selama dalam perjalanan Mella tak sadar jika kepalanya menyandar di bahu Marvel, sedangkan Marvel yang sedari tadi hanya sekedar memejamkan mata tanpa tidur itu pun merasakan sesuatu menyentuh bahunya.
ia melihat ke bahu kirinya ternyata Mella tertidur menyandar di bahunya. Marvel hanya sekedar menatap gadis cantik berbulu mata lentik, beralis tebal, hidung sedikit mancung dan bibir mungil itu tanpa berniat membangunkannya.
Marvel menatap gadis itu dengan tatapan begitu dalam. ia membiarkan gadis itu tidur di bahunya, dan tanpa di duga di sisi dekat jendela ada seseorang yang tengah berdiri membuat Marvel menengok ke arah seseorang itu. ia menatap dari bagian kaki namun terlihat kaki gadis itu mengambang, sudah di pastikan oleh Marvel bahwa gadis itu bukan lah manusia
terlihat tangannya yang pucat seolah tak ada darah yang mengalir di dalam tubuhnya, gadis itu memakai gaun selutut berwarna abu-abu, Marvel semakin penasaran kemudian ia menatap wajah gadis itu yang berambut pendek sebahu, sejenak Marvel terpaku merasakan sesuatu
ia merasa wajah gadis itu sangat mirip dengan Mella, meski hanya di bagian anggel tertentu saja.
"ternyata kamu yang selama ini aku lihat selalu bersama Mella" ucap Marvel dalam hati
"mengapa wajah mu begitu mirip dengan Mella, apakah kalian kembar? " tanya Marvel lagi, tak ada ketakutan sama sekali di wajahnya karena ia sudah terbiasa dengan semua itu sedari kecil, bisa di bilang Marvel memiliki indra ke enam. dan ia sudah terlatih dan terbiasa sedari kecil
"aku bukan kembarannya. karena aku terlahir jauh sebelum Mella ada" jawab sosok itu
"siapa nama mu? " tanya Marvel
"nama ku Nida " jawab sosok itu yang ternyata Nida
"apakah selama ini Mella menyadari itu? " tanya Marvel karena jujur ia merasa penasaran, karena selama ini setiap ia memperhatikan Mella dari jauh gadis itu terlihat tak terganggu sama sekali dan terlihat normal-normal saja seperti yang lainnya
"dia tidak menyadari ke hadiran ku karena dia tidak seperti mu yang dapat melihat sosok seperti ku, namun ia memiliki kepekaan terhadap sekitarnya. dan saat di usianya genap tujuh belas tahun kepekaan itu akan meningkat sempurna" ucap sosok yang serupa dengan Mella
Marvel mengangguk faham, kemudian ia terdiam tak lagi bertanya kepada sosok Nida. namun Nida menyampaikan sesuatu kepada Marvel jika nanti sudah sampai di tempat tujuan
"tolong jaga Mella jika sudah sampai di tempat tujuan, dan peringatkan teman-teman mu yang lainnya jangan sesumbar di tempat baru" ucap Nida memperingati
"kalian harus hati-hati" ucap Nida lagi sebelum ia menghilang
Marvel yang hendak menanyakan pun tidak jadi karena Nida sudah menghilang dari pandangannya.
"huh... malah udah ngilang aja itu setan" Marvel pun menyandarkan kepalanya di sandaran kursi
ia melihat ke arah teman-teman nya ada yang tidur dan juga ada yang sibuk ngobrol dan ada yang main game. suasana tak seramai saat berangkat tadi mungkin karena lelah dalam perjalanan yang lumayan jauh.
Marvel melihat ke arah Mella yang masih nyenyak dalam tidurnya, sesekali gadis itu hanya membetulkan posisi tidurnya tanpa mengubahnya.
"gadis misterius yang gak pernah peduli sekitar, bahkan dia gak tahu kalau selama ini dia di ikutin sama orang yang mirip banget sama dia. " gumam Marvel ia mengangkat tangannya untuk membetulkan anak rambut dari Mella
"andai gue bisa gini terus sama elu Mell" gumamnya lagi
namun tiba-tiba Bus berhenti dan Mella mulai menggerakan badannya, Marvel pun buru-buru menurunkan tangannya lagi
"udah sampek ya" Mella menggerakan tubuhnya, matanya masih menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina
"echem" ia menetralkan tubuhnya saat melihat pergerakan Mella
"eh sorry, gue gak sengaja" ucap Mella kala menyadari kepalanya yang bersandar pada bahu Marvel
"hmm" Marvel hanya berdehem tanpa menjawab
ibu Tuti pun kemudian memberitahukan bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan dan mereka nanti akan langsung melakukan pendakian setelah makan siang sebelum matahari tenggelam.
