Disebuah kamar sederhana yang seperti kapal pecah, seorang gadis, tengah terlelap dengan nyenyak, padahal hari sudah sangat siang namun, gadis itu masih nyaman dengan tidurnya tanpa memperdulikan keadaan kamarnya yang sudah seperti habis terkena badai.
"Oh my gosh...." Seseorang gadis yang lain tiba-tiba memasuki kamarnya dan mendapati kawannya itu masih bergeming dengan ranjangnya. Padahal dia sudah sangat rapi dengan pakaiannya, bersiap untuk melamar pekerjaan.
"CAROLINE...." Suara cempreng gadis itu memenuhi ruangan itu, namun, yang dipanggil tampak tak mendengar suara yang mengganggu pendengaran itu.
Gadis itu berdecak kesal lalu, mengguncang gadis yang bernama Caroline, membuat yang dibangunkan hanya menggeliat tak nyaman lalu, terlelap.
Gadis itu mendengus kesal lalu, dia berjalan ke kamarnya mandi lalu, membawa segayung air lalu dengan tak berperasaan menyirami Caroline dengan tak berperasaan.
"Mampus kau."
Spontan Caroline bangun dari tidurnya dengan terkejutnya.
"JESLYN........." Teriak Caroline mendapati kawannya itu tengah memegangi gayung, sudah bisa ditebak bahwa dialah pelaku dari penyiraman pada dirinya.
"Apa?" Gadis bernama Jeslyn tampak santai sambil bersedekap dada.
"Kau menyiramku?" Mata Caroline hampir saja melompat dari tempatnya sedangkan Jeslyn hanya bersikap santai setelah membuat kamarnya menjadi basah seperti ini.
Jeslyn menganggukkan kepalanya,"heum, kau lihat sekarang jam berapa? Kita sudah ada janji wawancara hari ini, kau dengan nikmatnya bergelung diranjangmu? Huh, kau pikir perusahaan itu milik nenek moyang mu!" omel Jeslyn dengan panjang lebar. Caroline beralih menatap jam dindingnya dengan gerakan cepat dia berlari menuju kamar mandi.
Brak
"Kau---"Jeslyn melirik tangannya yang masih ada gayung, "Carol, ini gayungnya."
Tak berapa lama Caroline keluar dari kamar mandi, "Jes, gayungnya."
Jeslyn memutar bola matanya, "Dasar!" Cibirnya lalu memberikan gayungnya.
∆∆∆∆
"Woah, wangi sekali,"komentar Caroline yang baru keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah siap untuk wawancara.
Jeslyn berdecih, "makanlah, aku tau kau pasti belum akan sejak semalam."
"Kau tau saja." Tanpa ba-bi-bu Caroline menyantap nasi goreng buatan Jeslyn yang selalu menjadi makanan kesukaannya, selain masakan mommy tentunya.
"Carol, bisa tidak mau berhenti menonton drama Korea, kau tau? semenjak kau menonton film itu kau salah saja terlambat bangun,"ucap Jeslyn mulai mengomelinya sembari membersihkan dapur Caroline
Caroline menghela nafasnya, "ayolah, Jes. Kita sudah membahasnya dan berakhir dengan kau tidak ingin menegur selama seminggu penuh, jadi tolong jangan lagi!"
Gadis bermata coklat gelap itu menatap memelas Jeslyn. Jeslyn hanya menghela nafasnya dengan berat.
"Bukan masalah itu, hanya saja itu tentang kesehatanmu. Mommy.u menitipkan kau padaku agar kau, ada yang memperhatikan kesehatanmu." Caroline menegak air putihnya.
"Sudah tak perlu dibahas. Lagi pula aku sehat-sehat saja, bukan?" Caroline berusaha meyakinkan. Jeslyn berdecak kesal, selalu saja setiap dinasaheti Caroline pasti selalu membantah.
"Terserah kau saja. Kita sudah telat." Jeslyn melirik jam tangannya. Caroline mengangguk sebagai jawabannya.
∆∆∆∆
Caroline mengetuk sepatunya di lantai, entah kenapa saat memasuki perusahaan ini dia memiliki perasaan yang tak enak. Saat ini dia dan Jeslyn tengah berada diruang tunggu di sebuah perusahaan besar.
"Ada apa?"Jeslyn merasa risih dengan sikap Caroline yang tak bisa diam. Sebenarnya selama, Jeslyn berteman dengan Caroline, Dia bisa memaklumi sikap hiperaktif gadis itu, namun untuk saat ini dia tidak bisa memakluminya.
