Pertemuan

Rangga menepikan mobilnya di ujung gang sempit. Lalu mereka keluar dari pintu mobil berjalan beriringan menuju rumah tempat di mana Rahma pernah tinggal. Elama dan Alan berdiri terpaku mematap rumah Rahma yang terlihat berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu. "Bukankah ini rumah Rahma?" tanya Alan tidak yakin. Secara perubahan rumah itu terlihat lebih bagus dan bersih.

Elama menganggukkan kepala, "aku masih ingat jalan menuju rumah Rahma. Aku tidak mungkin salah," timpal Elama melirik ke arah Alan. Sementara Rangga hanya diam memperhatikan di belakang mereka berdua.

"Kalian cari siapa?" sapa seorang pria berusia sekitaran lima puluh tahun.

Mereka menoleh ke arah pria itu. "Maaf pak, kami mau tanya. Benarkah ini rumah Bu Rahma?" tanya Alan membungkukkan badan sesaat.

"Rahma?" pria itu coba mengingat. "Oh iya itu dulu!" seru pria itu manggut manggut.

"Dulu? memangnya sekarang dia tinggal di mana?" tanya Elama hatinya berdebar debar.

"Rahma sudah meninggal sekitar sepuluh tahun yang lalu," ungkap pria tua itu yang tak lain ketua RT setempat.

"Meninggal!! pekik Alan dan Elama tidak percaya. Mereka saling pandang sesaat, lalu beralih menatap pak tua itu.

"Putrinya Rahma tinggal di mana sekarang?" tanya Elama hati hati.

"Saya tidak tahu, putrinya tinggal di mana sekarang. Tapi menurut warga di sini, Anna putri Rahma sering datang ke pemakaman Rahma."

"Anna.." ucap Elama pelan, tersungging senyum di bibirnya. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat merindukan putrinya itu. Tapi ia tidak berani mengatakannya pada Alan, selalu terjadi pertengkaran di antara mereka jika membicarakan putrinya.

"Maaf Pak, boleh kami tahu di mana pusara Rahma?" tanya Alan.

Pria itu menganggukkan kepala, lalu ia bersedia mereka mengantarkan di mana letak pemakaman. Dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, mereka cukup berjalan kaki dan membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit saja.

"Maaf, saya hanya bisa mengantarkan sampai di sini saja." Pak tua itu menunjukkan letak pusara Rahma dengan jempol tangan kanannya.

"Baik Pak, terima kasih." Alan membungkukkan badan sesaat, lalu menoleh ke arah Elama dan Rangga. "Kita kesana sebentar."

Elama menganggukkan kepala, lalu mereka berjalan memasuki pemakaman umum warga setempat. Mereka mengikuti arah petunjuk yang di berikan pria tadi. Dan langkah mereka terhenti saat melihat seorang gadis tengah duduk bersila di depan pusara Rahma, gadis itu menundukkan kepala mengenakan topi terbalik, kaos longgar berwarna hitam dengan celana jeans sobek sobek.

Alan berdehem menatap gadis yang membelakanginya. "Maaf Dek."

Gadis itu tengadahkan wajahnya menatap mereka berdua bergantian. Lalu matanya melirik ke arah Rangga.

"Rangga?! Anna berdiri berhadapan dengan mereka.

"Annaa?!" Rangga terkejut sesaat melihat Anna berada di pusara Bu Rahma orang yang di cari Elama dan Alan. Kini ia baru mengerti kalau Anna adalah putri yang di buang mereka. Meski masih sebatas dugaan Rangga tapi ia meyakininya.

"Kau kenal dia?" tanya Elama menoleh ke arah Rangga.

"Iya Tante, dia Anna sahabat Tasya. Dia juga yang ikut merawat Tasya di rumah sakit," jelas Rangga panjang lebar.

Elama matanya melebar, mendekap mulutnya sendiri. Walau bagaimanapun ikatan batin antara Ibu dan anak pasti ada. Begitu juga dengan Elama dan Alan. Mereka merasa kalau gadis di hadapannya adalah putri kandung mereka, putri yang tak di inginkan.

"Ada apa? kalian siapa?" tanya Anna tidak mengerti.