"baiklah anak-anak kita sudah sampai di tempat tujuan, karena sudah pukul dua siang jadi kita makan siang dulu sebelum melakukan pendakian" ucap ibu Tuti dan semua murid pun mulai berhambur keluar dengan mengantri
dan Marvel pun langsung menyelempangkan tas ransel di bahu kanan nya dan beranjak dari tempat duduknya, sementara Mella hanya terdiam terpaku melihat punggung Marvel
"echm... " suara deheman Rena menyadarkan Mella
"ngeliatin apa Mell" tanya Rena menengok kanan kiri
"gak ada, ya udah yuk. itu si Tika sama Vivi mana" tanya Mella sembari keluar dari tempat ia duduk dan menyelempangkan tas kecil yang ia khususkan untuk menyimpan posel dan alat make-up nya.
"udah duluan mereka turun, kan mereka duduk paling depan" jawab Rena dan berjalan keluar dari Bus
"dasar tu mereka gak setia kawan banget" sungut Mella dengan mengikuti Rena di belakangnya
mereka berdua pun keluar dari Bus dan di belakangnya pun masih ada yang lainnya
"hufff... hahhhh... akhirnya kita sampai juga" Mella menarik nafas menghirup udara dan membuangnya
"hello guys.. " terlihat Tika dan Vivi menghampiri kedua sahabatnya itu
"nih tas elo berdua" Vivi menyerahkan ransel yang berisi peralatan kemping ke pada Mella dan Rena
"thanks... kenapa kalian ninggalin kita sih gak setia kawan banget" omel Rena
"yee.. kita keluar duluan juga kan ngambilin tas elu berdua.. udah yuk ah kita makan siang dulu" Tika langsung menggeret lengan Mella dan Rena menyusul yang lainnya untuk makan siang.
ke empatnya pun kini sudah duduk di meja pojok depan. mereka makan di sebuah warung yang memang sudah lama berjualan di terminal itu, tidak ada restoran atau kafe karena tempat itu dekat dengan jalur pendakian
"elo mau pesen apa biar gue pesenin" ucap Vivi menawarkan
"emm... ini menunya soto banjar, bakso, mie ayam. gue mau coba yang soto banjar deh, kapan lagi kan ke kalimantan makan makanan sini " ucap Mella yang memilih soto
"terus kalian apa" tanya Vivi ke Rena dan Tika
"sama deh gue kaya Mella" jawab Rena
"gue juga samain" Tika pun ikut memesan menu yang sama
"minumnya seperti biasakan es jeruk" tanya Vivi lagi dan ketiganya pun mengangguk
setah itu Vivi pun memesan maknan dan minuman sesuai pesanan mereka tadi. dan Vivi pun kembali ke tempat duduknya mereka kini tengah menunggu pesanan mereka datang
namun terlihat ke empat cowok tengah menghampiri meja mereka, dan membuat ke empat cewek itu pun menatap ke arah para lelaki yang kini sudah berada di depan meja mereka
"hai girl, boleh kita gabung" tanya seorang lelaki dengan paras bule, bermata coklat, hidung mancung dan berkulit putih
"Brayen...bo..leh, boleh aja. duduk aja lagian masih luas ko" jawab Vivi antusias meski sedikit tergagap karena baru kali ini dia menatap idola sekolah sedekat ini
ya ke empat lelaki itu adalah idola di sekolah terdiri dari Brayen Setyo Wiguna biasa di panggil Brayen lelaki keturunan indonesia belanda lelaki berparas tampan pecinta basket , kemudian ada Raditya Firmansyah biasa di panggil Radit keturunan indonesia tulen tanpa campuran tak kalah tampan dari Brayen, Radit memiliki lesung pipit di pipi nya kulit kuning langsat dan terlihat manis saat tersenyum
dan di sebelah Radit yang kini duduk di kursi berhadapan dengan Tika bernama Andra Alamsyah biasa di panggil Andra memiliki kulit putih, mata sipit, dan juga wajah bak oppa korea karena dia memang memiliki darah campuran ayahnya merupakan orang korea sementara ibu orang indonesia.
dan terakhir ada Marvel Darel Bastian lelaki yang tadi duduk bersama dengan Mella yang tak kalah tampan dari ketiga sahabatnya yang lain, meski tak memiliki kulit putih namun ketampanannya tak berkurang sama sekali. kulit kuning langsat, alis tebal, bola mata hitam dan tegas, hidung yang tidak terlalu mancung, dan memiliki gigi gingsul di bagian kiri jika tersenyum menambah ketampanannya. Marvel merupakan ketua tim basket di sekolah dan banyak di idolakan semua cewek yang berada di sekolah dan ia pun memiliki indra ke enam atau biasa di sebut indigo dan itu tidak di ketahui oleh orang lain, hanya keluarga dan sahabatnya saja yang mengetahui itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments