RMS 04. Seperti Terdakwa

Puas mendengarkan wejangan dari nenek Meri, dijamu dengan sajian teh hangat yang begitu nikmat dan pastinya misi untuk mengeringkan baju yang basah karena boba sudah terlaksana, aku bermaksud untuk pulang ke rumah. Aku melirik ke arah jam yang berada di ponsel. Dan waktu sudah menunjukkan pukul lima seperempat sore.

"Amel pulang ya Nek!"

"Hati-hati Sayang!"

Aku melambaikan tangan ke arah nenek Meri yang berdiri di depan halaman sembari mengayuh sepedaku. Setelah niat dan tujuanku datang ke rumah nenek Meri terpenuhi yaitu mengeringkan dan membersihkan baju dari noda-noda boba, akhirnya aku berpamitan untuk pulang. Aku merasa lega karena apa yang aku lakukan dengan diam-diam jajan boba pasti tidak akan ketahuan.

Semburat warna jingga yang sebelumnya terlukis di cakrawala, perlahan menghilang dan terganti dengan langit yang gelap. Dewi malam sudah menampakkan sedikit wajahnya meskipun belum sepenuhnya. Aku mempercepat laju sepedaku untuk bisa segera tiba di rumah sebelum adzan maghrib berkumandang.

Induk-induk burung pipit juga mulai kembali ke sarang. Setelah seharian mencari makan, akhirnya mereka bisa kembali berkumpul dengan anak-anaknya yang begitu sabar menunggu kepulangannya.

Setelah melewati gunung dan juga lembah (hahahaha lebay sekali ya). Setelah melewati ruas-ruas jalan dengan sepeda kesayangan, akhirnya aku pun tiba di rumah. Ku masukkan sepeda ke dalam garasi. Bersisihan dengan sepeda milik abangku.

"Amel pulang!!"

Kulepas flatshoes warna cokelat susu yang membalut telapak kaki dan kuletakkan di dalam rak sepatu. Aku langsung masuk ke dalam rumah yang kebetulan pintu memang dibiarkan terbuka. Saat melintas di ruang tengah, kulihat papa, mama dan bang Eross duduk santai di atas sofa.

Sepertinya Mama dan papa juga baru saja pulang dari toko kue milik kami yang berada di ujung jalan karena mereka masih terlihat memakai baju yang sedikit formal. Persis seperti outfit yang dipakai oleh keduanya saat berada di toko kue.

"Dari mana saja Amelia? Menjelang maghrib seperti ini baru sampai rumah?"

Kulihat wajah mama sedikit sinis. Suaranya juga terdengar tidak seperti biasanya yang manis. Aku pun hanya bisa meringis sambil menahan pipis. Karena wajah mama benar-benar sudah seperti makhluk menakutkan yang sering aku baca di cerita-cerita mistis.

Tak ingin membuat mama murka karena aku pulang menjelang maghrib seperti ini, aku memilih untuk mendaratkan bokongku di sofa persis di sebelah mama. Seperti biasa, aku bergelayut manja di lengan tangan mama.

"Amel dari tempat nenek Meri, Ma. Sudah lama sekali Amel tidak mengunjungi nenek Meri. Maka dari itu Amel sempatkan mengunjunginya."

Mama sedikit merenggangkan pelukannya. Ia memegang kedua bahuku dan mengendus-endus bau tubuhku. Aku heran, mengapa mama melakukan ini. Padahal sudah jelas-jelas badanku kecut dan bau matahari.

"Lihatlah anakmu ini Pa. Dia selalu saja seperti ini, terlihat sangat manja setelah melakukan kesalahan. Ini baru tentang waktu saja yang sudah ia langgar, entah apa lagi yang dilanggarnya di luar sana. Bisa jadi, Amel jajan boba!"

Kulihat mama mendelik ke arahku yang membuatku keki. Dan lagi, mama membicarakan perihal boba? Ya Tuhan, mengapa mama tiba-tiba membicarakan perihal boba? Apakah aku ketahuan? Tapi mama tahu dari mana? Pakaianku saja sudah kering dan tidak meninggalkan jejak.

"Boba? Boba apa sih Ma? Mana berani Amel jajan boba, kan sudah Mama larang. Hehehehe."

Ya Tuhan, maafkan aku karena harus berbohong. Aku tidak mau ketahuan jajan boba karena baru dua bulan yang lalu aku terkena radang tenggorokan yang cukup akut karena keseringan meminum minuman seperti itu. Oleh karena itulah mama dan papa begitu over protective akan kesehatanku.

Aku mencoba bersikap santai. Meskipun hatiku dag dig dug tapi aku tidak ingin jika sampai kebohonganku ini terbongkar.

"Mel, anak gadis itu tidak baik jika pulang main menjelang maghrib seperti ini. Kalau kata orang Jawa ora ilok. Lain kali jangan diulangi lagi!"

Huffttt ... Akhirnya aku bisa bernapas lega karena yang menjadi permasalahan adalah tentang waktu pulang yang menjelang maghrib seperti ini. Jadi, aku rasa perihal boba masih aman terkendali.

Aku hanya menundukkan wajah dan tersenyum kikuk. "Iya Pa, Amel minta maaf."

"Lain kali jangan pulang menjelang maghrib seperti ini. Apa kamu tidak tahu kalau setan-setan berkeliaran di jam-jam seperti ini? Atau mau jika sampai kamu digondol wewe?"

Masukan yang cukup bagus namun terasa benar-benar menusuk jantung hati. Siapa lagi yang berbicara jika bukan abang semata wayangku.

"Iiihhhhh .... Jangan bicara seperti itu dong Bang. Kalau aku benar-benar digondol wewe bagaimana?"

"Maka dari itu jangan ngeyel."

"Iya Bang!"

Suasana sempat hening sejenak setelah topik wewe gombel mencuat menjadi bahan obrolan. Namun tiba-tiba terdengar mama berdehem dan sedikit memecah keheningan yang tercipta.

"Lalu, apakah kamu sudah puas jajan boba? Apakah kamu hanya membeli untuk diri sendiri. Tidak membelikan untuk Mama, papa dan abangmu?"

Tiba-tiba saja bulu kuduk ku dibuat meremang seketika oleh pertanyaan mama. Aku yang sebelumnya sudah bisa menetralisir rasa takut dalam hati, kini tiba-tiba bergidik ngeri. Sepertinya aku akan ketahuan kali ini.

Mama tahu aku membeli boba dari mana? Haduuuhhh bagaimana ini? Sekarang apa yang harus aku lakukan? Padahal baru dua kali seruputan aku menikmati boba, karena setelahnya tumpah tak berbekas.

"M-Mama tahu dari siapa kalau Amel jajan boba? Apakah Mama menyewa jasa intelejen nasional untuk mengawasi gerak-gerik Amel? Atau Mama memiliki ajian sakti mandraguna sehingga bisa tahu apa saja yang Amelia lakukan?"

Aku sedikit tergagap dan bergidik ngeri kala melihat raut wajah Mama yang semakin mengerikan ini. Ya Tuhan, aku seperti seorang terdakwa dalam kasus pencurian yang sedang menanti putusan pengadilan. Padahal hanya dua seruputan boba saja yang membasahi kerongkongan.

"Ckkkckkkkk ... Tidak perlu menyewa jasa intelijen nasional ataupun memiliki ajian sakti mandraguna untuk memantau gerak-gerikmu, Amel. Karena Mama sudah tahu semuanya."

Mama masih bersikap begitu santai sedangkan aku sudah dibuat kalang kabut. Sekarang, aku harus bagaimana ini.

"Ma .... Mama tahu dari siapa Amel jajan boba? Beritahu Amel dong Ma."

Aku merengek karena begitu penasaran. Siapa sebenarnya dalang di balik ini semuanya.

Mama masih terdiam, namun sorot mataku tiba-tiba tertuju pada raut wajah bang Eross yang sepertinya sedang menahan tawa. Ada tawa yang tertahan saat melihat ponsel di tangannya. Namun hal itulah yang benar-benar terlihat mencurigakan.

Untuk memupus semua tanda tanya di dalam dada, aku beranjak dari posisi dudukku di sebelah mama. Tanpa basa-basi aku mengambil ancang-ancang dan...

"Hiyaaaaaa ...."

Hap!!!

"Adudududu sakit Mel. Minggir, badanmu berat!"

Aku bahkan tidak memperdulikan bang Eross yang memekik kesakitan setelah tubuhku menimpanya. Saat ini, aku duduk tepat di pangkuannya. Aku merebut ponsel yang dibawa oleh bang Eross dan betapa terkejutnya aku saat aku lihat isi di dalam ponsel itu.

Ada sebuah video ketika aku menyambangi penjual boba di taman kota tadi. Dan di dalam video ini juga nampak jelas aku menyeruput minuman yang tengah hits yang menjadi minuman terlarang untuk aku nikmati dari papa dan mama.

"Bang Eross!!!!!" pekikku seraya membekap wajah bang Eross dengan bantal sofa.

"Hmmmphh... hmmmppphhh...."

Kudengar bang Eross sedikit tergagap seakan kesulitan untuk bernapas. Buru-buru aku buang bantal sofa itu, takut kalau abangku ini meregang nyawa setelah kehabisan udara.

"Hahahaha selamat menikmati hukuman serjanis selama dua bulan ke depan, adik Abang tersayang."

Mataku terbelalak lebar. Tidak menyangka jika bang Eross masih bisa meledekku di dalam situasi seperti ini.

Aaahhhh .... aku berdecak kesal. Hari ini benar-benar hari yang sungguh istimewa. Di hari ini aku menemukan hal-hal menyebalkan yang membuatku mengelus dada. Sakha, boba, dan abangku semata wayang yang aku cinta.

.

.

.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ🍉

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ🍉

sepandai² amel berbohong pst akan ketauan juga ya mah🤣🤣🤣🤣

2024-02-29

0

Song Wagyu

Song Wagyu

wkwkkkk bang Eross... gk nyangka, trnyata lu musuh dalam selimut🤣 tega amat sih sama adeknya

2024-02-27

0

novi²⁶

novi²⁶

bang Eross sudah seperti duri dalam daging ya Mel🤭 sabar ya

2024-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!