"Nak, bisa kita bicara sebentar di sana?" ucap Alan dengan nada suara bergetar. Sementara Elama menahan keinginannya untuk memeluk Anna. Ia memilih diam saat Anna menyetujui permintaan Alan untuk bicara di ujung jalan. Lalu mereka berjalan bersama menuju ujung jalan tak jauh dari pemakaman.

"Maaf, kalian siapa?" Anna mengulang pertanyaannya.

"Apakah namamu Anna?" tanya Alan dengan tatapan tajam.

Anna menganggukkan kepala dengan raut wajah tanpa Ekspresi.

"Ibumu namanya Rahma? yang rumahnya di ujung sana?" tunjuk Elama ke arah gang sempit.

Lagi lagi Anna menganggukkan kepala, ia menautkan kedua alisnya menatap wajah mereka berdua . "Sebenarnya kalian itu siapa?" Anna mulai bosan dengan berbagai pertanyaan mereka.

Elama tersenyum lebar menatap Alan, dugaannya benar. Gadis di hadapannya adalah putrinya yang mereka berikan pada Rahma dulu. Perlahan Elama maju selangkah mendekati Anna dan menangkup wajahnya. Mata Elama berkaca kaca menatap dalam putri kecilnya telah menjadi gadis yang beranjak dewasa. Bulu mata yang lentik hidungnya kecil dan mancung dan memiliki kulit putih bersih mirip Alan.

"Sayang, ini Ibu Nak..Ibumu.." ucap Elama pelan nyaris tak terdengar, di barengi derai air mata saling memburu di pipi Elama. Sementara Alan mengusap wajahnya, ia bisa bernapas lega berhasil menemukan putrinya untuk menggantikan Tasya.

"Ibu?" Anna menautkan kedua alisnya, ia masih belum percaya dengan pengakuan Elama. Tangan Anna menurunkan kedua tangan Elama dan mundur satu langkah ke belakang. "Kalian jangan bercanda." Anna tertawa kecil, jangankan berharap, bermimpipun tidak. Ia akan bertemu kedua orang tuanya, dan hal mustahil jika orang tuanya datang mencarinya jika mereka harus membuangnya sejak bayi.

"Anna, ini Ibu sayang," ucap Elama lirih. Lalu menoleh ke arah Alan.

"Benar Nal, dia ibumu dan aku ayahmu," sela Alan maju selangkah merangkul bahu Elama dan terus meyakinkan Anna.

"Tidak mungkin.." Anna menggelengkan kepalanya.

"Apa yang di katakan mereka benar Anna! Rangga berjalan mendekatinya. " Dan Tasya, adik kandungmu."

Anna menggelengkan kepalanya, ia mundur beberapa langkah. "Tidak mungkin!" pekik Anna. Bulir air mata mulai turun membasahi pipinya. Serasa mendengar suara petir di siang bolong, ia tidak menyangka akan bertemu orang tuanya, selama ini ia telah membuang mimpinya jika suatu hari nanti dapat melihat wajah wanita yang telah melahirkan sekaligus membuangnya tanpa perasaan.

"Tidak Nak, kami tidak bohong..aku Ibumu yang telah melahirkanmu.." ucap Elama hatinya terasa perih melihat sikapnya yang tidak mau mengakui. Tapi lebih perih mana di banding hati Anna? jika mau mengukur dalamnya luka yang di torehkan kedua orangtuanya sejak kecil.

"Kau wanita yang melahirkanku sekaligus mencampakkanku, bukan begitu?!" pekik Anna mengusap air matanya.

Elama menggelengkan kepala, "maafkan kami Nak..maafkan kami.." ucap Elama. Sementara Alan tidak dapat bicara apa apa, sedikitpun tak ada ras rindu di hatinya. Ia hanya memikirkan bagaimana masalahnya selesai.

"Maaf kalian bilang?" Anna tertawa kecil. "Aaaahhhhkkkk! jerit Annaa. Lalu balik badan berlari meninggalkan mereka.

" Putriku!" Elama menepis tangan Alan dari bahunya, lalu melangkahkan kakinya hendak menyusul Anna, namun Rangga mencegahnya.

