Suasana di kantin sekolah sedang sangat ramai. Maklum saja karena ini adalah jam istirahat bagi mereka. Banyak siswa yang makan, minum, ataupun hanya sekedar mengobrol dan juga menggosip. Reya dan Ayisha menjadi salah satu bagian dari kerumunan para pencinta jajan disana. Mereka duduk di bangku kosong yang terletak di pojok ruangan. Sengaja mereka memilih bangku disana agar tidak terganggu oleh segerombolan siswa-siswi yang berlalu lalang.
Kedua saudara ini tampak sangat asyik sekali mengobrol, ditemani dengan 2 gelas jus jambu dan juga aneka ragam cemilan yang sudah dipesan Ayisha. Raut wajah Reya sangat serius, berbanding terbalik dengan wajah Ayisha yang sedari tadi tertawa terbahak-bahak tiada henti. Ya, Reya sedang menceritakan kejadian yang menimpa dirinya kemarin sore di lapangan parkir. Apalagi kalau bukan pertemuan manisnya dengan sang laki-laki aneh.. hehehe..
Awalnya dia cerita pada saudaranya itu agar mendapatkan simpati darinya, namun ternyata hasilnya bertolak belakang. Ayisha hanya menertawakan apa-apa saja yang sudah dialami oleh Reya. Merasa kesal karena hal itu, Reyapun mencubit lengan Ayisha sekeras mungkin.
“Ishhh.. Sakit Rey.”
Ayisha menghentikan ketawa sambil mengusap-usap lengannya. Bibirnya meniup-niup lengannya berharap rasa sakitnya akan menguap dan menghilang.
“Elo sih, orang cerita serius, malah ngetawain,” gerutu Reya sambil meneguk jus jambu miliknya.
“Ya mau gimana lagi, orang ceritanya emang lucu koq,” jawab Ayisha membela diri.
“Lucu darimana Ayisha Mahmuuudddiinnnn?” jawab Reya tambah emosi.
“Hus. Ayisha Maharani. Anak satu-satunya dari Bunda Lidya dan Ayah Heri. Gadis yang paling ccuuaaaaantik sesekolah ini. hahahahaha,” bantah Ayisha mendengar namanya diganti.
“Lucu lah. Elo tuh sama dia kayak anak kecil,” lanjut Ayisha.
“Anak kecil? Dia tuh, kenal juga ga, tapi gangguin terus hobinya.”
“Ya udah tinggal kenalan aja. Gitu aja kok repot,” jawab Ayisha cuek.
Perdebatan diantara mereka seketika terhenti ketika mata Reya menangkap sosok yang sedang mereka obrolkan. Laki-laki itu masuk ke kantin bersama kedua temannya. Mereka berjalan sambil tertawa, saling bercanda, saling mendorong.
“Bang, es campur tiga,” kata si anak laki-laki ke pedagang es.
“Jangan pake sambal ya Bang,” ucap salah satu temannya dan diikuti gelak tawa mereka.
Mereka bertiga duduk di bangku kosong depan pedagang es tersebut. Kini posisi duduk diantara Reya dan laki-laki itu hanya terhalang 4 bangku saja.
“Iihhh gemezz banget gua ngeliatnya. Serasa pengen gue jambak aja tuh rambutnya,” ucap Reya sambil menatap tajam laki-laki itu.
“Jangan terlalu benci, ntar kalau elo jatuh cinta sama dia, baru tau rasa,” ucap jail Ayisha.
“Iiihh amit-amit deh!!!! Walaupun dia laki-laki terakhir di muka bumi ini, gue ga bakalan jatuh cinta sama orang aneh kayak gitu.”
“Kalau ternyata orang itu baik gimana?”
“Ga mungkin.”
“Mau gue kenalin?” tawar Ayisha sambil tersenyum tipis.
Reya tak menjawab pertanyaan Ayisha. Dia sedang berfikir kata-kata yang sering dia dengar di film. Jika elo mau ngalahin musuh elo, jadikan musuh elo menjadi teman. Dan saat lengah elo bisa dengan mudah menghancurkannya.
Mengerti dengan sikap Reya, Ayisha kembali berbicara.
“Laki-laki yang berambut pirang itu namanya Dean. Dia adalah orang yang paling pendiam diantara mereka bertiga. Kalau yang selalu pakai gelang rantai di tangannya namanya Alex. Diantara mereka bertiga, Alex adalah orang yang keras. Dia tidak segan-segan untuk memberi pelajaran sama siapa aja yang mengusik kehidupannya dan juga para sahabatnya itu. Dan yang terakhir, laki-laki yang selalu ngeganggu elo, namanya Rama. Menurutku dia yang paling tampan diantara mereka bertiga. Hehehehe.”
“Apa? Tampan? Elo udah gila, Sha. Cowok berandalan kayak gitu, elo bilang tampan?”
“Elo belum kenal Rama, gimana bisa elo nyimpulin kalau Rama adalah seorang berandalan? Dia adalah bintang sekolah. Dia cowok yang pintar, jenius. Dia selalu menjadi juara olimpiade matematika. Sudah banyak piala dan penghargaan yang dia sumbangkan untuk sekolah kita ini.”
Reya tidak percaya sama sekali dengan kata-kata Ayisha. Menurutnya bagaimana mungkin seorang pecicilan kayak dia menjadi bintang sekolah. Karena setahu dirinya, seorang yang pintar itu seperti kutu buku yang kemana-mana membawa buku dan berkeliaran di perpustakaan. Sedangkan Rama, hanya untuk membaca buku di kelas saat ada waktu luang pun belum pernah dia lihat.
“Satu hal lagi yang perlu elo tahu tentang Rama,” lanjut Ayisha.
“Apa itu?” jawab Reya antusias.
“Dia adalah anak dari kepala sekolah”
Hmmm, mungkin bukan karena dia pintar, tapi karena dia adalah anak kepala sekolah yang menjadikan dia menjadi bintang sekolah, pikir Reya.
“Sebenarnya dalam geng mereka ada satu orang lagi. Dia adalah orang yang paling baik diantara mereka berempat. Demi untuk membela kebenaran, dia selalu maju paling depan. Dia paling tidak suka jika sampai ada kecurangan atau ketidakadilan terjadi di sekolah ini,” ucap Ayisha.
“Siapa dia?” tanya Reya penasaran.
“Dia............”
Obrolan Ayisha terpotong oleh suara seorang laki-laki yang menggema di belakang mereka.
“Wah, jadi gadis kota, akhirnya elo nyoba makanan kampung juga?” ucap Rama yang tentu saja dibuntuti oleh Dean dan Alex.
Mood Reya seketika memburuk saat mendengar suara yang selama ini dia benci. Tanpa basa-basi Rama, Dean, dan Alex langsung duduk bergabung dengan mereka.
“Wah, sepertinya enak nih,” ucap Rama sambil lalu mengambil sebuah ciki yang ada di atas meja.
“Gue mau yang ini donk,” ucap Alex mengambil minuman kaleng.
“Elo belanja buat berapa orang? Banyak banget,” tanya Dean pada Ayisha yang dibalas dengan senyuman manis Ayisha.
Dean merasa heran dengan semua makanan yang ada di atas meja itu, 5 buah ciki, 3 buah minuman kaleng, 2 buah roti, dan jangan lupa juga jus jambu yang kini sedang dinikmati oleh kedua gadis dihadapannya.
“Ah elo Bro, kayak yang ga tau aja ni buldoser makannya kayak gimana,” kata Alex yang diikuti gelak tawa ketiga
laki-laki itu.
“Ga apa-apa badan kayak buldoser, yang penting gue cantik. Awas aja kalau elo sampe jatuh cintrong sama gue.”
“Hahahaha. Mimpi!!!!” balas Alex.
Semua orang di bangku itu sangat menikmati suasana kebersamaan diantara mereka. Hanya satu orang yang sedari tadi cemberut saja tanpa bicara apa-apa. Reya!! Dia hanya fokus dengan jus jambu miliknya tanpa mau menghiraukan ocehan-ocehan orang-orang yang ada di depannya.
“Jadi gadis kota, kenapa elo diem aja? Elo lagi dapet ya,” tanya Rama membuyarkan lamunan Reya.
Reya tidak menjawab pertanyaan Rama. Dia hanya menatap laki-laki itu dengan tajam tanpa mau mengeluarkan suara sedikitpun.
Ishh, emang gila ni orang. Kok bisa-bisanya ngomong kayak gitu sama cewek. Dasar cowok ga tau malu, pikir Reya.
“Sedot aja terus tuh minumannya. Sekalian sama sedotannya biar kenyang," lanjut Rama yang merasa kesal karena sudah diabaikan oleh Reya.
Dengan secepat kilat Reya menyedot jus jambu miliknya sampai habis. Setelah itu, diapun pergi dari kantin.
“Gue duluan, Sha. Ngedadak sumpek gue disini”
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Bayangan Ilusi
Hahahhah.. sabar Reya.😅
2021-04-15
1
Puan Harahap
hadir kk thor
Salam dan mampir kak ke
🌹🌹PRIA IDOLA🌹🌹
⚘⚘MENIKAHI PRIA URAKAN⚘⚘
yuk saling suppour
2021-03-05
1
🌻Ruby Kejora
hai kk q mampir ya
2021-02-06
1