Eps 5

Mobil om Aldo sudah berhenti tepat di depan kedua gadis yang memiliki ukuran tinggi badan yang hampir sama. Perlahan kaca jendela mobil bagian depan terbuka..

"Ayo naik, ran.." Belum sempat om aldo menyuruh keponakan nya segera masuk, eliza lebih dulu bersuara...

Om aldo nampak bingung saat keponakan nya tersebut malah membuka pintu bagian belakang..

"Eh, ngapain duduk di belakang ? Emang om supir kamu ??" Hardik om aldo dengan wajah ketus nya menoleh ke arah pintu belakang yang terbuka. Tentu kalimat tanya itu di tujukan untuk keponakan nya, namun melihat wajah om aldo yang tak bersahabat itu membuat rania urung untuk naik ke dalam kendaraan roda empat tersebut..

"El, gue naik taksi aja deh. Nanti gue ikutin mobil lo dari belakang.."

Om aldo mengerutkan kening nya saat mendengar apa yang rania katakan..

"Mau naik nggak, sih ?? Kalau mau naik cepetan!!" Om aldo mengalihkan pandangan, fokus lagi menatap ke depan..

Melihat respon om aldo yang tiba tiba berubah, membuat eliza tersenyum, tapi tidak dengan rania, gadis itu malah semakin sungkan..

"Ayo, ran. Udah jangan takut, dia mah di luar doang galak, dalem nya, yaaa... sama aja, galak juga.. Hahaha.." Eliza tergelak dengan lelucon nya sendiri, sementara rania menampilkan senyum palsu. Sejujurnya, melihat wajah om aldo dari jarak yang sedekat ini membuat tubuh rania meremang tak karuan, rasanya ada aliran listrik yang menyengat sampai ke ubun ubun, membuat pipi, telinga dan kepala nya terasa panas..

Eliza menarik tangan rania agar sahabat nya itu segera naik ke dalam mobil. Kedua gadis itu pun duduk di jok belakang...

"Ini mau pada kemana ??" tanya om Aldo sebelum menginjak pedal gas dan melajukan kembali mobil nya..

Sekilas pria tampan itu mencuri pandang ke arah rania..

"Mau ngerjain tugas bareng di rumah ku. Cepet jalan, om. Nanti kesorean.."

Setengah perjalanan mereka di isi dengan keheningan, eliza sibuk dengan ponselnya, rania mengalihkan pandangan ke luar jendela, sementara tanpa dua gadis itu sadari, ada sepasang mata yang sesekali memperhatikan rania melalui kaca spion di dalam mobil.

"Om, berhenti dulu di minimarket depan komplek, ya. Aku mau beli camilan sebentar.." Eliza mengangkat kepala nya, melihat lawan bicara dari tempat nya duduk..

Sebenarnya eliza sengaja bermain ponsel, sedari tadi dia mengarahkan kamera ponsel nya pada om aldo, dan eliza melihat semua yang om aldo lakukan. Om nya itu terus melirik rania, berkali kali tersenyum simpul saat melihat ke arah gadis itu. Sepertinya om aldo juga tertarik pada rania, hanya saja gengsi dan ego nya terlalu tinggi untuk mengakui hal tersebut..

Mobil om aldo pun berhenti tepat di halaman parkir IndoApril yang di minta keponakan nya tadi..

"Ran, lo mau nitip apa, biar sekalian gue beli..??" tanya eliza sambil mengeluarkan dompet dari dalam tas nya..

"Gue ikut aja deh, nanti gue pilih sendiri.." segera Rania membuka seatbelt nya, tak mau jika harus di tinggal berduaan dengan om aldo, bisa bisa mati mendadak dia karena jantung nya yang terus berdetak tak karuan..

"Ish, gak usah ikut. Gue cuma sebentar doang, ko. Lo di sini aja, ya. Temenin om gue, takut nanti tantrum lagi kalau di suruh nunggu kelamaan.." Tanpa menunggu jawaban rania, eliza mengambil jurus langkah seribu turun dari mobil milik om nya tersebut...

Om aldo mendengus kesal atas ucapan keponakan nya. Sementara rania terlihat semakin tak nyaman saat di tinggal eliza..

Ekhem..

Tiba tiba om aldo berdehem, membuat rania melihat ke arah spion, kedua netra mereka langsung bertemu saat itu. Namun di detik berikutnya rania langsung mengalihkan pandangan nya lagi ke arah luar jendela...

"Nama kamu rania ??" tiba tiba om aldo memulai percakapan..

Rania menoleh,, "H-hah ?? Oh, I-iya, om.." Rania tak bisa menyembunyikan wajah nya yang seperti kepiting rebus, sungguh ini moment yang awkward sekali bagi nya...

"Gak usah takut gitu. Tenang aja, saya bukan pedofil.. Saya nggak tertarik sama bocah.."

Rania tercenung sejenak namun kemudian mengangguk perih, gadis itu pun kembali membuang pandangan nya ke luar jendela...

"Sadar, rania. Lo itu gak pantes buat di cintai. Jangan pernah buka hati lo buat siapapun!!"

Melihat wajah rania yang berubah murung, membuat om aldo menyesali ucapan nya..

"Astaga!! Kenapa gue ngomong gitu sih, padahal tadi nya gue cuma mau ngomong, (jangan takut, saya nggak seperti yang eliza katakan), maksudnya, gue itu nggak galak, cuma setelan pabrik nya aja yang emang begini.."

Setelah percakapan singkat itu, hanya ada keheningan di antara kedua nya. Dan sekali lagi, hanya om aldo yang sesekali melirik rania...

Saat eliza masuk ke dalam mobil om aldo, dia merasakan hawa nya tak seperti tadi. Ada sesuatu yang tidak nyaman namun dia tak tau apa. Wajah rania dan om aldo pun tak nampak seperti sebelum nya..

Mobil om aldo pun berhenti di sebuah rumah bergaya klasik di kawasan perumahan elit. Rumah dua lantai tanpa pagar pembatas...

Belum eliza turun, rania sudah lebih dulu keluar dari mobil..

"Ayo, el. Kita langsung aja ngerjain tugas nya.." ucap rania setelah eliza menghampiri nya. Rania berdiri membelakangi bagian depan mobil. Namun, Om aldo masih bisa mendengar suara rania dari dalam mobil nya sebab jendela nya sengaja dia turunkan sedikit...

"Ran, lo gak apa apa ??" Melihat perubahan mimik wajah rania membuat eliza khawatir..

"Nggak, el. Ayo, biar cepet kelar tugas nya.." raut rania masih dingin. Tak ada ekspresi apapun yang dia tunjukan..

"Yaudah, ayo.." eliza langsung mengajak rania masuk ke dalam rumah..

"Ck.. Perasaan apa ini ?? Kenapa gue jadi ngerasa bersalah begini ngeliat wajah bocah itu yang terus terusan murung ??" om Aldo menghembuskan nafas berat. Tiba tiba saja perasaan tidak nyaman menjalar ke relung hati nya.

"Bun, kenalin, ini Rania.." Kedatangan rania langsung di sambut oleh bunda, ibu kandung eliza. Gadis itu memang sudah mengabari bunda nya bahwa akan mengajak rania main ke rumah..

"Ran, kenalin, ini nyokap gue.." Rania mencium tangan bunda dengan takzim, memberikan senyum termanis nya pada bunda nya eliza..

"Oh ini yang nama nya Rania, kamu cantik sekali, sayang.." puji bunda di pertemuan pertama mereka. Rania tersenyum malu malu...

"Ya sudah, ajak rania ke kamar kamu. Nanti bunda bawakan camilan.."

"Nggak usah bun, tadi aku udah beli.." eliza mengangkat kantung belanjaan agar bunda bisa melihat nya.. "Kalau gitu aku langsung ajak rania ke kamar ya, bun.."

Kedua gadis itu pun kembali mengayunkan kaki menuju tangga...

Saat rania dan eliza sudah tak terlihat, om aldo baru masuk ke dalam rumah...

"Mbak, besok besok aku nggak mau lagi ah jemput si el lagi.." ujar om aldo sambil meneguk minuman dingin milik bunda

"Loh, kenapa, do ??" tanya bunda heran,

"Ya nggak apa apa, mbak. Males aja ketemu sama bocah bocah anak kuliahan itu.." jawaban om aldo membuat bunda malah tersenyum,

"Bocah apa bocah bocah ??" tanya nya membuat om aldo bingung..

"Maksudnya ??"

"Ya, kan kalau bocah bocah, itu artinya banyak, Aldo. Sementara, ini bocah nya cuma satu.." Nampak kebingungan dari raut wajah om aldo, tapi bunda hanya merespon dengan senyuman yang penuh arti.

"Udah jangan di pikirin, sana mandi. Udah sore..." Bunda pun meninggalkan adik nya dengan seribu pertanyaan yang menari nari di atas kepala nya..

🌿

🌿

‼️Jangan lupa Like, Komentar dan Vote nya, ya.💜

Bintang 5 nya juga jangan lupa, biar otor semakin semangat untuk berkarya 🔥

🌿

🌿

Terpopuler

Comments

Denisya putri

Denisya putri

🫠🫠❤️

2024-08-27

1

Eroh Maesaroh

Eroh Maesaroh

lanjut thor

2024-08-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!