"Udah lama kenal Susan? sepertinya kalian akrab sekali."tanyaku lagi.
"Lumayan, dia teman smpku dulu." jawab Aril.
"Oh gitu, jadi kalian udah deket dari dulu?" tanyaku lagi.
"Tidak juga, aku baru ketemu dia lagi kemarin sejak lulus smp. Memang kenapa kau ingin tahu sekali seperti apa hubunganku dengannya? Apa kau juga menyukainya?" jawab Aril dan berbalik bertanya.
"Juga? maksudnya?," tanyaku berpura pura tidak mengerti.
"Sudahlah mengaku saja, akupun menyukainya. Jangan salahkan aku kalau aku akan mendahuluimu untuk menyatakan cintaku. Jika dia menerimaku maka jangan pernah mengungkapkan perasaanmu dan tetaplah jadi sahabatnya." terang Aril panjang lebar.
Aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa menebak hatiku begitu mudah. Apa terlihat sekali dari tingkahku. Baru pertama kali dia melihatku dia langsung bisa mengerti hatiku, tapi kenapa Susan yang setiap hari bersamaku malah tidak menyadarinya.
"Apa hakmu menyuruhku seperti itu, aku akan menjadikan dia milikku. Jadi kau jangan terlalu berharap." kataku tegas dengan menatapnya tajam.
"Terserah padamu." jawab Aril acuh.
Setelah perbincangan yang sedikit membuat otakku panas, aku jadi berfikir bagaimana caraku menyatakan cintaku pada Susan. Selama ini aku belum punya keberanian untuk itu, sekarang malah ada saingan. Bagaimana kalau sampai Susan juga munyukai cowok itu. Apa aku bisa menerima kenyataannya nanti. Hahh, aku jadi tambah kesal memikirkannya.
Aku mengalihkan pandanganku, mencari sosok Susan. Ternyata dia juga memandangku, ah tidak ternyata. ketika aku menoleh pada Aril, Aril juga sedang melihat Susan kemudian tersenyum padanya, dan ku lihat Susan juga membalas senyumnya. Tak lama setelah itu Susan melihatku, aku langsung tersenyum padanya. Tapi tak ku sangka balasannya bukan senyuman, mukanya malah terlihat kesal saat melihatku. Aku sudah bisa menebak isi hati Susan. Sepertinya kali ini aku akan patah hati.
Susan pov.
Kenapa juga Deni tiba tiba datang dan mengganggu ku. Baru juga sebentar acaranya dia udah minta gantian tugas. Padahal aku udah mulai nyaman ngobrol dengan Aril, rasa maluku karena kejadian tadi pagi sudah hilang entah kemana. Tambah kesal lagi Deni menggodaku secara tidak langsung dia menganggap aku sedang berpacaran dengan Aril. Raut mukaku tidak terbayangkan, saat mendengar perkataan Deni. Aku sangat malu pada Aril, dengan cepat tanganku langsung memukul bahu Deni. Malah Deni membuatku tambah kesal dengan mengaduh kesakitan yang sangat dibuat buat, padahalkan aku tidak memukulnya dengan keras. Rasanya kalau saat ini tidak berada di acara seperti ini aku akan menhajar Deni sekuat tenagaku. Untung pikiranku masih bisa jernih menghadapi tingkah Deni yang menyebalkan itu. Selelah mengaduh aduh ria diapun masih menggodaku, hish ingin sekali aku menyumpal mulutnya itu. Sebelum habis kesabaranku, aku segera pergi dari situ dan segera melaksanakn tugasku.
Selama melaksanakn tugasku, sesekali aku melihat ke arah Aril dan Deni. Ku lihat mereka sedang berbincang. Apa yang dibicarakan mereka, timbul pertanyaan itu dalam benakku. Karena aku melihat raut muka mereka yang serius.
Tak lama setelah itu, aku kembali melihat mereka. Tak disangka saat itu Aril juga menatap ku, dia memberi senyum manis padaku. Akupun membalas senyumnya dengan senyuman yang ku buat yang tak kalah manis. Setelah itu aku juga mengalihkan pandanganku pada Deni, ternyata dia juga melihatku dia juga tersenyum padaku. Aku yang masih kesal padanya, langsung merubah wajah senyumku dengan wajah super jutek dan malas untuk melihatnya. Puas sekali rasanya bisa membalasnya, karena ku lihat muka Deni yang terkejut melihat ekspresiku. Aku tertawa dalam hati melihat Deni tersenyum kecut begitu.
