Cinta Tak Bertepi
Di suatu pagi yang sangat cerah, udara segar masuk melalui celah-celah jendela kamar seorang gadis muda yang tengah sibuk merias wajahnya. Dengan berseragam SMA lengkap, kini dia sedang berdiri tepat di depan meja riasnya. Ada beberapa alat kecantikan disana. Mulai dari bedak, lipstik, lipgloss, eyeliner, eyeshadow, dan lain-lain. Tak lupa juga beberapa botol minyak wangi dengan berbagai macam aroma. Semuanya tertata rapi disana.
Dengan sangat telaten, gadis itu mulai memoles wajahnya menggunakan sebuah bedak berwarna standar lalu dilanjutkan dengan mewarnai bibir mungilnya menggunakan lipgloss dengan warna cerah. Setelah selesai, dia kemudian menyisir rambutnya yang hitam. Rambut indah yang memiliki panjang sepunggung itu, dia ikat menjadi satu ikatan dibelakang kepalanya. Terakhir, dia menyemprotkan minyak wangi beraroma bunga ke seluruh tubuhnya.
Setelah dirasa cukup, dia langsung mengambil tas ranselnya dan lalu berjalan ke arah dapur untuk melanjutkan kegiatan rutinnya sebelum berangkat ke sekolah. Apakah itu? Tentu saja sarapan. Disana sang ibu baru saja selesai menyiapkan makanan untuk sang anak tersayang, sebuah roti panggang mentega dengan segelas susu coklat. Mereka berdua duduk di meja makan.
Reya Agustiana Dewi atau biasa dipanggil Reya adalah seorang gadis yang sangat cantik. Tatapan matanya, senyum manis di bibirnya, semua orang terutama para lelaki tidak akan pernah tahan untuk tidak tergoda. Sayangnya pagi ini dia menekuk wajahnya. Dia sedang merasa kesal. Dia hanya fokus melahap sarapannya tanpa ada satu katapun yang terucap dari bibir mungilnya itu.
“Bagaimana sarapannya? Enak?” tanya sang ibu melepas keheningan.
Reya tidak menjawabnya. Dia hanya mengangguk tanpa menatap wajah sang ibu.
“Ini hari pertamamu masuk sekolah. Awas hati-hati jangan sampai ada yang tertinggal” ucap sang ibu kembali.
Lagi-lagi Reya tidak menjawabnya. Dia terus duduk santai sambil melahap roti panggang mentega kesukaannya.
“Senyum donk, Na! Ibu lihat dari tadi kamu cemberut terus,” ucap sang ibu yang mulai kesal diacuhkan oleh anaknya.
Reya menatap mata sang ibu dan memberikan sedikit senyuman yang terasa sekali sangat dipaksakan.
“Reya masih marah sama ibu?” tanya sang ibu sedih.
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut sang ibu, membuatnya menghentikan sarapannya.
“Ibu tahu kok, kenapa Reya marah. Ibu tahu sendirikan kalau Reya ga suka harus pindah sekolah?” jawab Reya ketus.
“Tapi, Na, kita sudah sering membicarakannya. Kamu tahu sendiri kondisi saat itu bagaimana? Kita tidak punya pilihan lain selain harus kembali ke desa dan kami juga terpaksa memindahkan sekolahmu kesini. Kami tidak mungkin meninggalkan kamu disana sendirian. Ayahmu.......”
Tangan Reya langsung memberi isyarat agar ibunya berhenti berbicara.
“Reya sudah selesai sarapan. Reya pergi dulu.”
Reya lalu beranjak dari meja makan. Berjalan mengambil sepatu di rak, memakainya dan langsung pergi begitu saja tanpa mencium tangan sang ibu.
***
Karena tidak mempunyai kendaraan sendiri, akhirnya Reya pergi ke sekolah dengan menaiki angkutan desa. Sepanjang perjalanan, dia tidak henti-hentinya mengenang masa lalu. Masa lalunya di sekolah yang lama. Bersama sahabat-sahabatnya yang selalu melakukan hal-hal jail pada siswa-siswa lain. Dihukum guru sama-sama, membersihkan toilet ataupun berdiri hormat di depan tiang bendera. Namun bukannya jera, mereka malah merasa senang.
Reya sangat bahagia disana. Sampai pada suatu ketika, musibah itu terjadi. Sang ayah yang hanya bekerja di sebuah perusahaan kecil harus terkena PHK akibat dampak pengurangan karyawan. Karena usianya yang
sudah tua, dia tidak bisa menemukan pekerjaan lain disana. Untuk memulai sebuah bisnis sendiri, diperlukan modal yang tidak sedikit. Sedangkan mereka memiliki banyak catatan pembayaran yang harus segera dilunasi. Mulai dari kontrakan rumah sampai dengan pinjaman uang ke teman untuk kebutuhan sehari-hari yang jumlahnya
cukup banyak. Dengan berat hati akhirnya mereka mengakhiri masa perantauan di kota dan harus kembali ke desa tempat asal-muasal keluarga mereka terbentuk.
Reya dengan terpaksa harus menerima keputusan kedua orangtuanya untuk keluar dari sekolahnya dan ikut pindah ke desa. Padahal saat itu dia baru saja menginjakkan kaki di kelas XII. Tapi apa daya, semua memang harus terjadi. Dengan pasrah, Reya mau meninggalkan semua kesenangan bersama sahabat-sahabatnya itu.
Tiga puluh menit telah berlalu. Tak terasa Reya sudah sampai di depan gerbang sekolah. Sekolah baru tentunya. Sebuah sekolah SMA yang sudah dipilihkan oleh kedua orangtuanya. SMA MEGA BINTANG, terpampang jelas diatas gerbang sekolah. Sebelum masuk kelas, Reya menyempatkan waktu untuk melihat berkeliling sekolahnya. Dia tidak takut tersesat karena menurutnya ukuran sekolah itu jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran sekolahnya di kota. Dia berjalan melewati lorong-lorong yang masih sepi. Tentu saja karena sebenarnya ini masih terlalu pagi untuk jadwal para siswa datang ke sekolah. Tak jauh dari situ, dia melihat sebuah lapangan olahraga yang cukup besar. Reya berjalan ke arah tengah lapangan. Menghentikan langkahnya, menutup mata, membuka lebar kedua tangannya, merasakan udara sejuk yang ada di dalam sekolah barunya ini.
“Reyaaaaaaaa”
Suara teriakan seorang perempuan di pinggir lapangan membuyarkan meditasinya. Matanya langsung mencari sosok yang sudah memanggilnya dengan suara yang sangat lantang. Pandangannya berhenti pada sosok seorang wanita dengan badan yang cukup gemuk yang sedang melambaikan tangan kepadanya.
Ayisha, dia adalah saudara sepupu Reya yang juga bersekolah disana. Ayisha langsung berlari mendekati Reya dan lalu memeluknya dengan sangat erat. Tubuh Reya yang kecil seperti tenggelam di dalam tubuh besarnya Ayisha.
“Akhirnya gue bisa ngeliat elo lagi, Rey,” ucap Ayisha sambil melepas pelukannya dan dibalas dengan senyuman manis Reya.
“Udah lama banget ya kita ga ketemu. Kalau ga salah, terakhir elo main ke sini waktu kita masih SD dulu. Gue seneng banget sekarang kita bisa ketemu lagi. Malah sekarang elo sekolah disini. Kita bisa sama-sama terus.. hehehe.. oh iya elo apa kabar?” ucap Ayisha.
“Baik,” jawab Reya singkat.
“Hmm.. sampai semalam gue masih ga percaya sewaktu bokap bilang kalau elo dan keluarga udah sampai disini dan kita akan bersekolah di tempat yang sama. Tapi saat gue ngeliat elo disini, sekarang gue benar-benar percaya.”
Reya kembali tersenyum dengan ocehan Ayisha yang tidak ada habisnya. Bahkan untuk sekedar berhenti di lampu merahpun sepertinya tidak bisa.
Hmm dasar kereta express, pikir Reya.
“Oh iya elo baru dateng? Gimana udah liat sekolahnya? Nanti gue bakalan ajak elo keliling-keliling sekolah deh. Disini banyak tempat-tempat menyenangkan. Kantin disini juga makanannya enak-enak loh. Elo tau makanan kesukaan gue? Bakmi ayam.. Sebenernya bukan hanya gue aja sih yang suka, hampir semua murid suka sama Bakmi Ayam Pa Sentul. Itu adalah menu favorit sekolah ini. Disini juga banyak guru yang baik tapi ada juga sih yang agak killer. Elo harus hati-hati deh kalau ketemu sama dia. Oh iya satu lagi, karena elo sekarang masuk di kelas XII kayaknya agak sulit sih kalau mau gabung di salah satu ekskul. Tapi kalau mau, Elo bisa koq minta tolong sama gue. Nanti gue ngomong deh sama ketua ekskulnya. Gue cukup terkenal juga loh disini.”
Kepala Reya benar-benar pusing mendengar obrolan sepupunya yang tidak ada habisnya ini. Ingin rasanya dia membekam mulutnya dengan kaos kaki, lalu mengikatnya, memasukkannya ke dalam karung, dan melemparnya sejauh mungkin agar telinganya bisa kembali damai. Hmmm, Oh Ya Tuhan, demi apapun. Belum juga sampai kakinya masuk seutuhnya ke dalam sekolah, dia sudah mulai merasa tidak nyaman. Apa yang akan terjadi pada Reya selanjutnya??????
#####
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
hiatus
halooo salam kenal kak, aku baru mampir 😍🥰
2021-09-01
0
Elbi
abseeeen seruuuu kak
2021-07-01
0
Elbi
meninggalkan jejaaaak😘
2021-07-01
0