"Jeslyn, eng--aku tidak jadi ikut melamar kerja disini." Caroline menatap sekelilingnya.
"Hah? Maksud? Kau tidak jadi bekerja?" Caroline menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu, hanya saja aku merasa tidak enak hati semenjak masuk ketempat ini."
Jeslyn berdecak mendengar ucapan caroline,"itu mungkin karena,kau gugup."
Carolin menggelengkan kepalanya,"bu-bukan. Ta-tapi---"ucapan caroline terhenti saat seorang perempuan datang dengan tersenyum ramah menghampiri mereka berdua.
"Selamat siang dengan nona Jeslyn dan nona Caroline?" Tanya perempuan itu dengan ramah.
Jeslyn Spontan bangkit dari tempat duduknya dengan tersenyum ramah,"selamat siang, nama saya Jeslyn Alodra dan..."
Jeslyn menarik Caroline yang masih terdiam di tempatnya,"dan ini Teman saya Caroline Auristela."
Mau tidak mau Caroline tersenyum walaupun, terlihat seperti senyum paksa.
"Baiklah, silahkan ikut saya."perempuan itu berjalan mendahului mereka berdua. Awalnya Caroline tidak ingin ikut namun, Jeslyn dengan sekuat tenaga menarik caroline. Dengan berat hati Caroline terpaksa ikut walaupun hatinya tak ingin.
"Di perusahaan ini ada dua lowongan kerja, yang pertama di bagian desainer, karena perusahaan ini bergerak dalam bidang fashion dan kami membutuhkan karyawan yang memiliki bidang dalam mendesain pakaian dan yang kedua..." Perempuan itu melempar senyum lagi.
"Yang kedua itu, sekertaris,"lanjutnya.
"Sektretaris? Nggh--tapi nona.."Caroline terhenti karena bingung memanggil perempuan ini dengan apa. Perempuan itu menekan tombol lift menuju lantai 99.
"Oh,astaga. Aku Sampai lupa memperkenalkan diri, namaku Violetta Carlina, panggil saja Vio." Kekeh Vio. Caroline mengangguk kecil.
Mereka kini, memasuki lift.
"Nggh--tapi vio, dalam brosurnya.."
"Itu, lowongan kerja untuk sekretaris baru-baru hari ini ada. Jadi, kalian adalah orang pertama yang mengetahuinya,"jelas vio.
"Oh." Ketiganya kini diam hingga tak terasa mereka sudah berada didepan ruangan HRD.
Jeslyn melirik Caroline yang sudah pucat, "Jes,aku pulang saja,ya?"bisik Caroline. Jeslyn menggelengkan kepalanya.
"Kalian jangan gugup ya? Kepala HRD kami baik, jadi Santai saja." Jeslyn menganggukkan kepalanya.
Tok,tok,tok.
Ceklek
"Permisi pak." Vio membuka pintu perlahan. Disana seorang pemuda tengah berkutat dengan komputernya kini menatap kearah vio.
"Nona Jeslyn dan nona Caroline sudah berada disini,"ucap Vio sambil memberikan berkas lamaran kedua gadis itu. Setelah melihat persetujuan dari atasannya Vio beralih.mempersilakannya kedua gadis itu untuk masuk.
"Semangat," bisik vio kepada kedua gadis itu sambil melempar senyum hangat lalu, keluar dari ruangan itu.
Caroline bersembunyi di balik tubuh Jeslyn, jantungnya berdegub kencang. Semoga saja ini hanya karena,perasaan gugup saja. Sesekali mengintip dari balik tubuh Jeslyn.
Dari yang dia lihat kepala HRD itu tidak seperti pikirannya, si tua Bangka. Caroline tidak.melihat jelas wajahnya namun, dari suaranya dan penampilannya sekilas dia terlihat seumuran dengan dia.
"Silahkan kalian berdua duduk," HRD itu mempersilahkan kedua gadis itu duduk lalu,membuka berkas lamaran mereka berdua. Sesekali mengangguk kecil.
Jeslyn dan Caroline mengambil tempat duduk yang berada didepan mereka.
Hanya ada keheningan yang terjadi, karena HRD itu tengah membaca berkas riwayat hidup mereka.
"Jeslyn Alodra?"panggil HRD setelah sekian lama.
"Saya pak." Jeslyn mengangkat suaranya. HRD itu menganggukkan kepalanya,"dari riwayat hidupmu kau memiliki keahlian dalam bidang desainer. Jadi kamu ingin masuk dalam Tim desainer?"
"Iya pak." Dengan mantap jeslyn menawan pertanyaan dari HRD itu. Caroline tak berani menatap HRD itu. Caroline berdecak kagum dalam dhati melihat kesiapan Jeslyn berbanding terbalik dengannya yang semalam hanya kemasukkan menikmati drama Korea.
"Alasan kamu melamar kerja disini apa?"
"Saya...." Proses wawancara Jeslyn berjalan dengan lancar. Jeslyn menjawab pertanyaan dengan lancar dan tegas. HRD itu mengangguk kecil merasa puas dengan jawaban dari Jeslyn.
"Baiklah, saya rasa, saya tidak perlu mempertimbangkan, melihat nilai kamu yang sangat baik. Kamu saya terima. Selamat." HRD itu mengulurkan tangan memberikan selamat kepada Jeslyn. Mendengar hal itu Caroline yang sedari tadi hanya menunduk, kini menatap takjub Jeslyn.
"Terimakasih pak." Jeslyn membalas jabatan tangan HRD itu dengan gembira. Spontan dia memeluk Carol yang ada di sampingnya.
"Carol, aku di terima,"pekik Jeslyn memeluk caroline dengan erat. Caroline membalas pelukan Jeslyn.
"Selamat."
HRD itu menggelengkan kepalanya lalu,beralih kepada berkas Caroline, baru saja dia membaca nama itu dia terdiam.
"Ca-caroline Auristela?"
Spontan yang dipanggil menghentikan aksi mereka berdua, "saya...pak."
Seketika tubuh Caroline menjadi kaku mendapati pria yang dihindarinya,"Sean?"
HRD itu adalah sean, salah satu dari sekian orang dimasa lalu Caroline yang ingin dia hindari dan bodohnya, dia tidak menyadari suara milik Sean.
"Apa kabar?"tanya sean dengan senyum ramahnya kini, dia tidak lagi menjaga imagenya.
"Ba-baik." Caroline melayangkan senyum kaku. Dia tidak siap. Dia tidak siap hanya untuk bertemu dengan orang-orang di masa lalunya.
"Eum--nona Jeslyn, bisakah kau keluar? ada yang ingin aku bicarakan dengan Nona Caroline." Sean beralih menatap ramah Jeslyn yang kebingungan dengan keadaan seperti ini. Jeslyn beralih menatap Caroline namun, Caroline hanya menatap lurus ke depan dengan ragu berjalan keluar.
"Aku akan menunggumu diluar,"bisik Jeslyn sebelum keluar.
Sean menghela nafasnya,"kemana saja kau?"tanya Sean. Dia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi kebesarannya.
Caroline menelan salivanya,"a-aku pergi keluar negeri."
"Aku turut bersedih atas masalah perusahaan Paman Sam." Caroline melayangkan senyum paksa.
"Sudahlah. Itu sudah berlalu. Lagipula kami sudah hidup bahagia dengan kesederhanaan."
"Ken tidak tau soal kebangkrutan paman Sam. Kami menyembunyikan hal itu dari Ken. Kami paham kalau kau memiliki alasan menyembunyikan semuanya itu dari Ken."
Caroline tersenyum simpul,"terimakasih."
Sean menganggukkan kepalanya,"kau banyak berubah, tidak lagi cerewet."
Caroline terkekeh mendengar hal itu, dia menghedikkan bahunya,"semua orang bisa berubah sesuai dengan keadaan hidupnya. Dengan adanya masalah ini, aku bisa belajar lebih menghargai kerja keras, dan.."
Caroline tersenyum bangga,"kami bisa berkumpul bersama seperti yang aku, selalu inginkan."
Drrtt...drrtt...drrtt...
Sean mengernyitkan dahinya, namun enggan mengangkat panggilan dari orang diseberang sana, "aku pikir,.."
"... bukan hanya aku yang tau kehadiranmu." Caroline mengernyitkan dahinya.
"Keanu, dia tau." Sean melemparkan senyumnya sambil menunjuk ponselnya yang berdering yang menampilkan nama Keanu disana. Caroline menggigit bibirnya.
"Memangnya Keanu ada disini juga?"
"Dia atasanku. Kau tidak tau nama perusahaannya singkatan namanya KMA Company."
Caroline membulatkan matanya, KMA Company? Keanu Maxim Alexius. Astaga, bagaimana bisa dia begitu bodoh tidak menyadari hal itu dari awal. Caroline bangkit dari tempat duduknya.