Setelah hampir dua jam acara akhirnya selesai, dilajutkan dengan istirahat dan makan siang. Lumayan capek juga badanku, aku berniat membaringkan badanku dulu sebelum makan. Aku segera menuju ruang istirahat panitia khusus cewek. Dan segera beristirahat sejenak, tapi baru juga lima menit berlalu. Seorang teman mengejutkan ku dan mengatakan kalau ada seseorang yang mencariku di luar. Siapa ? pikir ku dalam hati, dengan sedikit malas ku langkahkan kakiku untuk keluar melihat siapa yang mencariku..
"Eh Aril, ada apa?" tanyaku, ketika melihat Aril yang ternyata mencariku. Ku lihat dia sedang menyandarkan diri di daun pintu menyambutku dengan senyum manisnya. Aku juga tak lupa untuk tersenyum juga padanya.
"Emm, nggak ada apa apa. Hanya ingin ngobrol sama kamu. Ganggu nggak?" -- Aril.
"Tidak kok. Aku kirain ada perlu apaan. Udah makan belum?"
"Belum, kamu gimana? kalo belum juga yuk ke kantin, bareng bisa sambil ngobrol kan." ajak Aril padaku.
"Boleh deh, traktir ya, kan kamu yang ngajak hehehe." rayu ku, kan lumayan buat ngirit uang jajanku.
Tanpa menjawab pertanyaanku, dia malah langsung memegang tanganku. Dan menarikku menuju kantin. Tanpa penolakan pastinya aku pun mengikuti langkahnya. Dalam perjalanan ke kantin, dia tidak melepas pegangan tangannya padaku, sampai ada temannya atau juga temanku yang menyoraki, tapi tak di anggap sama sekali olehnya. Dia tetap tak melepas pegangan tangannya, malah aku jadi yang malu, karena diperhatikan banyak orang.
"Muu makan apa? aku pesanin." tanya Aril stelah sqmpai di kantin.
"Soto deh ama es teh manis aja. makasih ya." jawabku sambil nggeloyor aja nyari tempat duduk.
"Itu aja nggak nambah lagi?" tanyanya lagi.
Kalau sebenarnya aku pengen tambah lagi, tapi masak iya cewek udah minta di traktir trus makannya banyak juga. Malu kali, nggak sopan. Akhirnya aku hanya menggelengkan kepalaku.
Tak lama kemudian dia duduk di sampingku dengan sudah membawa dua gelas es teh manis.
"Tunggu bentar lagi makanannya bakal di antar."
"Hemm. Makasih ya udah mau traktir." ucap ku.
"Iya, sama sama. Lain kali gantian ya." katanya.
"Ihh ternyata minta ganti..nggak jadi makasih deh kalo gitu, aku tarik lagi kata kata ku tadi." jawabku dengan nada sedikit kesal, niatnya minta traktir biar ngirit tapi nggak taunya malah minta traktir balik.
"Bercanda, gitu aja ngambek." ucap Aril sambil mengacak rambutku.
Aku pun langsung tersenyum lagi, yess jadi deh ngirit hehehe. Setelah lima menit makanan pun datang. Eh kok banyak sih tanyaku dalam hati.
"Kamu makannya banyak juga ya, Ril."
"Nggak semua buat aku tapi buat kamu juga biar kamu kenyang. Kamu butuh banyak tenaga jadi makan yang banyak. Ok."
"Wah kamu tau aja kalo sebenernya aku lagi laper banget. Karena udah kamu pesenin, aku makan ya.?" ucapku jujur.
"Iya habisin, makanya nggak usah gengsi sama aku. Mau makan banyak ngomong aja nggak usah malu. Aku suka kamu yang apa adanya dan blak blakan." jawab Aril sambil mendekatkan makanan yang dipesannya buat aku. Ada tambahan semangkuk bakso dan juga somay.
Aku yang mendengar jawaban Aril langsung saja mulai makan makanan itu satu per satu. Hingga tandas semua tak bersisa, membuat perutku sedikit kekenyangan.
"Makasih lagi ya Ril, udah nraktir aku. Kenyang nih aku."
"Yakin udah kenyang? nggak mau nambah lagi?" tanyanya.
"Tidak, beneran udah kenyang banget nih aku." jawabku.
"Aku mau ngomong sesuatu nih, dengerin baik baik ya. Aku nggak akan ngulangin lagi." pinta Aril.
"Ngomong aja," jawabku sambil menyruput es teh ku.
"Aku suka kamu San."
"Uhuuk.. uhuuk.., apa?" tanyaku untuk memastikan apa nggak salah yang aku dengar, karena kaget aku jadi tersedak es teh juga. Aku pun jadi menatapnya dengan serius, tak mau kalo sampai aku salah dengar lagi.
"Dengerin sekali lagi baik baik, aku nggak akan ngulanginya lagi."
"Ok ok." jawabku nggak sabar.
"Susan Saraswati, Aku cinta kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments