bang Eross menyerangku, maka aku pun berusaha untuk lebih sombong untuk bisa menandinginya. Padahal aku tahu ini semua tidak ada gunanya.
Eh, tapi kesombongan seperti ini jangan ditiru ya karena bagaimanapun juga sombong itu tidaklah baik. Dan aku pastikan, kesombonganku ini hanya aku tunjukkan kepada bang Eross seorang. Tidak dengan yang lain.
Ada yang tahu karena apa? Itu karena bang Eross selalu saja meledekku sebagai anak pemalas. Padahal sudah ada bukti kongkrit di depan mata bahwa aku selalu mendapatkan peringkat pertama. Namun abang semata wayangku ini selalu menganggap sebagai satu bentuk keberuntungan saja.
Entahlah, dia seakan tidak terima jika aku ini memang benar-benar rajin dan berprestasi. Aku sampai heran, mengapa abangku ini seperti tidak bangga memiliki adik semata wayang yang selalu juara kelas maupun pararel. Abangku juga terkesan tidak percaya bahwa aku benar-benar rajin dan berprestasi di sekolah.
"Hmmmm ... baiklah, terserah kamu saja. Tapi awas kalau sampai kamu tidak lulus di ujian nasional tahun ini. Abang akan menjadi orang pertama yang mengolok-olokmu."
"Tuh kan, mulai lagi. Kalau bicara itu yang baik-baik lah Bang. Jangan sampai di aamiinkan oleh malaikat," cicitku memberi peringatan. Aku khawatir jika ucapan bang Eross ini di aamiinkan oleh malaikat.
"Hahahaha!" Bang Eross tergelak sembari mengacak pelan rambutku. Ia mengulurkan tangannya. "Tidak mau salim dulu sama Abangmu yang tampan ini? Pamali kalau kamu sampai tidak mencium tanganku."
Kulihat bang Eross menaik-turunkan alisnya. Akhirnya, akupun meraih tangan bang Eross dan mencium punggung tangannya.
"Terima kasih Abangku Sayang. Jangan lupa nanti jemput aku seperti biasa."
"Baiklah, jika tidak ada kesibukan, aku akan menjemputmu tapi jika tiba-tiba ada acara, silakan pulang dengan naik Trans Jogja, oke?"
"Hhhhhmmmmm ... roman-romanya, aku akan pulang naik Trans Jogja nih."
"Hahahaha entahlah. Coba lihat nanti."
Kulihat bang Eross mulai menghidupkan mesin vespa warna biru telor asin ini. Baru saja, dia akan menarik gas di tangannya, tiba-tiba ...
"Aaaaaaa .... bang Eross!!!!"
Aku sedikit terhenyak kala pekikan nyaring suara banyak orang yang merembet masuk ke dalam indera pendengaran. Pekikan itulah yang berhasil membuat pandanganku tertuju ke arah sumber suara. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat kumpulan cewek-cewek cantik di sekolahku mulai mengerumuni bang Eross.
"Bang ... foto dulu ya. Saat di kafe aku selalu saja gagal untuk selfie bareng bang Eross!"
"Iya Bang, kita foto dulu ya."
Mesin Vespa yang sebelumnya sudah menyala, kini kembali dimatikan oleh bang Eross. Abangku ini terlihat menyambut fans-fans yang datang menghampirinya.
"Tenang, tenang .... semua pasti akan kebagian untuk berfoto bersamaku. Tapi jangan buat keributan, oke?"
"Siap Bang!"
Aku terperangah melihat teman-teman cewek satu sekolah saling berebut untuk bisa berfoto bersama bang Eross. Entah apa yang menarik dari abangku ini. Wajahnya biasa saja. Rambutnya sedikit gondrong. Penampilannya pun juga terkesan semaunya. Celana jeans robek-robek, t-shirt dan dibalut oleh kemeja. Namun mengapa bisa memiliki banyak penggemar seperti ini?
Ah ... mungkin itu semua karena suara serak-serak basah yang dimiliki bang Eross terdengar begitu seksi. Hingga membuat cewek-cewek di sekolahku mengidolakannya.
Ya, itulah bang Eross. Bang Eross merupakan vokalis grup musik indie yang saat ini tengah naik daun di kotaku. Ia dan grupnya yang diberi nama 'Khlorofil' sering manggung di kafe maupun menjadi pengisi acara pensi yang diadakan oleh beberapa sekolah. Tak mengherankan jika hampir semua orang di kota ini mengenalnya. Terlebih anak-anak muda.
Satu persatu cewek-cewek di sekolahku ini mulai berswafoto bersama bang Eross. Aku masih berdiri terpaku melihat bang Eross yang banyak memiliki penggemar itu. Sungguh tidak pernah aku sangka sama sekali jika aku ini adik dari salah satu vokalis band indie yang tengah naik daun saat ini.
Ditambah semua personil band bang Eross yang juga terkenal begitu ramah dengan para penggemarnya. Mungkin hal itulah yang kemudian membuat band bang Eross mudah diterima di kalangan anak muda di kota ini.
Aku sekilas melirik ke arah bang Eross yang juga tengah melirik ke arahku. Bisa dipastikan wajahnya nampak menyebalkan sekali. Ia seperti membanggakan diri di hadapanku. Tak ingin terlalu lama melihat pemandangan yang justru semakin membuat bang Eross semakin besar kepala, akupun memilih untuk mengayunkan tungkai kaki. Menyusuri lorong-lorong sekolah untuk menuju ruang kelasku yang berada di lantai dua.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
bang eros sm mayor tedy cakep mana🤣🤣🤣
2024-02-29
0
Song Wagyu
bang Eross ini sepertinya sosok abang yang jail tp sayang bgt sama adeknya. hmmmm mau punya kakak seperti itu🥰🥰
2024-02-27
0
novi²⁶
vokalis band itu pasti selalu jd idola bagi kaum hawa. meskipun penampilannya berantakan 🤪
2024-02-26
0