"Se-sean, aku rasa, aku tidak cocok bekerja disini, terima kasih." Setalah Caroline dengan cepat mengundurkan diri dari ruangan itu namun, sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak padanya baru saja dia berniat meraih gagang pintu seseorang dari ruangan sudah lebih dulu membukanya.
"Oh. Keanu, hai!"sapa Sean sambil tersenyum kecil melihat reaksi Caroline yang terlihat sangat terkejut. Detik itupun Tubuhnya terasa kaku menatap pria yang berdiri menjulang di depannya.
Keanu menatap lurus kearah Sean, dia seolah tak menyadari kehadiran Caroline yang berada di depannya. Caroline langsung menyingkir dari jalan. Seketika suasana ruangan menjadi sangat mencekam dan dingin
"Sean, dimana pelamar yang akan diwawancarai hari ini?" Tanya Keanu sambil mengambil tempat duduk di tempat Caroline tadi.
Sean terkekeh melihat sikap Keanu, lalu beralih menatap Caroline yang terdiam mematung didepan pintu.
"Kurasa, kau harus mencari lagi,.." Sean menghedikkan bahunya,"aku bahkan belum mengambil keputusan, tapi pelamarnya sudah pergi lebih awal. Sepertinya dia tidak menyukai kedatanganmu."
Sean melirik Keanu yang tengah mengepalkan tangannya. Sudah ditebak pria ini pasti tengah menahan emosinya.
Keanu berbalik mendapati Caroline yang belum beranjak dari tempat duduknya, "Kau yang berdiri didepan pintu sampai kapan kau berdiri disitu, apakah kau tidak memiliki etika yang benar? Kau pikir, siapa dirimu yang berani membelakangi calon atasanmu."
Suara dingin milik keanu memenuhi ruangan itu dan membuat keadaan semakin menyesakkan. Caroline mengepalkan tangan setelah meyakinkan dirinya. Dia berbalik sambil tersenyum ramah.
"Maaf, pak. Saya rasa lowongan kerja di perusahaan sudah tidak ada." Baru saja Caroline meraih gagang pintu. Suara dingin Keanu memenuhi Indra pendengaran mereka.
"Memang kau yang menentukan ada tidak lowongan kerja disini? Lagipula, biodata dirimu masih ada disini."
Caroline tak berniat membalikan tubuhnya, dia menggigit bibirnya berusaha menahan untuk tetap berdiri walaupun kakinya sudah tidak kuat karena terlalu takut dengan Keanu. Entah kenapa Aur yang menguat dari Keanu cukup membuat dirinya merasa terintimidasi dan ketakutan hingga gemetar.
"Caroline kemarilah, aku belum .ewawancaraimu." kini suara Sean menginstruksikannya. Suara yang berbeda dengan beberapa menit yang lalu. Caroline menghela nafasnya, lalu berbalik melangkah menuju kearah Sean. Dia harus bisa bersikap profesional
Setelah Caroline duduk, Sean memulai wawancaranya. Suasana ruangan yang mencekam membuat Caroline harus tetap berkonsentrasi ditambah pria disampingnya itu tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun kearah Caroline.
Sean mengangguk puas,"kau lulusan dari luar negeri bukan?"
Caroline menganggukkan kepala,"iya pak."
"Kalau begitu..."belum selesai Sean berbicara Keanu bangkit dari tempat duduknya.
"Sean lain kali jika memilih pelamar carilah yang lebih berkualitas. Aku baru tau kualitasmu sangat rendahan." Setelah berucap seperti itu Keanu berlalu dari tempat itu meninggalkan jejak yang sangat dingin.
Caroline menatap nanar punggung Keanu yang sudah menghilang. Rasanya sakit itu cukup melukainya karena secara tidak langsung dimengatakan bahwa Caroline tidak cocok dengan perusahaannya.
"Sean, kalau begitu aku pergi dulu." Sean mengernyitkan dahinya menatap kepergian Caroline.
"Kalau begitu sampai jumpa besok." Seketika langkah Caroline terhenti lalu berbalik menatap sean, sepertinya dia salah dengar.
"Huh?"
Sean terkekeh melihat wajah Caroline yang kebingungan, sepertinya Caroline tidak sepenuhnya berubah,"kau diterima di perusahaan ini."
"Di-diterima? Tapi, bukannya--" Caroline melirik pintu yang bermaksud menunjuk keanu.
Sean menggelengkan kepalanya, "tak perlu kau pikirkan, aku yang memiliki tugas itu. Dia hanya harus menerimanya. Kau tidak perlu memusingkan ucapannya." Caroline menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Kalau begitu, terimakasih, Pak." Caroline menunduk hormat, hal itu membuat Sean tertawa geli.
