Mantanku Posesif
"Ken..."
Suara itu begitu lembut, nyaris tak terdengar, namun cukup untuk membuat pria yang sejak tadi termenung dalam sepi membeku. Nafas Keanu tercekat. Ia mengangkat kepalanya perlahan, seolah takut harapannya hanya permainan pikirannya yang lelah.
Matanya membulat. Jantungnya seolah melompat dari dadanya.
"Carol..."
Keanu bangkit. Langkahnya kaku, diliputi keraguan dan harapan yang berdesakan. Tak percaya pada apa yang dilihatnya, namun rindu di dadanya lebih kuat dari logika.
Dia benar-benar di sana.
Caroline.
Gadis yang menghilang berhari-hari tanpa jejak, meninggalkan luka menganga yang tak kunjung sembuh. Gadis yang selalu hadir dalam mimpinya, namun tak pernah kembali dalam kenyataan.
Dengan tangan gemetar, Keanu menyentuh bahunya. Saat ia menyadari Caroline nyata—bukan mimpi yang akan memudar—ia langsung merengkuhnya dalam pelukan penuh luka dan kerinduan yang mendesak.
"Carol... aku pikir aku akan kehilangan kamu... hiks..." suaranya pecah, serak dan parau. Tubuhnya bergetar, seolah beban yang dipikulnya akhirnya tumpah. Isak tangis meledak, menenggelamkan kesombongan dan gengsi yang biasa ia jaga rapat.
Caroline menggigit bibir kuat-kuat. Matanya panas. Hatinya seperti direnggut dari dadanya sendiri. Ia ingin memeluk balik, menenangkan Keanu... tapi ia tak bisa. Tidak sekarang. Tidak setelah keputusan yang telah ia buat.
Dengan lembut, namun penuh keberanian yang dipaksakan, Caroline menolak pelukannya.
"Ken... aku ingin putus."
Keanu mengerutkan kening. Tawa getir lolos dari bibirnya—pahit dan nyaris gila.
"Apa yang kamu maksud, Caroline? Jangan bercanda..." ucapnya sambil kembali menarik tubuh itu ke pelukannya, seolah jika ia cukup kuat memeluk, semua akan kembali seperti semula.
"Aku tidak bercanda."
Nadanya dingin, kaku. Tapi matanya... matanya berisi air yang berperang untuk tidak jatuh.
Keanu menatap dalam. Wajah itu masih sama, tapi hatinya sudah bukan lagi miliknya. Ada jarak yang tak terlihat namun mencengkeram. Dingin. Sepi. Asing.
"Aku sudah memiliki laki-laki lain. Jadi, aku mau putus."
Kata-kata itu seperti pisau yang menancap dalam, lalu diputar dengan sengaja.
"Maksud kamu..." suara Keanu tercekat. Dadanya sesak. Ia menunggu sangkalan—penjelasan. Tapi yang ia dapatkan hanyalah anggukan pelan, seolah Caroline sendiri membunuh hatinya.
Amarah perlahan menggantikan luka.
"Siapa?" tanyanya dengan suara pelan namun bergetar. "Bilang siapa orangnya?!"
Tiba-tiba, Keanu mengguncang bahu Caroline. Tangan yang tadi gemetar karena rindu kini mengeras karena emosi yang meledak. Tubuh Caroline terguncang oleh tekanan itu.
"Keanu... kau menyakitiku!"
Suara Caroline membuatnya sadar. Pandangannya buram. Ia perlahan melepaskan cengkeramannya, menatap jemarinya yang kini gemetar oleh rasa bersalah.
"Maafkan aku. Aku hanya datang untuk mengatakan hal ini," bisik Caroline, nyaris tak terdengar.
Keanu tertawa lagi. Tapi kali ini getirnya menusuk, menyayat dirinya sendiri.
"Untuk apa datang hanya untuk memberikan kabar seperti ini, Caroline? Kau ingin menertawakanku?!"
Ia menoleh, tapi enggan menatap wajah gadis itu. Tak sanggup. Karena setiap inci wajahnya adalah luka baru.
"Maaf... Aku harap jangan mencariku. Aku tidak ingin kau seperti ini," suara Caroline pecah di akhir kalimat. Tapi ia tetap mencoba tegar.
Keanu hanya diam. Tangannya terkepal, urat di lengannya menegang. Setiap tarikan napas seperti menahan badai di dadanya.
"Maafkan aku, Ken! Aku pergi..." pamit Caroline dengan langkah berat, meninggalkan lelaki yang mencintainya lebih dari siapa pun.
Pintu tertutup. Dan sunyi yang tersisa di kamar itu hanya bertahan beberapa detik, sebelum akhirnya…
Braak!
Suara pecahan kaca. Lalu lemparan benda-benda yang melayang menghantam tembok. Hancur.
"SIALAN! Aku tidak akan memaafkanmu, Caroline!"
Caroline mematung di halaman rumah. Hatinya mencelos mendengar suara kehancuran di balik dinding yang dulu menyimpan tawa mereka.
"Maaf, Ken..."
Ia menengadah, menahan deras air mata yang akhirnya luruh juga. Suaranya hanya terdengar oleh angin malam yang lewat.
"Maaf, karena aku terlalu egois kepadamu. Jika memang kita diberi kesempatan lagi... aku akan memperbaiki semuanya. Tapi tidak untuk saat ini."
Sebuah taksi sudah menunggu di luar gerbang.
"Ke bandara, Pak..." ucapnya serak, nyaris pingsan oleh pedih.
Sopir menoleh, menyimpan rasa iba. "Saya nggak tahu apa masalahnya, Neng. Tapi... kadang lebih baik diselesaikan, daripada dibawa lari."
Caroline menatap ke luar jendela, melihat bayangan samar rumah yang baru saja ia tinggalkan. Tempat kenangan dan luka kini bercampur jadi satu.
"Iya, Pak. Tapi untuk sekarang... saya perlu menjauh dulu. Nanti... kalau waktunya tiba, saya akan kembali. Terima kasih sarannya, Pak..."
Sang sopir menganggukkan kepalanya lalu melaju meninggalkan rumah besar yang sepi itu, dari balik jendela kamar Keanu melihat taksi yang di naiki caroline semakin menjauh dari pekarangan rumahnya.
Keanu mengepalkan tangannya yang semakin membuat darah yang keluar dari lukanya semakin deras.
"Aku tidak akan memaafkanmu, Caroline."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
sagi🏹
nyimak thor
2024-10-26
0
V_Z
Semangat Thor
salam dari "SANG PENGACARA"
2020-08-27
0