Teman lama

Sungguh Tante Maya penasaran akan tempat asal Hasna, tapi karena waktu sudah menunjukan pukul delapan lebih, jadi rasa penasarannya dia simpan dulu dan sebelum dia pergi Tante Maya berkata.

"Bi antar Nana kerumah sebelah dan tolong beritahu Nana apa saja pekerjaannya dan fasilitas apa saja yang bisa digunakan dirumah itu" dan setelah bu Maya berkata seperti itu Hasna yang tahu arti ucapan tersebut langsing berkata "terimakasih Tante sudah menerima saya, terimakasih banyak."

"Ya sama-sama, semoga kamu betah, oh iya keponakan Tante baru akan tinggal dirumah itu, empat bulan lagi, jadi untuk sementara kamu akan tinggal disana sendiri."

"Iya tidak masalah Tan," ucap Hasna dengan senyum bahagia, ya Bahagia karena mimpinya sebentar lagi akan terwujud, mimpi untuk kesembuhan telinganya yang masih saja berbau.

Andai dia tidak pandai menutupi baunya itu, entah bagai mana hidupnya sekarang dan Hasna juga sangat berterimakasih pada Hans, karena dulu dia pernah menyarankan agar dirinya berkerudung agar lebih mudah menutupi bau di telinganya itu.

Hasna, Pipi juga bu Nyai kini sedang berkeliling dirumah bersantai dua yang terletak di sebelah rumah Tante Maya.

Rumah yang akan diurus Hasna memiliki kamar utama yang berada di lantai dua, beserta ruang olah raga, juga ruang kerja sementara kamar tamu berada dibawah bergabung dengan ruang tengah yang luas seperti sebuah aula pikir Hasna, dan sungguh Hasna ingin berkomentar atas ruangan luas yang tidak dihiasi apapun itu.

"Bu ini kenapa kosong begini," ucap Hasna dengan rasa bingungnya.

"Oh ini, Ibu juga tidak tahu, karena Tante Maya tidak memberitahu ibu apa kegunaan ruangan ini, tapi sepertinya ruangan ini dirancang agar jika ada suatu acara tidak perlu menyewa gedung, cukup disini." jawab Bu Nyai.

"Oh," jawab Hasna dan Pipi bersamaan.

"Orang kaya kok mikirnya kaya orang biasa" celetuk Pipi

"Suka-suka merekalah Pi, yang pening majikanku, tidak suka menyiksa pembantunya dan semoga orangnya tidak menyebalkan." ucap Hasna

"Kamu tenang saja, keponakan Tante Maya baik dan dia juga tampan, tapi sayang dari dulu sampai sekarang dia belum pernah terdengar dekat dengan seorang wanita" ucap Bu Nyai dan Hal itu membuat Pipi berkata.

"Bu, apa dia mirip opa opa korea?"

"Artis korea maksudnya?" tanya Bu Nyai memastikan takut salah mengerti.

"Iya Bu..." ucap Bu Nyai.

"Kayanya sih engga, eh tunggu ibu rasa ada satu foto keponakan Tante Maya di kamar utama" jawab Bu Nyai dan kebetulan mereka sekarang berada dilantai dua dan mereka langsung menuju kamar utama sambil menjelaskan tugas Hasna di lantai dua.

Pintu Kamar dibuka dan saat itu juga Hasna langsung melihat foto seorang pria berjas putih berkalungkan sebuah alat untuk memeriksa denyut jantung.

"Hans" ucap Hasna dengan rasa tidak percaya lantaran poto temannya dulu ada didalam kamar utama dengan ukuran yang sangat besar sampai jika kita fokus pada mata foto itu, foto itu terasa melihat kearah kita dan itu juga dimakan Hasna sekarang.

Sementara dua orang yang didepannya langsung menoleh kearah Hasna dengan rasa bingung karena Hasna tahu nama panggilan keponakan Bu Maya tanpa dibertahu oleh siapapun.

"Nana, kamu tahu nama panggilan Dokter Burhan dari mana?" tanya Bu Nyai

"Dia temen sekolah aku dulu" jawab Hasna dengan suara yang terdengar lesu tidak bersemangat seperti tadi.

Pipi menatap Hasna dengan rasa bingung karena melihat wajah Hasna yang terlihat tidak menyukai calon majikannya, yang ternyata teman lamanya juga tampan dan karena ingin tahu alasan raut wajah Hasna yang berubah Pipi pun berkata "Kamu aneh Na, seharusnya kamu senang karena calon majikanmu itu teman lama kamu dan lihat dia juga seorang dokter yang sangat tampan."

"Jika dulu aku tidak punya masalah dengan dia, mungkin akan biasa saja, atau mungkin merasa senang, tapi ini aduh Pi, ini kalau dia tahu aku jadi pembantunya bisa habis dibuli."

"Terus gimana? apa kamu masih mau bekerja disini?" tanya Pipi dan pertanyaan itu juga mewakili pertanyaan yang ada dibenak bu Nyai.

"Gak tahu, bingung" jawab Hasna yang benar-benar bingung, jika dia tidak jadi kerja ditempat Hans, kapan lagi dia dapat kerjaan yang gajinya lumayan dan utuh tidak perlu dipotong ini dan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!