Mereka bertiga pun pergi dari sana lalu berhenti di salah satu tempat duduk yang memang sudah di sediakan oleh pihak kampus.
"Tar katanya ada kelas kok kita malah ke sini." Ita benar-benar bingung dengan temannya ini.
"Maaf aku hanya tidak suka terlalu lama disana ?"
"Kenapa ?"
"Ntahlah hanya tidak suka saja, tempat itu terasa terlalu ramai saja."
"Oh benar mungkin itu karena ada Angkasa disana." Jawabannya.
"Iya mungkin begitu."
...****************...
Mereka mengobrol singkat disana tanpa menyadari jika sedari tadi ada sosok pria yang terus memperhatikan mereka dari tempat yang tidak jauh darinya.
"Apa ini yang dinamakan kelas." Gumamnya pelan dengan mata tajamnya itu.
"Kenapa Tar kok kamu kayak nyari sesuatu gitu ?" Tanya Ita yang melihat sahabatnya itu tampak melirik ke kanan dan ke kiri.
" Aku merasa seperti ada yang memperhatikan ku." Ujar Mentari dengan tersenyum canggung. Dia tidak mungkin di ikuti setan jam segini kan.
"Hais Tar kamu selalu saja begitu aneh sekali." Timpal Ira.
"Aku juga nggak tau."
"Udah-udah mungkin itu cuman kamu aja yang terlalu sensitif." Ujar Ita yang mencoba menengahi.
"Oh ya udah ayo kita pulang kan sudah tidak ada mata kuliah lagi." Ajak Tari yang merasa malas jika terus berada di sekitar kampus itu.
"Hmm ayo."
Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang karena tidak ada alasan untuk mereka terus berada di sana.
Akhirnya Mentari bisa berada di atas kasurnya lagi. Walau terbilang tipis tapi menurut Mentari kasur ini sudah jauh dari kata cukup.
"Hmm lelah nya..." Ujar gadis itu lalu mengambil handuk untuk membersihkan dirinya.
Setelah membersihkan dirinya Mentari langsung mengganti bajunya dan tertidur nyenyak.
Seminggu sudah waktu berlalu dan saat ini adalah dimana ia akan kembali berada di kelas yang sama dengan pria itu.
Gadis itu hari ini menggunakan kemeja bewarna putih dan celana bewarna moka ya begitulah dan cukup simpel.
Di kursinya kemarin mereka masih menunggu dosen datang dan juga teman-teman mereka yang mulai berdatangan.
Lagi-lagi sosok pria itu datang dan membuat kehebohan di kelas tersebut terutama untuk para gadis-gadis yang memang banyak di kelas tersebut.
Kali ini pria itu menggunakan Hoddie berwarna hitam dengan celana bewarna moka lalu tersenyum. Entah perasaan Mentari saja jika pria itu tersenyum padanya yang membuat gadis tersebut langsung memalingkan pandangannya.
Tapi senyum tadi seperti menandakan sesuatu seperti kemenangan disana.
Hingga jam perkuliahan akan dimulai lalu pria itu yang membuka Hoddie yang di kenakannya.
'Kemeja putih.'
Pria itu memakai baju yang berwarna sama dengan yang di kenakan Mentari seakan-akan mereka adalah pasangan hari ini.
"Ehem."
"Ehem."
Suara deheman dari dua temannya itu yang membuat Mentari hanya tertunduk. Saat ini ia benar-benar merasa senang tapi dia tidak ingin memperlihatkannya.
"Bagaimana bisa kalian couple begini ? apa sudah janjian sebelumnya ?" Bisik Ita tepat di telinga milik gadis itu.
"Itu hanya kebetulan."
"Jangan-jangan kalian jodoh ?" Ujar Ira yang tampak sangat bersemangat.
"Apasih Ti-tidak kok." Ujar Mentari padahal dalam hatinya ia sudah sangat mengaminkan hal tersebut.
"Sudahlah ibu mau datang." Ujar Mentari mengalihkan perhatian kedua temannya itu.
Begitulah awal mula pria itu terus saja menggunakan baju dengan warna yang sama dengan yang Mentari kenakan. Ini cukup aneh untuk hanya dibilang sebagai kebetulan tapi gadis itu tidak mau memikirkan yang aneh-aneh mungkin memang warna yang mereka sukai itu sama.
"Tar...aku yakin kalian berdua ada hubungan kan ?" Tanya Ita yang sudah sangat penasaran sama halnya dengan orang-orang yang berada di kelas tersebut.
"Aku tidak, aku tidak ada hubungan apapun dengan Angkasa..." Ujar Mentari karena memang itulah kenyataannya.
"Jadi kenapa kamu bisa memakai baju yang warnanya selalu sama dengan Angkasa ?"
"Ya aku nggak tau." Jawab Mentari dengan cepat.
"BRAK !" Rombongan wanita mendatangi mejanya saat ini.
"Oh jadi ini gadis jalang yang selalu mengikuti Angkasa !" Ujar sosok gadis dengan wajah cantik dan juga baju mahal yang di kenakannya.
"Aku tidak mengikutinya." Jawab Mentari.
"Alah jangan bohong...apa kau mau bilang jika Angkasa yang selalu mengikuti mu gitu ? kau pikir aku percaya ?dasar wanita murahan !"
"Apa sih kalian, Mentari sama sekali tidak mengikuti Angkasa, masalah baju mereka yang selalu sama juga dia tidak tau tapi yang jelas kalian juga siapa kok mencampuri masalah Angkasa pacar juga bukan tapi sok-sokan marah." Ujar Ira membuat dua gadis itu beserta rombongannya terdiam.
"Awas saja kau !" Ujar gadis itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Mentari dan juga teman-temannya.
"Jangan dengarkan mereka ya Tar, emang gitu kalo orang iri mah." Ujar Ita pada Mentari yang hanya diam.
Tapi ternyata gadis-gadis itu tidak berhenti sampai disini. Mereka terus saja mengganggu Mentari mulai dari menyiram gadis itu dengan air comberan, menyembunyikan tas milik gadis itu, dan banyak hal lainnya. Hingga suatu ketika mereka melakukan hal yang sangat tidak terpikirkan oleh Mentari.
"Mentari kau di suruh ambil kursi didalam gudang dengan pak Budi." Ujar salah seorang siswa yang menghampirinya saat akan pulang karena jam sudah sangat sore sedangkan Ira dan juga Ita tidak pergi ke kampus hari ini karena kelas mereka sedang diliburkan sebab dosennya yang sedang sakit.
"Tapi kenapa harus aku ? aku juga tidak terlalu di kenal bagaimana pak Budi tau namaku." Ujar Mentari saat sudah mendekati gudang pada temannya yang berada di depannya itu.
"Maafkan aku Mentari mereka mengancam ku." ujar gadis itu dengan menatap nya.
Lalu tiba-tiba saja ada tangan yang membekapnya dari belakang dan mendorongnya dengan kuat hingga terduduk di lantai dalam gudang itu.
"Kalian ?." Mentari melihat ke arah sosok gadis yang selalu mengganggunya selama ini.
"Selamat tidur bersama tikus pecundang." Ujarnya.
"BRAK !" Pintu tertutup dengan rapat.
"Ester !! aku mohon buka pintunya ! ESTER !!..." Gadis itu terus berusaha membuka pintu tapi hasilnya nihil. Dengan cepat Mentari mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya tapi sayang baterainya telah habis total.
"Oh ya aku bawa casan pasti di tempat ini ada colokan bukan ?" Ujar gadis itu dengan meraba dinding tersebut.
"Ketemu ! bahkan dia juga menemukan saklar lampu di sampingnya."
"KLEK." Ruangan yang gelap itu berubah menjadi terang.
Tapi sayang sungguh sayang tenyata gadis itu meninggalkan casan handphone nya sehingga ia hanya mampu berdiam diri diatas lantai gudang tersebut.
"Ais kenapa harus hari ini aku lupa membawa casan huh." Ujarnya dengan frustasi.
Ia memandang seluruh ruangan tersebut lalu ia melihat sebuah jendela yang tidak cukup tinggi.
"Aku pasti keluar dari sini." Gumamnya dengan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments