Ayisha adalah anak dari paman dan bibinya Reya. Mereka tinggal tidak jauh dari rumah Reya, hanya berbeda beberapa blok saja. Ayisha adalah anak yang sangat pintar, mudah bergaul, dan tentu saja sangat baik pada siapa saja. semua orang sangat senang bisa berteman dengannya. Perawakannya memang agak subur, namun dia tidak pernah mengeluh ataupun kehilangan percaya diri. Hal itulah yang membuatnya banyak dipuji oleh siswa-siswi lain. Hanya satu kelemahannya, yaitu jika sudah berbicara, dia susah sekali untuk berhenti. Dan sekarang sifat cerewetnya itu sedang dirasakan oleh Reya.
Terakhir kali Reya bertemu dengan Ayisha saat mereka masih bersekolah di bangku SD kelas 6. Saat itu sekolah di kota sedang libur panjang. Sang ayah mengajukan cuti pada perusahaannya selama satu minggu. Dan merekapun akhirnya berlibur disini. Enam tahun sudah sejak pertemuan mereka saat itu, dan selama itu pula baik keluarga Reya ataupun keluarga Ayisha jarang sekali saling menghubungi satu sama lain. Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Reya tidak pernah menyangka sama sekali kalau saudaranya ini tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cerewet. Dengan hanya mendengar ocehannya saja, langsung dapat membuat telinga Reya menjadi panas dan kepalanya menjadi pusing.
Itu mulut ga ada remnya kali, pikir Reya.
Untungnya bel sekolah tanda masuk sudah berbunyi. Menyelamatkan Reya yang sudah tidak tahan lagi menanggapi saudaranya yang seperti kereta express itu.
Perjuangan Reya menghadapi sang kereta express ternyata tidak hanya sampai disitu. Reya ditempatkan satu kelas dengan Ayisha.
“Hmmm kenapa gue harus sekelas dengan Ayisha?” gumam Reya yang sedang berdiri di depan ruang kelas.
Dia baru saja kembali dari ruang kepala sekolah untuk mengetahui di kelas mana dia akan belajar.
“Hey Rey, elo masuk kelas ini juga?” teriak Ayisha sambil lalu mendekati Reya.
Reya hanya tersenyum dan sesekali menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Dengan cekatan, Ayisha menarik tangan Reya, mengajaknya masuk dan menyuruhnya untuk duduk sebangku dengannya. Kebetulan saat ini dia sedang duduk sendiri karena teman sebangkunya tidak masuk sekolah. Jika nanti dia datang, mungkin Ayisha akan menjelaskan semuanya. Ya kita lihat saja nanti. Yang penting sekarang saudaranya itu bisa mendapatkan tempat duduk.
***
“Selamat pagi semuanya” suara merdu sang guru cantik menenangkan seantero kelas yang super berisik.
Ibu Layla, adalah guru Bahasa Indonesia di SMA Mega Bintang. Usianya masih muda dan dia masih lajang. Namun dalam hal kedisiplinan, jangan ditanya. Dia sangat ketat dalam mendidik para siswanya. Sedikit saja siswanya melakukan kesalahan, dia tidak segan-segan untuk menghukumnya. Mungkin karena itu pula dia sampai sekarang
masih lajang. Hehehe.
Sebelum memulai pelajaran, matanya tertarik pada sosok seorang perempuan yang sedang duduk di barisan paling depan.
“Wah, sepertinya ada siswa baru ya?” ucap bu Layla menatap Reya.
Reya berdiri dan langsung memberikan senyuman manisnya pada sang guru.
“Siapa namanya?” tanya Bu Layla.
“Reya, Bu” jawab Reya dengan suara pelan.
“Kecil sekali suaranya. Ya sudah, kamu maju ke depan dan kenalkan diri kamu sama teman-teman yang lain!”
Nasib menjadi siswa baru memang seperti ini. Harus maju ke depan, ditatap oleh semua pasang mata di kelas, memperkenalkan diri. Padahal kalau dipikir-pikir, sewaktu pertama menjadi siswa di sekolah, semua orang tidak saling mengenal. Tapi mereka tidak harus berdiri di depan kelas seorang-seorang, mereka berkenalan sambil berjalannya waktu. Tapi ya harus bagaimana lagi. Tidak ada gunanya Reya menolak dan yang pasti itu tidaklah mungkin.
Dengan perlahan Reya maju ke depan. Sebelum berbicara dia mencoba menatap semua mata di dalam kelas yang saat ini semuanya terfokus pada satu objek, dirinya. Beberapa siswa menatapnya sambil berbisik-bisik. Entah itu memuji atau menghina, Reya tidak tahu. Hanya saudaranya Ayisha yang kini sedang menatapnya dengan senyuman. Tangannya mengepal di depan dadanya. Memberikan semangat pada Reya untuk melawan rasa
gugup yang kini sedang menjalar di tubuhnya.
“Hay salam kenal semuanya. Nama saya Reya Agustiana Dewi. Teman-teman semuanya bisa memanggil saya dengan sebutan Reya”
“Dan dia adalah saudara sepupuku,” kata Ayisha memotong perkenalan Reya.
Semua siswa yang merasa kaget dengan suaranya yang tiba-tiba muncul langsung mensorakinya.. UUuuuuuuuUUUU.....
Melihat kondisi kelasnya yang mulai berisik, Bu Layla mencoba menenangkan.
“Sudah.. sudah.. hey.. anak-anak.. coba hargai Reya yang sedang berbicara di depan,” ucap sang guru tegas membuat warga kelas diam dan kembali fokus pada Reya.
“Silahkan dilanjutkan Reya!” titah bu Layla.
“Baik, Bu. Saya baru pindah kesini beberapa hari yang lalu. Saya pindahan dari SMA Purnama yang terletak di kota Jakarta”
“WEITSS ADA GADIS KOTA GUYS.”
Teriak seorang laki-laki mengagetkan Reya. Mata Reya langsung fokus pada sang pemilik suara. Seorang laki-laki yang sedang duduk di pojok paling belakang sambil bersender ke bangkunya. Tangannya dia satukan di depan dadanya.
“Reya, boleh tahu nomor teleponnya ga biar kita bisa lebih akrab?” tanya laki-laki lain yang duduk di samping
laki-laki tadi. Sepertinya mereka satu genk.
Semua siswa yang mendengar pertanyaan tersebut sontak kembali ramai. Mereka bercanda-canda, mensoraki, melempar pensil, dan lain-lain. Melihat kondisi kelas yang mulai tidak kondusif, membuat Bu Layla harus bangkit dari tempat duduknya. Dia berdiri di samping Reya.
“Sudah.. sudah.. berhenti semuanya. Apakah kalian tidak malu bersikap seperti ini di depan teman baru kalian?”
Melihat sang guru yang marah, bukannya membuat mereka tenang. Yang ada malah semakin ramai. Mereka saling menyalahkan satu sama lain.
“Berhenti semuanya.. Diam.. Apa kalian semua mau ibu hukum?” ancam sang guru yang kini sukses membuat
semua terdiam karena takut.
“Baiklah Reya. Kamu boleh kembali duduk.”
“Terima kasih, Bu,” jawab Reya dan langsung berjalan menuju tempat duduknya. Proses belajar mengajarpun dimulai.
***
--Teng-Teng--
Setelah belajar selama dua jam lamanya, akhirnya bel tanda istirahat pun berbunyi. Semua siswa langsung berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju ke kantin, ke kamar mandi, ada yang menemui temannya yang berbeda kelas, dan lain-lain.
Reya sedang sibuk membereskan mejanya. Memasukkan semua buku dan alat tulis ke dalam tasnya.
“Mau ke kantin bareng, Rey? Ayo, nanti gue ajak elo ketemu sama Pa Sentul dan bakminya yang super lezat itu. Selain itu ada juga..........” tanya sang kereta express yang sudah lebih dulu selesai membereskan mejanya.
“Duluan aja. Nanti gue nyusul,” potong Reya.
“Memangnya elo tahu dimana kantinnya? Ntar kalau nyasar gimana? Kan gue juga yang repot. Apa yang harus gue bilang sama orangtua elo kalau sampai itu terjadi?”
“Jangan lebay deh, Sha”
“Gue serius Rey. Apa elo ga tau ya kalau dibalik sekolah ini ada kuburan. Gimana kalau elo nyasar kesitu lalu.........”
Obrolan Ayisha terhenti setelah mendapat pelototan dari saudaranya. Wajah Reya yang cantik memang akan langsung berubah menjadi menyeramkan jika matanya sudah melotot.
“Iya-iya deh gue pergi. Gitu aja marah,” ucap Ayisha dan lalu pergi ke kantin, meninggalkan Reya yang sedang asyik bermain dengan telepon genggamnya.
Sebenarnya hari ini Reya sedang tidak bersemangat untuk melakukan apa-apa. Dia berencana untuk menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas saja. Bermain game di HP lebih membuatnya nyaman daripada harus keluar dan melihat orang-orang yang tidak dia kenal menatapnya. Saking asyiknya main game, dia sampai tidak sadar kalau seseorang sudah duduk di sampingnya. Seorang laki-laki dengan dua temannya yang duduk di belakang mereka.
“Ekhemmm," laki-laki disampingnya sengaja berdehem yang berhasil membuat fokus Reya pada game yang sedang dia mainkan teralihkan.
“ELO!!!”
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Affandi
hai kak Sarii💕😀
2021-05-18
1
Affandi
pfft mulutnya emang kaga ada rem
2021-05-18
0
Bayangan Ilusi
Semangat Kak Sari🥰
2021-04-09
0