"Apa Anda bisa bersabar tuan Angkasa, kaki ku sedang sakit tidak mungkin aku berlari."
"Oh ya aku lupa." Angkasa berjalan mendekati gadis itu lalu menggendongnya dan membawanya ke atas motornya.
"Sudahkan ?" Tanya Angkasa saat menyadari bahwa gadis itu hanya terdiam tanpa mengatakan apapun.
Sedangkan Mentari masih belum bisa mencerna semuanya apakah tadi orang yang selama ini di kaguminya sedang menggendong dirinya. Pikirnya hanya di sana saja merasa bahwa kesialan hari ini sudah cukup untuk bayaran dia yang bisa di gendong oleh pria yang ia sukai.
...****************...
Sesampainya di kamarnya gadis itu lalu melompat ke arah kasurnya lalu berguling dengan senang disana.
"Wahh gila...hari ini aku bisa begitu dekat dengan Angkasa Huaaa..." Ujarnya dengan histeris.
"Tidak mari tenang mentari ....huh tarik nafas huh....huaa tidak bisa dia begitu tampan tadi...." Ujar gadis tersebut dengan begitu bersemangat.
"Ais aku harus tetap waras...Ayolah mentari kau harus bisa menahannya....huf tenanglah....tapi Angkasa benar-benar tampan." Ujarnya dengan menggeliat seperti cacing kepanasan itu.
"Aku harap hari esok akan cepat datang jadi aku bisa bertemu dengan Angkasa lagi." Ujarnya lalu kembali tersenyum seperti orang gila.
Hari-hari berlalu begitu saja, awalnya Mentari berpikir jika dirinya dan juga pria itu bisa menjadi teman yang baik tapi entah kenapa pria itu justru seakan-akan menjauhinya bahkan tidak ada lagi yang namanya baju couple atau apapun itu.
Walaupun kecewa tapi gadis itu terus memperhatikan Angkasa selama pelajaran walaupun pria itu sama sekali tidak melihat kearahnya.
Ada rasa kecewa di hati mentari karena pria itu tidak pernah lagi tersenyum padanya ataupun menyapanya.
'Apa aku ada salah bicara padanya...atau apa dia marah karena aku tidak pernah membalas sapaannya.' Pikir gadis itu setiap hari.
Hingga akhirnya pagi itu ia memutuskan untuk menyapa pria itu terlebih dahulu.
"Ayo Mentari kita akan menyapanya untuk pertama kali hari ini." Ujarnya dengan semangat. Entahlah karena perhatian yang pria itu tunjukkan pada hari itu membuat Mentari merasa ia memiliki kesempatan di hati pria itu karena nyatanya pria itu perduli padanya.
Sebelum masuk kelas ia putuskan untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya yang memang cukup banyak tapi mereka adalah anak-anak yang memang tidak terlalu populer atau pun kaya dalam segi ekonomi mereka sama-sama penerima biaya siswa mungkin itu sebabnya mereka bisa berteman dengan baik satu sama lain.
"Huh bagaimana dengan kelas metode apa menyenangkan ?" Tanya salah seorang kawan Mentari yang berada di sana.
"Yah lumayan lah menguji iman dan takwa."Jawabnya membuat Ira dan juga Ita mengangguk setuju.
"Oh ya apa kalian tau aku dapat berita menarik." Ujar gadis dengan rambut panjang yang ia beri warna coklat itu.
"Apa ?" Tanya Mentari.
"Angkasa pacaran dengan bulan."
"Ha."
"Ha."
Orang-orang disana benar-benar terkejut terutama tiga orang yakni Ita, Ira dan tentunya Mentari.
"Bagaimana bisa put ?" Tanya Ita dengan cepat.
"Aku tau dari anak-anak kelasku kemaren..."Jelas gadis itu dengan santai karena ia tidak tau jika Mentari menyukai Angkasa. Sedangkan Ita dan Ira hanya saling melirik karena mereka berdua mengetahui bagaimana perasaan sahabatnya itu.
"Kapan mereka jadian ?" Tanya Mentari yang saat ini tengah menggenggam erat tangannya menahan rasa sakit di hatinya.
"Hmm tanggal 17 bulan 3 kemaren." Ujar Putri.
