Bab 2 - Berubah

Pagi Caroline akhirnya tidak dibangun Jeslyn. Dia bangun dan bersiap menuju kantor barunya. Kembali mengingat hal itu membuat dirinya bersemangat hingga membuat perutnya sakit.

"Aduh, kenapa harus sakit perut juga?!" Caroline berlari menuju toilet apartemennya.

"CAROL....CAROLL...Dimana kamu?!"terima Jeslyn menelusuri apartemen Caroline.

"Aku ada di toilet." Jeslyn berdecak mendengar suara Caroline yang berasal dari toilet didepannya.

"Cepatlah atau kita akan terlambat lagi."

Tak berapa Caroline keluar dengan wajah lega. Jeslyn menyumpal hidungnya Berisha menjauhi Caroline.

Caroline menyadari hal itu hanya berdecak,"kau pikir aku sebau itu?!"

"Entahlah,"jawab Jeslyn dengan suara yang berbeda.

"Ayo." Caroline berjalan mendahului Jeslyn.

...****************...

Vio melambaikan tangannya sambil tersenyum ramah kearah kedua gadis yang harus datang itu.

"Hai,"sapa Vio dengan semangat,"aku tau kalian pasti akan diterima." Jeslyn dan Caroline hanya melempar senyum.

"Em,hari ini aku akan menjadi pemandu kalian untuk seharian ini,"ujar vio dengan sangat antusias.

"Oh ya? Nanti  saat jam makan siang nanti kita makan bersama, oke?" Jeslyn dan Caroline menganggukkan kepalanya.

"Kalian jangan sungkan kepadaku,"lanjut vio.

"Diantara kalian siapa yang akan ada di tim desiner?" Vio menatap kedua gadis itu bergantian.

"Aku,"jawab Jeslyn. Vio mengangguk kecil lalu, beralih kearah Caroline.

"Dan kau? Sekertaris baru?" Caroline menganggukkan kepalanya.

"Tapi, Aku tidak tau apa pekerjaanku." Caroline menggaruk tengkuknya yang gatal. Vio tersenyum maklum.

"Nanti aku akan memberikan beberapa tugas  utama sekretaris tapi, kebanyakan tugas akan diberikan oleh   pak Keanu."

"Engg--vio? Kenapa diperusahaan sebesar ini tidak memiliki sekertaris?" tanya Caroline. Pertanyaan ini sedari kemarin ingin ditanyakannya namun, karena kejadian kemarin dia tidak terpikirkan olehnya.

"Soal itu..."Vio tersenyum canggung, "Sebenarnya perusahaan kami memiliki sekretaris hanya saja beberapa hari yang lalu, pak Keanu memecat sekretarisnya, alasannya karena sekertarisnya bersikap kurang ajar, kalian akan tau bahwa pak Keanu adalah pria dengan sejuta pesonanya. Perempuan manapun pasti rela  bahkan melempar tubuhnya kearah pak Keanu hanya untuk tidur bersama dengan dia."

Seketika langkah Caroline terhenti,"ti-tidur bersama?"

Vio terkekeh,"hm, tapi pak Keanu bukan Pria sembarangan lagipula, pak keanu sudah memiliki tunangan."

Caroline mengerjapkan matanya, lalu beralih menatap cincin ditangannya,cincin yang selalu dia gunakan. Cincin yang diberikan Keanu saat mereka berpacaran dulu.

Flashback on

Caroline menatap tak percaya pria dihadapannya kini, berlutut dihadapannya. Keanu tersenyum nadlis sambil bertekuk lutut dihadapan Caroline. Keanu meraih tangan Caroline.

"Kamu hari berjanji padaku, untuk tidak melepaskan cincin ini apapun yang terjadi,"ucap Keanu sambil menyamarkan cincin indah itu di jari lentik Caroline. Cincin itu tidak mewah seperti cincin yang lainnya, cincin itu terlihat sederhana namun, terlihat elegan dijari ramping milik caroline.

Keanu tersenyum puas melihat pilihannya itu sangat cantik di jari kekasihnya itu.

"Kenapa?"tanya Caroline yang penuh perasaan yang membuncah. Jantungnya berdegub kencang lebih kencang dari biasanya. Keanu bangkit berdiri sambil meraih kedua tangan Caroline lalu, menggenggamnya dengan erat namun, tetap lembut.

"Karena, itu pertanda kamu adalah milikku." Caroline tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Dia memeluk Keanu dengan erat.

"Makasih," Bisik Caroline dengan suara parau. Dia berusaha menahan tangisannya. Keanu membalas pelukannya semakin mempererat pelukannya.

Caroline menghela nafasnya, sambil mengelus cincin itu, kembali mengenang masa indah-indah itu, yang kini menjadi masa lalu.

"Ini ruangan Tim desainer." Ucapan Vio menyadarinya Caroline pada masa kini. Ternyata mereka sudah berdiri disebuah pintu.

Ceklek

Baru saja Vio membuka pintu itu. Caroline dan Jeslyn berdecak.kagum melihat ruang itu terlihat sangat nyaman. Vio tersenyum.melihat kedua gadis itu.

"Ayo ikut aku. Aku akan membawa kalian ke pada Kepala Desainer disini."

Diruangan itu terdapat, ruangan lebih kecil disana terdapat seorang wanita yang tengah sibuk membaca beberapa berkas.

"Permisi, ibu Dina." Seorag wanita,yang lebih tua  beberapa tahun dari mereka menatap tajam kearah ketiga gadis itu.

"Ini nona Jeslyn yang akan bekerja di tim anda." Jeslyn maju menunduk hormat. Ibu Dina menatap Jeslyn dari atas kebawah lalu, mengangguk kecil.

"Baiklah, mari aku tunjukkan mejamu." Ibu Dina bangkit dari tempat duduknya. Jeslyn melirik kearah Vio dan Caroline yang tengah memberi semangat kepadanya.

"Semangat,"ucap keduanya. Jeslyn mengangguk sambil mengepalkan mengepalkan tangannya dan mengangkatnya.

"Semangat."

∆∆∆∆

"Ini ruangan pak Keanu, nanti pak keanu sendiri yang mengarahkan, dimana ruangan kamu,"jelas Vio.

Vio membual ruangan itu. Ruangan yang terlihat simpel namun, nuansa yang dingin membaut keadaan ruangan ini sedikit gelap.

"Em,"Vio melirik jam yang melingkar ditangannya,"sebentar lagi, pak Keanu akan datang kau duduklah disana sambil menunggu pak Keanu. Caroline menganggukan kepalanya walaupun dirinya sangat gugup.

"Semangat." Vio mengepalkan tangannya memberi semangat kepada Caroline. Caroline mengangguk.

"Semangat."

Belum lama Vio keluar dari ruangan itu. Tiba-tiba pintu kembali terbuka menampakkan seorang pria dengan setelan jas mahal. Berdiri dengan kokohnya menatap dingin kearah Caroline. Caroline spontan bangkit dari duduknya. Rasanya udara disekitarnya terasa mencekiknya, dia bahkan lupa bagaimana cara bernafas. Caroline menundukkan kepalanya saat matanya bertemu pandang dengan Keanu.

Keanu berjalan menuju kursi kebesarannya, dimana tempatnya bekerja.

"Caroline Auristela,"gumam Keanu sambil membuka berkas milik caroline namun, detik kemudian dia membuang berkas itu di tempat sampah yang tak jauh darinya.

"Kau bahkan, baru lulus dan tidak berpengalaman bagaimana bisa kau menerima pekerjaan ini." Keanu menatap lurus tepat kearah Caroline yang masih setia menundukkan kepalanya. Caroline menggigit bibirnya, sudah menjadi kebiasaanya dari dulu untuk mengendalikan emosinya.

"Saya membutuhkan orang yang perfeksionis. Dan hal itu tidak ada padamu."

Caroline menarik nafasnya. Dia seharunya tidak boleh lemah seperti ini, demi daddynya. Dia tidak akan lemah seperti ini apalagi didepan Keanu, pria yang dulu dicampakkannya.  Setelah menguatkan tekadnya, caroline menarik nafasnya lalu, menengadah menatap tepat ke iris hitam pekat itu. Mata yang dulu menatapnya dengan hangat dan penuh cinta kini, berubah menjadi dingin dan kebencian.

"Walaupun saya seorang yang baru lulus dan kurang berpengalaman, saya orang yang cepat belajar, dan saya akan berusaha menyesuaikan diri,pak,"ucap caroline dengan tegas. Sejenak Keanu terdiam menatap gadis didepannya itu. Dalam beberapa detik dia tidak bisa mengenali gadis didepannya. Caroline yang berada didepannya sudah berubah, jika bukan karena, wajah itu dia mungkin tidak akan mengenali gadisnya itu. Gadisnya? Masih bisakah dia sebut gadisnya disaat, gadis itu meninggalkannya disaat dirinya membutuhkan gadis itu.

Keanu membuang arah pandangannya kesegala arah yang penting bukan Menatap gadis itu,"memang sudah seharusnya seperti itu,"ketus keanu.

"Marthin akan memberitahukan kau tugas yang akan kau lakukan." Caroline hanya diam sambil menunggu orang yang bernama marthin itu.

Setelah berapa menit, seorang pria memasuki ruangan, pria itu terlihat seumuran dengan mereka.

"Marthin, kamu berikan tugas-tugas kamu kepada dia, biar dia yang kerjakan. Dan..." Keanu melirik Caroline yang hanya diam saja.

"Tunjukan tempatnya." Setelah itu pria bernama marthin itu mengangguk sebentar lalu,beralih menatap Caroline.

"Mari saya antarkan,"ucap Martin dengan nada datar. Caroline dengan gerakan cepat mengambil tasnya setelah menundukkan sebentar dia mengikuti Marthin.

Caroline mengangguk paham setelah mendengar penjelasan Marthin.

"Nanti saya akan kirimkan jadwal pak Keanu melalui email perusahaan,selanjutnya, kau yang akan membuat jadwal pak Keanu,jadi kau harus mempelajari berkas yang akan ditandatangain oleh pak keanu," jelas pak Marthin setelah menjelaskan panjang lebar.

"Terimakasih pak." Menunduk sebentar setelah pak marthin pergi ruang khusus miliknya. Caroline berdecak kagum, ruangnya tidak sebesar milik pak keanu, namun, sangat nyaman bagi Caroline.

Semoga saja dia menikmati ruangannya ini.

Caroline beralih berjalan menuju meja kerjanya Disana ada sebuah komputer dan sebuah tablet, beberapa berkas yang tertumpuk. Setelah tadi mendengar penjelasan pak marthin, semua yang ada di ruangan itu bisa di gunakan olehnya.

Caroline menarik nafasnya lalu, kembali menghembuskannya. Benar kata Sean, belum apa-apa perkejaan udah banyak.

Dia mengambil tempat duduk dan membuka beberapa berkas untuk dia pelajari. Belum juga berada menit dering telpon mengangguk konsentrasi caroline.

"Halo?" Sapa caroline setelah mendekatkan telinganya dengan Gagang telpon.

"Caroline, bawakan saya kontrak kerja sama dengan perusahaan Mondrey Corporation, saya tunggu 15 menit."

Tut,Tut,Tut...

Caroline menarik nafas. Pria itu, dingin sekali,setelah sekian lama mereka bertemu lagi bukannya bertanya kabar, malahan menyuruh-nyuruh seenaknya.

Caroline mendumel dalam hati sambil mengobrak-abrik berkas yang di atas dimejanya sehingga membuat berkas-berkas di mejanya berhamburan.

"Ini mungkin?"gumam Caroline meraih sebuah berkas yang tertulis Mondrey Corporation.Tanpa pikir panjang Caroline berjalan menuju ruangan Keanu yang hanya bersebelahan dengan ruangannya. Namun baru berapa langkah dia terhenti menyadari bahwa cincin pemberian Keanu masih tersemat dijari lentiknya. Caroline melepaskan cincin itu lalu, menyimpannya ditempat yang aman. Caroline menarik nafasnya lalu menghembuskannya lagi.

Tok,tok,tok.

Caroline membuka pintu ruangan Keanu setelah terdengar suara menginterupsi untuk masuk.

"Permisi pak, ini berkas yang bapak minta." Caroline memberikan berkas itu di atas meja Keanu. Keanu tak membalas ucapan Caroline langsung mengambil berkas itu.

Keanu menghempaskan berkas itu.

"Kau bisa membaca tidak?!" Caroline terperanjat mendengar suara tinggi Keanu.

Caroline mengambil berkas itu dilantai lalu,membuka berkas itu.

Ternyata berkas itu berisi kontrak kerja sama setahun yang lalu. Caroline menghela nafasnya.

"Maafkan keteledoran saya,pak." Caroline menunduk lalu keluar dari ruang Keanu untuk mengambil kontrak yang baru. Keanu menatap tajam punggung Caroline yang  sudah menghilang di balik pintu.

Brak

Caroline membanting pintu ruangannya dengan perasaan kesal yang menumpuk di dadanya.

"Dasar pria gila! Hanya masalah kecil saja sudah meledak-ledak. Bagaimana jika masalah besar?!"

Caroline mendaratkan pantatnya di kursinya lalu, kembali memacari berkas yang dimintai oleh Keanu. Sejenak

Caroline termenung menyadari bahwa Keanu berbeda dengan Keanu yang dulu. Keanu yang sekarang selalu membawa aura mencekam disekitarnya dan membuat orang disekitarnya menjadi terintimidasi.

Semoga saja itu semua bukan karena dirinya, jika seperti itu dia akan merasa bersalah sepanjang hidupnya.

Setelah Caroline mengantarkan kontrak kerja sama itu. Caroline kembali keruangannya dan mendapati bahwa Marthin sudah mengirimkan jadwal Keanu beberapa hari kedepannya.

Caroline merapikan berkas yang berhamburan diatas mejanya. Dia memastikan berkas yang baru dan yang sudah lama, agar nanti dia tidak kelimpungan sendiri.

∆∆∆∆

Caroline merenggangkan tubuhnya yang berjam-jam berkutat dengan komputer. Keanu benar-benar memberikan tugas yang banyak.

Kemungkinan ini semua tugas sekretaris yang sempat tertunda beberapa hari, dan dia baru menyelesaikan setengah dari tugasnya.

Caroline melirik ponselnya yang  jam istirahat. Tak berapa lama ponselnya berdering, disana tercantum nama Jeslyn.

"Ya?"

"Kau dimana? Ini sudah jam istirahat." tanya Jeslyn dari seberang telfon. Caroline menghela nafasnya.

"Bagaimana ya? Pekerjaanku masih banyak, sepertinya aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini." Caroline menatap berkas yang harus disalinnya dikomputer.

Terdengar helaan nafas dari Jeslyn,"baiklah kalau begitu, tapi jangan terlalu memaksa diri. Ingat kau tidak boleh terlambat makan," nasehat Jeslyn dengan nada keibuannya.

Caroline terkekeh, "baiklah, mom." Dengan nada yang mengejek. Jeslyn berdecih dari seberang sana.

"Kalau begitu aku tutup dulu, Vio sudah menungguku. Bye."

"Bye." Caroline menjauhkan ponselnya kembali melanjutkan kerjanya.

...****************...

Tak terasa hari sudah sore, Caroline tidak menyadari hal itu jika Jeslyn tidak menghubunginya, karena sudah waktunya untuk pulang.

"Akhirnya selesai juga," Caroline meregangkan ototnya saat itu juga telepon berdering dn si pemanggil siapa lagi kalau bukan Jeslyn.

"Caroline, dimana kau?" Jeslyn sudah melemparkan pertanyaan kepadanya. Caroline menghela nafasnya.

"Aku masih diruanganku. Ini baru mau pulang." Caroline berniat bangun dari tempat duduknya tiba-tiba dia merasakan sakit diperutnya.

"Shhh...." Caroline meringis kesakitan.

"Carol, ada apa?"tanya Jeslyn dengan khawatir dari seberang sana.

Caroline menggigit bibirnya,"Jes, perutku sakit."

"Sakit? Perutmu sakit? Kau tidak makan seharian ini?!"pekik Jeslyn dari seberang sana. Caroline sudah tidak fokus karena rasa nyeri diperutnya.

Caroline hanya diam saja mendengar Omelan Jeslyn. Dia baru ingat ternyata dia melewati sarapan dan makan siang hari ini. Bagus, Caroline kau memecahkan rekor untuk tidak makan satu hari penuh.

"Aku akan menghampiri mu." Setelah Jeslyn menutup telfonnya sepihak.

...****************...

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!