"Ya,Ya,ya. Oh ya? Besok kau jangan terlambat besok aku akan memberikan kontrak kerja dan permasalahan gajimu, ingatkan juga pada temanmu." Caroline tersenyum sumringah.
"Siap,pak." Setelah itu caroline berlalu dari ruang itu.
"Oh.. Jeslyn," panggil Caroline yang baru keluar dari ruangan Sean. Jeslyn spontan bangkit dari tempat duduknya.
"Caroline bagaimana? Kau diterima? Atau kau melakukan kesalahan lagi?" Caroline menggelengkan kepantasan dengan cepat.
"Coba tebak?" Caroline tersenyum misterius. Jeslyn berdecak melihat sikap misterius Caroline.
"Ayolah."
"Hehehe...aku diterima." Jeslyn membulatkan matanya tak percaya.
"Hua...akhirnya..."Jeslyn memeluk caroline dengan erat.
"Kita bisa pergi bersama,eh, tapi kau jadi apa?" Jeslyn merenggangkan pelukannya menata sahabatnya itu.
"Engghh---sekretaris," Caroline menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Kau serius?! Woah..semoga perusahaan ini tetap berumur panjang."
"Kenapa?"tanya Caroline keheranan.
"Memiliki sekretaris Sepertimu. Si pemalas, menjadi sekertaris. Sepertinya akan menjadi the Legend of company..."
Caroline mendengus kesal mendengarkan ucapan Jeslyn yang terdengar seperti ejekan.
"Tapi, aku tidak tau harus menerimanya atau tidak."
"Hah?kenapa?" Jeslyn membulatkan matanya seolah akan menekan Caroline.
"Masalahnya, atasan kita itu mantanku. Pria yang tadi masuk keruangan Sean."
Jeslyn menatap tak percaya Caroline,"kau tidak becanda bukan?"
Caroline mengerjapkan matanya. "Carol, itu tampan sekali kau tau!"
"Syut...tidak perlu berteriak, Jes." Caroline melayangkan senyumnya kearah orang-orang yang yang menatap kearah keduanya. Jeslyn hanya menunduk sambil tersenyum malu.
"Carol, kau harus menerimanya. Buktikan kalau kau sudah bisa melupakanmu. Move on."
Caroline menganggukkan kepalanya," walaupun dia orang sama, tapi dia berbeda dengan yang aku kenal dulu. Hanya saja..."
Jeslyn menganggukkan kepalanya, "Iya aku paham. Siap, tidak siap kau harus menghadapi kenyataan itu. jangan berharap tinggi,"nasihat Jeslyn sembari menjauh dari ruangan Sean.
Jeslyn merangkul Caroline,"kau tenang saja. Aku akan selalu ada untukmu. Kau terima saja. Kasihan paman Sam harus membiayaimu dan adikmu."
Caroline kembali teringat dengan daddy-nya yang bersusah payah berkerja walaupun diusianya yang sudah tidak muda lagi. Caroline mengangguk.
"Kau benar. Ini semua demi Daddy. Tidak ada hubungannya dengan masa lalu." Caroline menatap Jeslyn dengan semangatnya Jeslyn tersenyum bangga melihat kembali semangat sahabatnya.
"Ini baru sahabatku." Jeslyn merangkul caroline dengan erat.
∆∆∆
Sean tampak serius mengerjakan beberapa pekerjaannya terpaksa terhenti saat seseorang memasuki ruangannya dengan tiba-tiba.
Sean melayangkan senyum saat mendapati atasannya dengan tatapan dingin menatapnya.
"Bagaimana? Kau jauh-jauh datang keruanganku hanya untuk melihat dia bukan? Kau merindukannya?"
"Ayolah. Kau keterlaluan padanya tadi."
Dia adalah Keanu, dia kembali keruangan Sean setelah kepergian Caroline.
"Aku ingin mengambil berkas milik dalam sekertarisku."
Sean tersenyum simpul,"ini."
Entah dia sengaja atau tidak berkas yang diberikannya adalah berkas milik Jeslyn. Keanu dengan sadis melemparkan berkas itu diwajahnya Sean.
"Aku ambil sendiri saja." Lalu, mengambil berkas milik Caroline setelah itu pergi dari ruangan itu. Sean menggelengkan kepalanya.
"Sabar-sabar."
∆∆∆∆
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Siti Zulaikhah
kak bagus ceritanya 😊
2020-11-03
0