"Tante jangan! biarkan Anna tenang!" Elama balik badan menatap Rangga.

"Tapi dia putriku!"

"Aku tahu Tante, tapi tidak semudah itu Anna akan menerimanya. Sebaiknya kalian tunggu di mobil, biar aku menyusul Anna."

"Sudahlah, benar apa kata nak Rangga. Kita tunggu di mobil." Alan merangkul bahu Elama dan beranjak pergi.

Sementara Rangga berlari menyusul Anna, langkahnya terhenti tepat di sebua parit kecil airnya keruh. Ia mengatur napasnya lalu berjalan lebih dekat ke arah Anna yang duduk di tepi parit. "Anna.."

Anna melirik sesaat ke arah Rangga, "kau mau apa kesini?"

"An, aku tidak bermaksud ikut campur, aku tahu perasaanmu-?"

Anna berdiri berhadapan dengan Rangga menatap tajam "kau tidak tahu apa apa!" potong Anna.

"Aku tahu, aku tahu Anna.." ucap Rangga lembut.

"Aku tidak memintamu untuk kembali pada orang tuamu, aku tahu kau butuh waktu."

Anna melirik sesaat ke arah Rangga, "bagaimana mungkin aku bisa menerima mereka setelah membuangku sejak bayi tanpa perasaan." Anna berkali kali mengusap air matanya yang jatuh dari sudut netranya.

Rangga berjalan perlahan mendekati Anna lalu memeluknya dengan erat, "aku tahu bagaimana perasaanmu, tapi tenangkan hatimu."

"Rangga..kau.." ucap Anna pelan, bagaimana mungkin ia merasakan tenang saat dalam pelukan Rangga untuk pertama kali. "Tasya?" Anna mendorong tubuh Rangga dan menatapnya tajam.

"Jangan sakiti Tasya, dia kekasihmu. Jika dia tahu kau memelukku seperti tadi. Dia akan sangat terluka." Anna balik badan membelakangi Rangga.

"Kau salah paham, begitu juga dengan Tasya." Rangga tidak pernah mencintai Tasya, ia dekat dengan Tasya atas permintaan kedua orangtua Tasya untuk menjaganya apalagi Tasya dalam keadaan sakit.

"Jangan pernah sakiti dia," ucap Anna pelan.

"Tapi Cinta tidak bisa di paksakan, Anna.." Rangga menundukkan kepalanya.

"Kenapa kau tidak bilang padanya, bukankah sama saja kau menyakiti perasaannya?" Anna balik badan menatap Rangga.

"Aku tidak berani, dia sedang sakit. Tentu kau tahu itu, Anna.." Rangga maju satu langkah lebih dekat dengannya.

"Sejak pandangan pertama, aku menaruh hati padamu."

Anna melebarkan matanya menatap Rangga, "tutup mulutmu, buang jauh jauh perasaanmu padaku!" Anna tidak ingin menyakiti siapapun, ia sangat mengerti apa itu luka.

"Aku mencintaimu, Anna."

"Grep!

Rangga memeluk erat tubuh Anna, sesaat gadis itu terdiam mendengarkan detak jantung Rangga. Perlahan tangannya membalas pelukan Rangga. Namun derik berikutnya ia mendorong tubuh Rangga ke belakang. " Tapi aku tidak mencintaimu."

"Terserah, itu hakmu." Rangga tersenyum. Tangannya menarik tangan Anna, "kita temui Tasya, dia pasti senang bertemu kakak kandungnya. Lakukan buat adikmu."

Anna diam sesaat, lalu menganggukkan kepala, ia akui Tasya sudah baik dan banyak membantunya. Lagipula Anna sudah menyayangi Tasya seperti adiknya sebelum ia mengetahui jika gadis itu memang saudaranya.

Terpopuler

Comments

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

orang tua yang tidak punya perasaan, udah di buang setelah itu mau di nikahkan dengan cara bayar hutang

2022-09-10

0

Sweet Girl

Sweet Girl

kelaut aja koen Lan...Lan..

2022-08-23

1

Sweet Girl

Sweet Girl

orang tua ndak ada Akhlaq koen Lan...

2022-08-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!