"DEG." Jantung Mentari seakan-akan berhenti.
"Oh ya itu tepat ulang tahunmu ya." Ujar Putri pada Mentari yang hanya diam membisu.
"Oh bagaimana kelasmu put ?" Tanya Ira dengan cepat mengalihkan dari pembicaraan itu.
"Oh itu cukup baik, mereka juga...Mentari kau mau kemana ?"
"Aku ingin ke kamar mandi." Ujar gadis itu lalu pergi begitu saja.
sesampainya dikamar mandi gadis tersebut langsung menutup pintu menghidupkan kran air lalu menangis disana.
"Kau bodoh Mentari hiks kau sangat bodoh hiks....kau sangat bodoh hikss...kenapa ini begitu sakit hiks...kenapa harus hari ulang tahun ku hiks... kenapa...hiks" Gadis itu menangis di dalam kamar mandi tanpa seseorang pun mengetahuinya. Setelah puas menangis gadis itu kembali menatap dirinya yang berada di dalam cermin.
"Kau harus kuat Mentari, mari lupakan dia dan jalani hudupmu...ayo bangkit.!" Ujarnya lalu meninggalkan kamar mandi.
Kelas kali ini pun berjalan dengan baik bahkan dia sama sekali tidak lagi mencoba untuk mencuri pandang dari pria yang duduk di belakangnya itu.
Selama satu semester itu ia sama sekali tidak ingin berlama-lama dengan pria itu bahkan sifatnya ini sangat menunjukkan jika ia menghindari pria tersebut.
Hingga libur semester pun datang dan akhirnya kali ini mereka akan mengambil kelas baru dan juga bertemu dengan teman baru. Kali ini Mentari memilih kelas dengan janjian dengan seluruh teman satu gengnya. Ia merasa akan sangat baik di kelas terakhir ini mereka dapat berkumpul bersama ya karena semester 7 mereka akan magang sedangkan semester 8 mereka akan sibuk membuat skripsi jadi inilah masa-masa terakhir mereka bersama.
"Kita kelas baru kan ku harap disana juga mendapatkan teman sekelas yang baik." Ujar gadis itu sebelum memasuki kelas.
"DEG." Saat memasuki kelas itu mendadak gadis itu ingin putar balik saja.
Bagaimana tidak ingin putar balik kali ini ia justru sekelas dengan Angkasa dan yang lebih buruk lagi ia juga sekelas bersama bulan dan rombongannya.
"Mentari kau tidak apa-apa kan ?" Tanya Ira yang saat ini sudah duduk tepat di sampingnya.
"Aku baik-baik saja." Bohongnya. Bagaimana ia mau baik-baik saja saat melihat Angkasa dan bulan yang terus bermesraan disana.
"Baguslah...aku yakin kau pasti bisa lepas darinya." Ujar Ira meyakini gadis tersebut.
"Terimakasih."
Pelajaran di mulai dan perlahan Mentari bisa menyesuaikan diri jika harus terus sekelas bersama pasangan itu di seluruh mata kuliah yang ia pilih.
Hari-hari berjalan begitu saja hingga akhirnya ketika ingin pulang Mentari tidak sengaja melihat buku tugas yang sepertinya ketinggalan. Dengan niat baik gadis itu membuka buku tersebut ingin mengetahui siapakah pemiliknya.
'Angkasa Raya Brawijaya.'
"Deg." Mentari tidak jadi membawa buku itu kepada pemiliknya saat mengetahui nama yang tertera disana.
Ia menelusuri kelas tapi matanya justru tidak sengaja bersitatap dengan sosok pria yang sedang menatapnya juga lalu tersenyum.
'Kenapa lagi dengan dia ?' Pikir Mentari yang segera memalingkan pandangannya.
"Buku siapa Tar ? kok di letak lagi di sana bukankah katamu ingin mencari siapa pemiliknya" Tanya Ita.
"Angkasa."
"Ha maksudnya ?"
"Pemilik buku itu Angkasa." Jawab Mentari dengan sedikit berbisik.
"Ha...baguslah Tar jika buku pria itu memang tidak usah kamu pedulikan nanti si Bulan bisa marah lagi."
"Iya..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments